Daniel memainkan gitar milik Arsen di balkon kamar. Hanya ada mereka disini.
Sudah lima menit berlalu tapi mereka tak mengeluarkan sedikit pun suara. Arsen sendiri sibuk dengan ponselnya.
"Sen serius yah gue tanya sama lo." Daniel membenarkan posisi duduknya. "lo gila?"
"anjir yah gue masih waras."
"dari tadi lo senyum sendiri, gue disini dicuekin."
Arsen berdecak. "baper gila." kata Arsen. "btw, tadi lo abis ketemu Sabiya?"
Daniel hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"dia gimana?"
Daniel mengernyit. "gimana apanya? Kalian lagi berantem?" tanyanya
"ya elah engga kali, gue kangen aja gak ketemu dia seharian."
Daniel menaruh gitarnya lalu menghampiri Arsen. Dia menepuk bahu Arsen. "kalau lo kangen harusnya lo angkat telepon Sabiyakan?"
Arsen menghela napasnya. "gue cuman lagi gak mau diganggu dia doang."
"Sen perasaan gak bisa di bercandain gitu."
Arsen menatap sahabatnya itu. "maksud lo?"
"lo ada rasa sama Vera?"
Lima detik berlalu Arsen tak menjawab pertanyaan Daniel. Dia menatap serius Daniel, tatapannya seperti mengatakan kalau Arsen akan membunuh sahabatanya itu.
Lalu tawa Daniel mengudara membuat Arsen kebingungan.
"bercanda pak bos, lo cuman cinta sama Biya lo kan?"
"anjir lo."
⚫⚫⚫⚫⚫
Sabiya menggigit jarinya sedari tadi, pikirannya tak menentu. Sedari tadi dia mencoba menghubungi Arsen tapi tak ada respon sama sekali.
Dia melemparkan ponselnya ke atas kasur. Dia sudah menyerah. Terserah saja gimana Arsen, Sabiya sudah pusing.
Dan lagi dia khawatir dengan keadaan Tesya jika tahu apa yang dilakukan Fadil.
Sabiya sangat tahu bagaimana perjuangan Tesya mendapatkan Fadil.
Ponselnya berdering, Sabiya mengangkatnya.
"selamat malam sayang."
Sabiya menghela napas. "selamat malam juga Sen."
"maaf yah aku gak jawab telepon kamu tadi soalnya aku sibuk ngobrol sama Daniel."
"emang gak bisa kamu jawab sms aku, setidaknya jangan buat aku khawatir."
"iyah maaf Biya, gimana hari ini?"
"buruk."
"kenapa?"
"karena kamu."
"aku?"
"iyah kamu udah buat aku khawatir."
Terdengar suara ketawa Arsen di sana. "masa gak aku kasih kabar sehari aja udah kangen sih."
"sen aku serius, aku khawatir gak ada kabar dari kamu sama sekali. Terus kamu cuman bisa ngejek aku doang? Serius yah Sen aku benci sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SabiyArsen
Teen Fictionsemua orang mempunyai titik Lelahnya masing-masing, dan sekarang aku sudah berada dititik itu untuk itu, aku melepasmu untuk dia.