Arsen tak tidur lagi sampai pagi harinya dia memilih untuk bermain game. Lalu dia pergi mandi untuk bersiap pulang ke Jakarta.
Tapi sebelumnya dia mengirimkan pesan kepada Sabiya.
Arsen
Selamat pagi Bi❤
Arsen meninggalkan ponselnya di atas kasur. Dia pergi ke kamar mandi.
Sepuluh menit berlalu dan Arsen sudah kembali, dia mengcek ponselya tapi tak ada balasan dari Biya.
Arsen mencoba menelpon namun tak diangkat.
"shit." umpatnya.
Pasti karena dia ketiduran Sabiya jadi marah kepadanya.
"Sen udah siap? Kita berangkat sekarang."
Ibunya datang, Arsen mengangguk.Dia membawa barang-barangnya keluar dari kamar.
"pagi abang." Dinda muncul sambil memakan roti bakar buatan neneknya. "kok cemberut sih? Harusnya seneng dong kan mau pulang bisa ketemu kak biya."
"berisik."
Dinda mengerucutkan bibirnya. Dia memilih masuk ke dalam mobil.
"udah siap semua?" tanya papahnya.
Arsen mengangguk. "udah pah."
Papahnya mengangguk. "Bu, ibu naik ke mobil yah."
Nenek Arsen menuruti perkataan anaknya. Iya, nenek Arsen memutuskan untuk ikut ke Jakarta karena Ellena yang memaksanya, katanya agar Ellena bisa fokus mengurus mertuanya itu.
"Ver, lo naik mobil mana?" tanya Arsen begitu Vera datang.
"kayaknya bokap deh." jawab Vera. "btw, makasih yah udah mau nemenin gue selama di Semarang."
Arsen mengacungkan kedua jempolnya. "sip."
Lalu mereka masuk ke dalam mobilnya masing-masing dan pergi menuju Jakarta.
⚫⚫⚫⚫⚫
Sabiya membanting tasnya ke atas meja kafe membuat Tesya tersedak karena kaget.
"lo kenapa sih Bi?" katanya
Sabiya memberengut kesal. "bete."
"sama Arsen?"
"semua orang."
Tesya mengerutkan keningnya. "lah?"
"SABIYA."
Mereka menoleh ke arah suara, ada Irene yang baru saja datang. Dia duduk di sebelah Tesya.
"lo harus liat ini." Irene memberikan ponselnya tapi Tesya mencegahnya. "ih Tes, apaan sih lo."
Tesya berdecak. "duh lo ganggu aja tau gak sih Ren, pergi sana, gerah kalau ada lo."
"gue mau kasih liat foto yang hot."
"foto apaan sih? Paling juga foto hot lambe turah."
Irene memutar bola matanya malas. "terserah lo deh, yang penting Sabiya harus liat."
Sabiya terlajur malas, sudah bete ditambah bete lagi. Dia beranjak dari duduknya pergi meninggalkan Tesya dan Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
SabiyArsen
Teen Fictionsemua orang mempunyai titik Lelahnya masing-masing, dan sekarang aku sudah berada dititik itu untuk itu, aku melepasmu untuk dia.