Part 2

20.6K 304 25
                                    

        
      Axelio memasuki rumah. Menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di teras belakang rumah sambil membicarakan sesuatu. Axelio pun menyapa mereka,  dan ikut duduk di kursi sambil melonggarkan dasi yang masih terikat di batang leher nya.

"Gimana kerjaan di kantor?" Afizhah yang tak lain adalah ibundanya.

"Lancar kok" menjawab dengan seperti biasanya singkat,padat bin jelas.

"Gak salah papa percaya kamu,  memang hebat lah kau! I'm proud of you.. perusahaan menjadi maju kalau kamu yang mengatasi" Ucap Doni Ayahnya sambil meneput jidat eh...pundak Axelio.

"Soal perusahaan sih pinter..tapi,soal cari calon istri mah blo'on" Ucap Afizhah sambil memberikan kopi panas pada Axelio.

"Belum ada cewek yang tepat,ma" Jawabnya sambil menyeruput kopi panas itu.

Buset, bukan main ini kopi panasnya..mateng nih lidah gue' batin Axelio

"Kamu mau cari cewek kayak gimana lagi? Kamu udah 27 tahun, itu udah tua loh" Melotot kan mata karena di bilang tua, siapa pula yang tak kaget dibilang begitu.

"Mama kalo ngomong suka jujur, tapi jangan jujur amat lah" Sambil kembali menyeruput itu kopi panas.

"Mama mau, dalam waktu 1 bulan kamu bawa itu calon istri kau. Kalau tidak.....ku injek biji kau, ya!" Axelio pun tersedak kopi panas itu karena terkejut mendengar perkataan mamanya.

"Sadis kali mama ini" Doni pun menutup koran yang di baca dan menaruh nya di meja.

"Jangan bilang begitu, ngilu kali aku jadinya!" Pergi meninggalkan Axelio bersama Afizhah.

"Kalo kamu 1 bulan belum bawa calon istri kerumah, ku jodohkan kau dengan anak tetangga sebelah" Ikut pergi meninggalkan nya sendiri di teras belakang rumah.

Axelio pun membayang kan dijodohkan dengan anak tetangga sebelah rumah yang memiliki wajah seperti dijah yellow. Bergidik ngeri membayangkan itu semua.

"Aduh serem kali..." pergi ke kamar untuk istirahat dan tak memikirkan dulu apa yang dikatakan mama nya tadi.
_______________________________________

Mengangkat tangan kanan dan menghadap tiang bendera sekolah. Sudah hampir 1 jam aku berada di sini, dengan terik matahari sore yang panas. Guru yang menghukum ku pun tak kunjung datang dan mengakhiri penderitaan ku ini.

"Aduh Tuhan..tolong turunkan es teh ke aku, haus nih" dengan nada merengek seperti anak kecil.

"Gatel pula nih kaki, tapi gak bisa garuk. Kalau ku garuk ditambah lagi ini hukuman" Aku pun berusaha menghilangkan rasa gatal yang ada di kaki ku dengan salah satu kaki sebelah nya.

Tak beberapa lama, bunyi bel pulang pun berbunyi. Banyak murid-murid keluar dari kelas dan melihatku sambil tertawa yang berada di tengah lapangan sambil menghadap tiang bendera.

"Apa kau lihat-lihat? Kucolok mata kau, mampus lah" Maki ku pada anak-anak yang melihatku.

Guru yang menghukum ku pun menghampiri ku. Ia menyuruh ku ikut ke kantor ruang guru, menyuruh ku duduk di kursi depan nya.

"Enak toh? Kamu buat lah contekan lagi lain waktu, biar ku hukum dirimu lagi" Ucap Pak Joko. Aku pun hanya tertunduk.

"Iya, maapin saya..gak akan lagi diulangi deh" Jawabku.

"Sekarang kau boleh pulang" Aku pun langsung berpamitan pada Pak Joko dan keluar dari ruangan itu.

Aku melihat teman-teman ku telah menunggu di depan ruang guru dengan wajah menahan ketawa.

 Young Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang