Dalam keadaan yang sangat berantakan, Kefas meninggalkannya. Sekali lagi, perlakuan nya membuat Valleta sakit hati.
❀❀❀❀❀
"Kefas..." Teriak Valleta saat Kefas meninggalkan nya sendirian di lift.
Kefas berbalik kemudian menatap marah pada Valleta, ingin sekali ia menggendong Valleta layaknya karung beras kemudian melemparnya di ranjang. Membuatnya kesakitan, hingga Valleta takluk dibawah kekuatan nya.
"Kenapa kau disitu, ayo masuk." Teriak Kefas saat melihat Valleta masih di dalam lift.
Teriakan itu membuat airmata dalam matanya turun, "Kau merobek rokku." Teriak Valleta jengah, apa Kefas bodoh? Tidak melihat roknya yang terbelah menjadi dua?
Kefas berdecih sebelum menghampiri Valleta dan menggendong tubuhnya hingga sampai diruangan nya.
"Sudah kan?" Tanya Kefas kemudian duduk di kursi kebesaran nya.
Valleta menggeleng, "Bagaimana bisa aku berpakaian seperti ini di kantormu, kau harus tanggung jawab Kefas." Ucap Valleta dengan nada bergetar. Valleta merasa sangat malu sekarang.
Cih, selalu saja begini. Wanita selalu meminta pertanggungjawaban. Yang ini lah, yang itu lah.. yang selalu membuat Kefas menjadi memperlakukan wanita dengan buruk. Kefas benci wanita yang merengek padanya.
Kefas membuka lemari di sudut ruangan kemudian memberikan kemeja berwarna cream dan rok hitam pada Valleta, "Sudah cepat ganti." Perintah Kefas dengan malas.
Valleta mengangguk kemudian berjalan menuju walk in closet di dalam sana.
"Ganti didepanku Valleta!"
Valleta terkejut, "Hah...apa yang kau katakan?" Tanya Valleta gagap, dia rasa telinga nya mulai tuli.
Kefas berjalan menghampiri Valleta, "Buka pakaianmu yang rusak karenaku dan ganti di hadapan ku sekarang!" Kata Kefas dingin.
"Tidak akan!"
"Kau berani membantahku, Valleta?"
"Aku tidak membantah Kefas, aku hanya tidak mau menunjukan tubuhku padamu."
"Begitukah? Lalu yang kau lakukan dengan menuruti kemauanku selama ini apa Valleta? Kau melakukan ini semua demi diriku kan?"
Valleta mengerti maksud Kefas, maksudnya kemauan Kefas agar fisik Valleta berubah. "TIDAK! Itu tidak benar, dan jangan pernah berpikir seperti itu." Teriak Valleta.
"Ooh.. kau ada nyali untuk membentakku rupanya, gadis manis." Kata Kefas kemudian mencengkram dagu Valleta kuat-kuat hingga sang empunya berbicara berbelit.
"Tyi..dak.. Kye..fas... lee... lepas.. ini sa..sakit."
Melihat mata ketakutan Valleta, Kefas mendadak menjadi ingin mencium Valleta. Ia suka melihat wanita yang memohon ampun dihadapan nya, ia suka melihat Valleta seolah takluk dihadapan nya. Pria itu mencium bibir Valleta dengan lembut, membuat sang pemilik mata membulatkan nya lebar-lebar.
Ciuman itu entah kenapa membuat gairah juga untuk Valleta, sehingga tangan lentik Valleta dilingkarkan di leher Kefas. Dan melihat Valleta yang tidak menolak perilakunya, ciuman Kefas berganti menjadi ciuman bernafsu. Membuat Valleta tidak bisa mengimbanginya dan kehabisan nafas.
Ciuman Kefas turun menuju leher jenjang Valleta, membuat sang pemilik melenguh panjang.
"Unghhh...ahhh..."
Kefas tersenyum, dia suka suara Valleta. Tidak seperti suara perempuan pada umumnya, tapi tidak juga seperti suara laki-laki. Suara Valleta khas di telinga Kefas.
Perlahan Kefas melepas kancing baju yang dipakai Valleta. Seketika Valleta sadar, wajahnya bersemu merah. Dia mendorong dada Kefas agar menjauh darinya.
"Tidak... ini tidak benar." Kata Valleta lirih, wanita itu malu karena bisa terjerat dalam nafsu setan Kefas. Valleta tidak percaya jika dia bisa menerima perlakuan pelecehan seperti ini.
Kefas menarik pinggang Valleta sehingga tubuh mereka menyatu, membuat Valleta menunduk ketakutan.
"Aku tau apa yang diinginkan tubuhmu, jangan munafik..."
Sakit sekali rasanya mendengar Kefas mengatakan nya munafik, padahal ia memang tidak mau melepas keperawanan nya sebelum menikah. "Tidak..aku tidak munafik. Aku hanya tidak mau melakukan nya."
"Oh, ya?"
Tangan Kefas menjelajahi paha Valleta dari bawah keatas kemudian masuk dan meraba celana dalam Valleta. Membuat tubuh Valleta bergetar tiba-tiba. Sesuatu yang belum pernah dirasakan nya. Sesuatu yang dengan kurang ajarnya, masuk ke area sensitif milik Valleta. Meskipun ini bukan kali pertamanya, tetap saja ia masih terkejut.
"Basah..." bisik seksi Kefas di telinga Valleta.
Valleta tak tau dimana harga dirinya sehingga dia memperbolehkan tangan Kefas menjelajah inti tubuhnya. Valleta berusaha menahan tangan Kefas supaya tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Untuk membuat Kefas tak melakukan hal yang lebih jauh, Valleta harus cepat mengambil tindakan. "Maaf, aku harus segera mengganti rokku." Valleta pasrah, akhirnya ia mau berganti pakaian di depan Kefas. Lebih baik Kefas melihat tubuhnya ketimbang melakukan hal yang tidak-tidak.
Namun apa yang diinginkan Valleta terbalik dengan apa yang dilakukan Kefas. Pria itu mendorong tubuh Valleta sehingga tubuhnya jatuh dalam posisi tidur di meja kerja Kefas.
"Apa yang kau lakukan!" Pekik Valleta. Ini memang bukan kali pertama Kefas membuatnya terkejut, tapi tetap saja rasanya ini tidak benar.
Kefas mengelus lembut pipi Valleta, "Hmm... gadisku ini menggemaskan sekali." Kata Kefas kemudian tertawa terbahak-bahak.
Sadar karena dirinya telah dipermainkan, Valleta memajukan bibirnya kesal.
"Jangan begitu Vall, kau terlihat semakin manis."
Dan blushhh, hanya karena gombalan gila dari Kefas wajah Valleta memerah. Dan melihat itu, Kefas memeluk Valleta dengan erat. Valleta benar-benar menggemaskan.
"Ya sudah sana ganti di walk in closet... besok lagi pakai baju yang sesuai dengan standar kriteria kantor ini Vall. Jangan sampai karyawan lain berpikir kalau aku pilih kasih denganmu. Kalau bisa pakailah yang seksi, yang menggoda." Goda Kefas.
Kefas tahu ia sudah menakuti Valleta. Tapi niat sebenarnya adalah untuk memberitahu Valleta tentang standard pakaian bekerja disini.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny!
Teen FictionMenjadi bergelimang harta tak selalu membuat pemiliknya bahagia. Bahkan terkadang dalam satu waktu di hidupnya, ia berpikir lebih baik bahwa ia menjadi orang yang berkecukupan saja. Menjadi orang kaya membuatnya harus memenuhi tuntutan keluarga ini...