Karena aku membiarkan rasa itu terus tumbuh.
"Kakak, what are you thinking about?" Tanya Valleta kesal. Dia tidak percaya jika Alisa akan mengusir Kefas.
Alisa menatap Valleta dalam diam, dia sedang berusaha menenangkan jantungnya.
"Kak, ooh c'mon, I love him."
Alisa mengangkat tangan nya dan mendaratkan di pundak Valleta.
"Valleta, kamu adalah adikku. Jadi aku berhak mengatur hidupmu!" Kata Alisa dengan tegas. "Dan aku ingin kau menjauh dari pria semacam Kefas, karena sejak kalian bertemu untuk kedua kalinya, hidupmu sudah tidak aman." Kata Alisa lagi. "Hidup kita dalam bahaya Valle." Batin Alisa.
Perkataan apa itu, Alisa mengatur nya? Nafas Valleta tercekat beberapa detik, dia tidak bisa menerima ini. Tapi yang paling membuat Valleta marah adalah kakaknya yang tidak mengizinkan dirinya dekat dengan Kefas.
Ini penyiksaan!
"Tapi ini hidupku kak, aku sudah dewasa. I want my own freedom."
Alisa memalingkan muka dari Valleta, dia benar-benar tahu bahwa Valleta adalah sosok yang keras kepala. Valleta akan menurutinya jika dia sudah menerima semua perlakuan yang membuatnya merasa bahwa dia membutuhkan seorang kakak yang menjaganya disaat kedua orangtuanya sedang diluar kota.
"Oke fine." Kata Alisa singkat.
Valleta menatap bingung kakaknya, 'oke fine' untuk apa?
Alisa menarik nafasnya keras-keras, "You can be free, you can do whatever you want. You can meet kefas, you can do all your favorite things, and I won't forbid it." Kata Alisa dalam satu hembusan nafas.
Senyum mengembang di bibir Valleta, "But, teruslah berada disisi pria itu. Buat dia menjagamu. Buat dia merasa takut kehilanganmu. Ingat Valle, kamu yang harus dikejar dan bukan mengejar." Nasihat Alisa.
"Oh tentu kak, selama aku bisa menghabiskan sisa hidupku bersamanya." Kata Valleta riang.
Valleta berdiri untuk memeluk Alisa kemudian berlari keluar meninggalkan rumah. Meninggalkan Alisa yang mematung kemudian jatuh terduduk. Untuk pertama kalinya dia merasa kacau, dan untuk pertama kalinya dia merasa gagal menjadi seorang kakak.
Setelah patah hati yang kedua kali untuk Alisa, wanita itu enggan untuk memilih pasangan hidupnya. Membiarkan pria diluar sana tidak mengenal dirinya, dan memilih mengurus hidupnya dan adik yang paling disayanginya, Valleta.
"She is everything for me." Bisik Alisa lirih.
Alisa mengambil ponselnya, dia mencari-cari nomor sekretaris di kantornya.
"Laura, kau bisa siapkan penerbanganku ke Raja Ampat dalam 5 jam kedepan. Dan jangan biarkan siapapun bisa mengganggu waktuku selama seminggu. Aku butuh liburan, aku butuh kebebasan sesaat. Dan kau ada waktu untuk membereskan semua urusan kantor sebelum aku pergi." Ucap Alisa kemudian mematikan sambungan nya.
Tangan nya kembali bergerak lincah mencari kontak pria kenalan nya. Dan langsung menelepon nya, beberapa saat kemudian terdengarlah nada sambung.
"Hey Leo, it's me Alisa. You can be my tour guide in Raja Ampat? Aku akan pergi kesana hari ini untuk liburan."
"I can do anything for you, Alisa. Akan aku siapkan dua kamar di salah satu resolt terbaikku." Jawab suara dari seberang.
"Leo, aku sendirian. Jadi kukira, kau bisa menyiapkan kamar hanya untukku."
"Lalu, Valleta?" Tanya Leo bingung. Setahu Leo, Alisa dan Valleta adalah satu saudara yang tak bisa dipisahkan. Jadi kemana ada Valleta, disitu juga ada Alisa.
"Dia sedang menikmati pekerjaan nya." Jawab Alisa kemudian tersenyum tipis.
"Ooh okay. Ehm... Are you okay?"
"I'm fine Leo, don't worry."
Alisa menghela nafas lega setelah mengurus semua nya, hanya dua hal yang perlu diurusnya. Yang pertama adalah masalah transportasi, yang kedua adalah masalah packing-packing bajunya.
Alisa perlu mengetes beberapa hal yang berkaitan dengan Kefas, dan itu harus jauh dari jangkauan Valleta. Jangan sampai anak ceroboh itu merusak semuanya.
Alisa kembali membuka layar ponselnya dan memencet satu nomor yang menurutnya keramat. Selama beberapa detik, barulah keluar nada sambung.
Alisa menarik nafas banyak-banyak. Ini pilihan nya, dia pasti bisa. Dia pasti bisa menarik diri dari zona nyaman nya selama ini.
She can do it!
"Rama?" Tanya Alisa setelah dia mendengar kata 'halo' dari ponselnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny!
Teen FictionMenjadi bergelimang harta tak selalu membuat pemiliknya bahagia. Bahkan terkadang dalam satu waktu di hidupnya, ia berpikir lebih baik bahwa ia menjadi orang yang berkecukupan saja. Menjadi orang kaya membuatnya harus memenuhi tuntutan keluarga ini...