Aku terlalu terpesona dengan gadis kecil yang menggoda itu.
Valleta membuka matanya secara perlahan, sambil sesekali memegang kepalanya yang terasa sakit dan pusing.
Valleta mendapati dirinya sedang tidur di kasur di sebuah ruangan yang lebarnya tak terhitung. Valleta merasa asing dengan tempat ini, dia tidak mengenalnya. Valleta mengingat sebelumnya... pesta.. Kefas memanggilnya.. hingga ada seseorang yang... oh tidak, tidak mungkin ada yang ingin menculik dirinya.
"Kefas..." Valleta mulai meraung pelan memanggil nama Kefas.
Bersamaan dengan itu pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria berpostur tubuh tegap dan gagah. Valleta nampak ketakutan, namun sebisa mungkin dia menutupi ketakutan nya.
"Aku dimana?" Tanya Valleta parau, suaranya terlihat mencicit.
Suara decitan terdengar, pria itu duduk di ranjang di samping Valleta.
"Aku tak menyangka jika dia akan memiliki relasi dengan wanita sepertimu. Sudah berapa kali Kefas menidurimu hah?" Tanya suara itu. Pria dengan rambut lurus tapi tidak gondrong. Tampan, tapi tak setampan Kefas.
Pertanyaan itu begitu menohok Valleta, bulir airmata perlahan menetes dari pelupuk matanya. Valleta sakit hati dengan pria di sebelahnya ini, apa dia pikir Valleta adalah seorang jalang?
"Astaga, Kefas memilih wanita rendahan yang cengeng?" Tanya nya dengan mengejek.
Isak tangis Valleta mulai keluar, bisa-bisa nya ada pria yang mengatainya cengeng.
"Kefas tidak pernah meniduriku, aku tidak semurahan itu!" Jerit Valleta kemudian menekuk kedua lututnya dan menyembunyikan isak tangisnya disana.
Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu kamar ini.
"Masuk..." jawab pria itu.
Seorang pria berpakaian tuxedo mirip seorang bodyguard masuk dan membawa setumpuk map.
"Kita salah sasaran bos, dia bukan Mia sekretaris Kefas, tapi dia adalah Valleta sekretaris baru Kefas." Jelas pria itu.
"Sekretaris baru? Apa yang membuat pria itu berpikir untuk memecat Mia dan menggantikan nya dengan wanita ini?"
Valleta mendongak ketika merasa dirinya sedang dibicarakan.
"Saya juga belum tahu alasan nya bos, yang jelas Kefas sangat menjaga perempuan ini. Terlihat dari penjagaan yang ketat di valet parking tadi."
"Lalu, apakah suruhan nya tau aku menculik wanita ini? Kalau iya, berarti kau sangat bodoh."
"Tidak bos, saya membawa perempuan ini saat semua sedang lengah karena acara pembuka dimulai."
"Gula-gula ku... karena kau, aku meninggalkan gula-gula ku yang belum sepenuhnya kumakan."
Pria itu dan bodyguardnya mengerutkan kening, tidak mengerti apa yang diucapkan wanita dihadapan nya.
"Aku mau kembali, aku mau makan gula-gulaku." Isak Valleta, dia kesal dengan pria gila dihadapan nya, tadi menjanjikan dirinya akan pulang kerumah, sekarang malah menculik dirinya.
"Sebenarnya apa masalahmu dengan Kefas, aku tidak mengerti kenapa kau menculikku. Aku baru berkerja di perusahaan nya tiga hari yang lalu, aku bahkan belum hafal seluk beluk perusahaan nya yang begitu besar. Tapi kenapa kau menculikku? Kau ini sangat bodoh ya?" Umpat Valleta kesal.
Marvel tertawa, bagaimana bisa dia membiarkan wanita ini terus mengoceh. Apa wanita ini tidak mengenal dirinya? Seorang Marvel Benedict?
Tiba-tiba ada seorang lain mengetuk pintu kamar ini.
"Ada apa?" Tanya Marvel kesal karena ada saja bodyguard yang mengganggunya, padahal Marvel membayar mereka untuk menyelesaikan masalahnya.
Bodyguard itu menyerahkan walkie-talkie nya pada Marvel. "Ini dari Kefas... dia.. dia ingin bos mendengar sesuatu."
Marvel dengan malas menerima walkie-talkie itu dan mengaktifkan tombolnya.
"JANGAN SENTUH WANITA ITU! KUULANGI UNTUK TERAKHIR KALINYA JANGAN SENTUH WANITA ITU, DAN JANGAN MEMBUATNYA MENANGIS. KITA BISA MELAKUKAN NEGOSIASI YANG AKAN MEMBUATMU UNTUNG, TAPI TOLONG JANGAN SENTUH WANITA ITU. KUULANGI SEKALI LAGI."
Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut dengan teriakan Kefas, terlebih Valleta.
"Dia sudah sinting." Gumam Valleta.
"Wawww.. selow bro.. selow... asal kau tau saja dia sudah menangis, dia merindukan gula-gula yang dia makan di party itu hahaha." Teriak Marvel membalas ocehan dari Kefas yang menurutnya tidak bermutu.
Valleta merebut walkie-talkie itu, "Jangan menjemputku tanpa gula-gula hiks... gara-gara mereka aku meninggalkan gula-gula ku di pesta itu. Bawakan aku gula-gula agar kakakku tidak menghabisi adik kecilmu." Jerit Valleta.
"Shit!" Ucap Kefas dari seberang sana sebelum memutus sambungan walkie-talkie nya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny!
Teen FictionMenjadi bergelimang harta tak selalu membuat pemiliknya bahagia. Bahkan terkadang dalam satu waktu di hidupnya, ia berpikir lebih baik bahwa ia menjadi orang yang berkecukupan saja. Menjadi orang kaya membuatnya harus memenuhi tuntutan keluarga ini...