Entah apa yang membuat Valleta merasakan matanya sangat lengket saat dia bangun di pagi hari, begitu gadis itu membuka mata, yang dilihatnya adalah dada seorang pria. Mata yang lengket itu sontak terbuka lebar karena terkejut. Dirinya memdapati Kefas sedang menatapnya dalam diam.
"What? Apa yang dia lakukan disini???" Batin Valleta.
"Morning sweetie." Kata Kefas sambil mengembangkan senyumnya.
Reflek Valleta terbangun, dan tersenyum lega karena dia masih berpakaian lengkap. Tuhan menyertainya.
"Kenapa kau senang mendapati pakaian mu utuh? Apa kau lupa tentang semalam? Dimana kau mabuk, kemudian menggodaku, dan kita menghabiskan malam panas disini?" Kata Marvel sambil menautkan alis.
Kata-kata itu bagai petir yang menyambar di siang bolong, dan Valleta memejamkan mata untuk mengingat kejadian semalam. Tapi nihil, yang terakhir dilihat gadis itu hanyalah dia tidur untuk menghindari Marvel.
"Sialan, apa yang terjadi setelah aku tidur? Apa benar semua yang aku takutkan terjadi? Ini tidak mungkin!" Teriak Valleta dalam hati.
Kefas tersenyum sukses penuh kemenangan menggodanya, "Apa kau sudah ingat saat kau bergerak begitu liar saat kau mendesahkan namaku? Aku merekam semuanya dalam otak, jika suatu kali kau melupakan nya karena kau melakukan nya dalam keadaan tidak sadar."
Valleta memekik kemudian menjambak rambutnya frustasi, kemudian ada lelehan kecil dari matanya yang keluar membasahi pipi.
"Tidak, ini tidak mungkin. Aku tidak mungkin melakukan hal paling nista seperti itu, itu bukan aku, bukan aku!" Dan tangis Valleta pecah, perasaan nya hancur, sehancur-hancurnya. Dia tidak menyangka Kefas akan menghancurkan nya secepat ini.
Dan pada saat itu juga Kefas berbisik lembut di telinga Valleta, "Tapi itu semua hanya bercanda." Bisik Kefas kemudian menjilat telinga Valleta sebelum tawa yang dibendungnya benar-benar meledak dan pecah.
Valleta mengangkat kepalanya dengan bingung, lalu sedetik kemudian dia berubah kesal.
"Kefas, kau sangat menyebalkan. Aku membencimu, benci, benci dan benci." Teriak Valleta sambil memukul lengan Kefas secepat dan sekuat mungkin.
Dan sekali lagi Kefas hanya bisa tertawa sambil berguling-guling di kasur, sungguh sudah lama dirinya tidak tertawa lepas seperti ini.
"Kenapa sih masih ada spesies mahluk sepertimu di dunia ini?" Ucap Valleta dengan cemberut, membuat Kefas semakin keras tertawa.
"Tidak Valleta, tidak. Spesies sepertiku ini sangat langka, dan kamu seharusnya beruntung bisa mengenal salah satu dari manusia langka yang diincar seastero jagad raya ini."
"Tinggi sekali percaya dirimu." Kata Valleta kemudian mendengus kesal.
Kefas berhenti memegang perutnya dan menetralkan nafasnya, membuat jantungnya berhenti berdetak dengan cepat.
"Bagaimana kau bisa ada disini? Bukankah sebelumnya aku disini dengan seseorang bernama Ma..."
"Stop, stop, stop, jangan sebut nama nya dihadapan ku, aku sangat membencinya." Kata Kefas dengan rahang yang mengetat, terlihat sekali raut perubahan nya.
Valleta menunduk, dia tidak berani menatap Kefas yang sudah berapi-rapi.
Kruyukkkk
"Suara apa itu?" Tanya Kefas curiga.
Wajah merasa wajanya panas menahan malu, jelas sekali bunyi itu keluar dari perutnya. Dan Valleta baru menyadari bahwa dia belum makan semalaman.
"Tidak tahu, mana aku tahu. Aku tidak mendengar apapun." Bohong Valleta.
"Sialan, bajingan itu belum memberimu makan?" Umpat Kefas kesal kemudian berdiri dan menghampiri sisi kasur dimana kaki Valleta tergantung indah disana. Lalu tangan nya menarik tangan Valleta supaya berdiri.
"Kau mau apakan aku." Pekik Valleta.
Kefas manatap Valleta dengan tajam, "Aku jelas mendengar ada suara ayam berkumandang di dalam perutmu, sekarang ikut aku dan kita akan membuat ayam di perutmu itu bungkam."
"Tadi bukan suara dari perutku." Elak Valleta masih tidak mau mengakui bahwa suara lapar itu berasal dari dirinya.
"Kau ingin makan, atau menjadi makanan ku di atas ranjang ini?" Tanya Kefas dingin.
Pertanyaan itu membuat keberanian Valleta ciut, perlahan dia berdiri dan membuat Kefas mengembangkan senyumnya.
"Good girl, aku tahu kau sudah lapar."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny!
Teen FictionMenjadi bergelimang harta tak selalu membuat pemiliknya bahagia. Bahkan terkadang dalam satu waktu di hidupnya, ia berpikir lebih baik bahwa ia menjadi orang yang berkecukupan saja. Menjadi orang kaya membuatnya harus memenuhi tuntutan keluarga ini...