3. Berakhir

182 22 1
                                    

Bukankah perbedaan itu ada untuk saling melengkapi?

Kegiatan Kevin mengantar-jemputku tak hanya sekali saja, namun terus berlanjut ke hari-hari berikutnya, hingga kini tak terasa kurang lebih 1 bulan sudah ia selalu mengantarku di pagi hari. Lalu sorenya dia sudah menungguku di parkiran, dan kami akan pulang bersama. Sebenarnya tak langsung pulang, terkadang kami akan mampir ke mall membeli sesuatu sekalian makan malam. Kadang kita menikmati sore dengan segelas es buah di area stadion Manahan.

Gina tak pernah lelah mengomeliku karena terus bersama dengan Kevin, dan mengabaikan Reza. Gina bahkan bilang, Reza beberapa kali menghubunginya dan menanyakan keadaanku. 

Ngomong-ngomong soal Reza, hubungan kami sekarang makin merenggang. Dia masih sering menghubungiku, tapi aku hanya menanggapinya ogah-ogahan. Kadang, ada dalam 1 hari aku sama sekali tak membalas pesannya, dan hari berikutnya justru ia yang minta maaf karena mengganggu waktuku. Aku merasa menjadi orang yang sangat jahat.

Aku menghela napas pelan memandangi pantulan wajahku di kaca rias. Ini hari minggu dan aku ada janji dengan Kevin pergi ke CFD. Pagi tadi selesai sholat Subuh, aku tak lanjut tidur seperti hari minggu biasanya. Dengan semangat aku bergegas ke kamar mandi, aku bahkan sempat bernyanyi beberapa lagu selama di dalam sana. Hal yang sangat jarang aku lakukan.

Tepat pukul 6 aku mendengar suara motor dari luar rumah, itu pasti Kevin, pikirku. Aku segera berjalan keluar rumah, tak lupa mengunci pintu. Gina masih tertidur pulas, dan aku yakin ia tak akan bangun sebelum jam 12 siang.

***

10 menit kemudian kami sudah sampai di jalan Slamet Riyadi. Setelah memarkirkan motornya, aku dan Kevin berjalan mencari makanan apa yang pas sebagai menu sarapan kami. Percayalah, tujuan kami pergi ke CFD bukanlah untuk berolahraga melainkan mencari makanan enak.

Pilihan kami jatuh pada nasi pecel Madiun di dekat Sriwedari, sebelumnya aku sudah membeli lumpia sebagai cemilan. Setelah memesan, kamipun duduk di tikar yang sudah disediakan, sambil memandangi lalu lalang orang yang tak pernah habis.

"Aku sama Selena putus." Ujar Kevin santai dengan pandangan lurus ke depan. Aku yang sedang mengunyah lumpia seketika berhenti, dan menelannya dengan paksa. 

"Kenapa?" Entah kenapa aku merasa senang mendengar Kevin sudah putus dengan pacarnya. 

"Sebenernya dari awal pacaran aku nggak ada rasa sama dia, cuma tak anggep temen. Tapi orang-orang bilang kami cocok jadi pasangan, ya udah akhirnya terus pacaran." Alasan yang sangat konyol pikirku. 

"Lagian sekarang ada orang lain yang aku suka." Lanjutnya. Tiba-tiba jantungku berdetak keras. Siapa wanita itu, tanyaku dalam hati.

"Sopo koh?"

"Kamu." Mungkin ini terdengar lebay, tapi jika ditanya bagaimana kondisi jantungku rasanya, aku menjawab jantungku terasa akan meledak! Untuk sesaat kami saling berpandangan dalam diam sampai nasi pecel pesanan kami datang.

Suasana kami saat ini canggung, atau hanya aku yang merasakannya? Buktinya Kevin tetap menyantap nasinya dengan lahap dan sesekali tertawa melihat pemandangan di depan sana yang menurutnya lucu.

"Ke Tawangmangu yuk?" Ajaknya setelah kami menghabiskan nasi pecel.

"Mau ngapain koh? Emang kamu masih inget jalannya?"

"Nyari udara seger. Ya kalo nyasar kan ada kamu yang nemenin aku."

Dan lagi-lagi aku tak bisa berkata 'tidak' pada Kevin. Setelahnya kami segera berangkat ke Tawangmangu, untung aku memakai jaket yang cukup tebal jadi tak perlu takut kedinginan disana nanti. 

Our FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang