12 : dimulai.

114 26 11
                                    

"lo harus percaya sama gue." Irene duduk di kursi kosong sebelah Daniel. Mereka bertiga mengernyit heran.

"apaan?" kata Sabiya.

"gue liat Arsen jalan sama cewe."

Hening. Tak ada yang menjawab lalu lima detik kemudian mereka tertawa bersama.

"heh nenek lampir ngomong apa sih lo." Tesya menggelengkan kepalanya tak percaya.

"heh Tesya diem deh yah gue gak ngomong sama lo."

Sabiya menggelengkan kepalanya. "udahlah rene, ini cara lo supaya gue sama Arsen putuskan?basi tau."

Irene menggebrak meja membuat semua pengunjung cafe memperhatikan meja mereka.

"lo tahukan Bi, selama dua tahun gue mencoba merebut Arsen dari lo. Gue gak pernah pake cara kotor kayak gini."

Irene berdiri dari duduknya. Mereka bertiga kaget. Untuk pertama kalinya Irene seperti ini.

"hah, dia marah? Wow."

Sabiya berdecak sebal. "udahlah Irene emang kayak gitukan."

Daniel mengangguk mengerti. Dia berdiri. "gue cabut yah."

"mau kemana?" tanya Tesya.

"ketemu temen."

"gue nebeng sampe halte dong."

"ayok."

"Bi gue duluan byee."

Sabiya melambaikan tangannya. Dia mengeluarkan ponselnya mengirimkan pesan untuk Arsen.

Sabiya Jane

Sayangggg

Lima menit berlalu tak ada balasan dari Arsen.

"mungkin dia tidur."

Sabiya menghela napasnya, dia pergi meninggalkan cafe. Sabiya berniat untuk pergi ke supermarket membeli belanjaan bulanan yang sudah dicatat oleh ibunya.

Sesampainya di supermarket, Sabiya langsung mengambil semua keperluan.

"original apa pedes yah?" gumamnya. "ah pedes deh."

Langkahnya terhenti ketika dia melihat lelaki yang dia kenal sedang berpelukan dengan perempuan lain.

Emosinya tersulut Sabiya langsung menghampiri lelaki itu dan dia menamparnya.

"brengsek yah lo!"

Lelaki itu meringis sekitan. Dia memegang pipinya. "apaan sih lo Bi!"

"lo yang apaan Fadil, kenapa lo pelukan sama cewek lain hah?"

Ya lelaki itu Fadil. Bagaimana jika Tesya tahu apa yang sudah dilakukan Fadil dibelakangngya. Ia tahu kalau Tesya sangat mencintai Fadil.

"apa masalahnya sama lo? Gue gak ada hubungan sama lo."

Sabiya mengepalkan tangannya rasanya dia ingin menampar sekali lagi Fadil. "gue emang gak punya hubungan sama lo. Tapi lo pacar sahabat gue."

"ya terus? Urusin aja hubungan lo sendiri. Jangan urusin hubungan gue."

Fadil pergi dengan cewe itu. Sabiya masih tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

Dia mengeluarkan ponselnya menelpon Arsen tapi tak ada respon.

Dia berdecak kesal.

"kenapa sih Arsen susah dihubungin!"

⚫⚫⚫⚫⚫

Arsen mengambil alih remote yang ada di genggaman Vera. Dia memindahkan acara yang sedang di tonton Vera dan Dinda.

"bang ihhh." Dinda mencoba mengambil alih remotenya namun gagal. "bete ah."

Arsen tertawa begitupun Vera. "gantian dong, dari tadi kalian terus yang nonton abang kapan coba."

Dinda mengerucutkan bibirnya. "bilangin nenek tau rasa."

"yah mainannya nenek terus kamu dek."

Dinda menjulurkan lidahnya. "bodo."

"oh iya Ver, besok lo kerja?"

Vera mengangguk. "kenapa?"

"gue anterin yah."

Vera mengernyit. "kok tumben sih pasti ada maunya."

"dih, gue ikhlas kali."

Bel rumah mereka terdengar. Dinda beranjak dari duduknya untuk membukan pintu.

"eh kak Daniel."

"selamat siang Adinda." Daniel tersenyum lebar sambil menyenderkan badannya ke dinding rumah.

"siang kak Daniel, mau masuk atau diem diluar aja?"

Tanpa menunggu Dinda, Daniel langsung masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan di ruang tamu.

"siapa dia?" tanyanya

"kak Vera, yuk kak masuk aku buatin minum mau apa?"

"apa aja tapi kalau bisa jus jeruk yah sama cemilannya."

Lalu setelah itu dia menghampiri Arsen yang sedang asik bercanda dengan Vera.

"hei bro."

"darimana lo lama banget nyampenya." kata Arsen

"biasalah macet, mana harus nganterin dulu si nenek lampir tadi."

"berantem mulu jodoh lo berdua."

Daniel menggelengkan kepalanya lalu dia mengulurkan tangannya. "Daniel, lo vera kan?"

Vera mengernyit. "kok tau sih?"

"iyakan gue kembaran Dilan bisa ngelamar."

"bohong." Dinda datang sambil membawakan jus jeruk dan beberapa cemilan untuk Daniel. "aku yang ngasih tahu." Dinda menaruhnya di meja.

"makasih Dindut."katanya. "dinda gendut."

Dan satu pukulan berhasil mengenai wajah Daniel.

"bang ponsel lo daritadi bunyi terus tau. Berisik." Dinda berniat mengambil ponsel Arsen tapi dicegan olehnya.

"udah biarin aja."

"btw, lo hari ini kemana aja Sen?" Daniel bertanya sambil memasukan satu kue ke dalam mulutnya.

"tumben lo nanya."

Daniel berdecak. "nanya doang elah, nanya salah, gak nanya salah. Emang yah gue dimata lo selalu salah."

"najis baperan."

Vera tertawa. "kalian lucu banget sih, btw, lo udah lama sahabatan sama Arsen? Dia orangnya gimana sih?"

"gak ada bagusnya deh, gak usah kenal dia entar nyesel."

Arsen langsung melempar bantal mengenai wajahnya Daniel. "sialan."

"kak ih berisik itu ponselnya." dan lagi Dinda terua mengomel tentang ponsel Arsen.

"udah fokus nonton aja."

SabiyArsenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang