Banyak orang yang bilang, Sabiya itu beruntung. Dia dilahirkan dengan paras cantiknya, keluarga yang terbilang mampu, dan punya pacar yang jadi impian di kampusnya. Begitupun dengan Arsenio atau yang sering dipanggil Arsen.
Arsen merapihkan kemeja berwarna biru dongkernya. Dia berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Disana sudah ada Dinda, adiknya, kedua orangtuanya.
Arsen menarik kursi disebelah Dinda. "chat-tan mulu, sama siapa sih?" Arsen mengambil ponsel Dinda. "oh, Lucas,ciee."
Dinda memanyunkan bibirnya. "apaan sih bang, bete, kesel, mamah kenapa sih izinin aku pergi ke Bandung?"
Arsen mengambil nasi goreng buatan ibunya. "ngapain ke Bandung? Tugas sekolah?"
"bukan, reuni smp."
"hah? Kamu kan smpnya di semarang Dinda, bukan Bandung."
"aku juga tau bang, aku nemenin Lucas ke reuni smpnya di Bandung."
Arsen mengangguk paham. "yaudah sekalian kamu jalan-jalankan?"
"gak mau nyebelin dia tuh masa yah waktu itu kita kan lagi main ToD, nah aku pilih Dare, aku disuruh nembak dia di kafe terus dia nolak aku, maluuu tau bang." rengek Dinda.
Arsen hanya tertawa mendengar cerita adiknya. "jangan terlalu benci sama dia. Entar kalau suka beneran gimana?"
"ih, nyebelin ah." Dinda mengambil tasnya. "abang mau kemana? Kok udah rapih?"
"kamu sendiri mau kemana, kok udah rapih?"
Dinda berdecak sebal. "ditanya malah nanya balik. Udah ah, mah aku pergi yah, assalamualaikum."
Arsen membereskan makannya dengan cepat. Lalu ikut pamit kepada mamahnya.
"mau bareng gak?"tanya Arsen begitu melihat Dinda di depan gerbang.
"udah pesen taksi."
Arsen mengangguk lalu mengendarai mobil kuning kesayangannya. Mobil pemberian ayahnya ketika Arsen ulang tahun ke-17.
Hanya dua puluh menit, Arsen sudah sampai dihalaman rumah Sabiya. Dia turun dari mobilnya, lalu menghampiri Sabiya yang sudah menunggu di kursi depan.
"hai." Arsen mengacak rambut Sabiya dengan gemas. "kok cantik sih?"
Sabiya tertawa pelan. "apaan sih, berangkat yuk."
Arsen mengangguk, dia menggenggam tangan Sabiya sampai mobil. "kita mau kemana?"
"kebetulan aku baru dikasih tau sama Tesya kalau ada tas baru di toko langganan aku, kamu mau nganter?"
"tas kamu udah banyak Biya, masih mau beli?"
Apa yang dikatakan Arsen benar. Sabiya memang cewek yang senang mengoleksi tas.
"sekali ini aja, yah?" Sabiya memohon, dan Arsen tidak bisa menolak.
Sesampainya di salah satu pusat pembelanjaan di Jakarta, Sabiya langsung menarik tangan Arsen ke toko langganannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SabiyArsen
Teen Fictionsemua orang mempunyai titik Lelahnya masing-masing, dan sekarang aku sudah berada dititik itu untuk itu, aku melepasmu untuk dia.