Satu minggu telah berlalu tapi tak ada yang berubah dari Arsen. Dia semakin terpukul dan tak ada semangat hidupnya padahal dia yang memulai semua ini.
Arsen menuruni anak tangga menuju meja makan.
"pagi." sapanya.
"jadi kamu mau pindah bener?" tanya ibunya Arsen.
Vera mengangguk. "iyah tant soalnya aku udah beli rumah juga."
"ya udah tapi jangan lupa main ke sini yah."
Arsen meminum tehnya. "Dind hari ini ujiankan?"
Dinda menganggukan kepalnya sambil mengunyah roti bakar. "iyah, do'a in yah bang."
"selalu."
"oh Sen, Biya kok jarang main ke sini sih?"
Arsen diam sejenak entah apa yang harus dia katakan kepada ibunya.
"biya sibuk mah sama tugas kuliahnya."
Arsen langsung beranjak dari duduknya. Dia pamit untuk pergi ke kampus diikuti dengan Vera yang pergi ke rumah sakit.
"Sen kita mampir dulu beli kopi di kafe favorit gue yah."
Arsen langsung membelokkan mobilnya ke arah kanan. Tak jauh dari itu ada kafe yang menyediakan kopi kesukaan Vera.
Mereka berdua turun lalu masuk ke dalam sebenarnya kafe ini menyediakan bermacam-macam minuman dan makanan tapi entah menurut Vera kopi mereka yang terenak.
Mata Arsen langsung terarah ke meja ujung dekat jendela. Tawa mereka seperti tak ada kesedihan apapun apalagi jika melihat perempuan itu.
Arsen mengerutkan keningnya. Dia langsung menghampiri mereka dan menarik sendok.
"Biya gak boleh makan seafood."
Mereka menatap Arsen begitupun Sabiya masih ada raut kekecewaan di matanya.
Lalu Arsen pergi menyusul Vera.
⚫⚫⚫⚫⚫
Mereka tertawa karena kerecehan yang Daniel buat. Mata Daniel melihat Arsen yang baru saja datang dengan Vera.
"Bi, lo cobain udang ini deh enak parah."
"Niel jangan ngaco, Biya alergi seafood."
"inget perjanjian kitakan? Yang ketawa harus diberi hukuman."
Sabiya berdecak kesal akhirnya dia menuruti kemauan Daniel. Dia siap memakan tapi sendok yang ia pegang ditarik seseorang begitu saja.
"Biya gak boleh makan seafood."
Sabiya menelan ludahnya dengan susah payah setelah satu minggu dia berjuang haruskan Arsen muncul di hadapannya seperti ini?
"tuhkan dia masih peduli sama lo." kata Daniel setelah Arsen pergi dari hadapan mereka.
"lo sengaja ngelakuin ini?" tanyanya
"iyah, gue mau ngetest Arsen."
"Daniel gila lo kalau sampe Biya makan tuh udang yang ada lo bakal kena imbasnya Arsen."
Daniel mengangkat kedua bahunya. Dia menunjuk Arsen dengan dagunya. "dia dateng lagi tuh."
Arsen datang menaruh minuman di hadapan Sabiya. "Sabiya gak suka taro."
KAMU SEDANG MEMBACA
SabiyArsen
Teen Fictionsemua orang mempunyai titik Lelahnya masing-masing, dan sekarang aku sudah berada dititik itu untuk itu, aku melepasmu untuk dia.