Part 13

8.6K 132 8
                                    

  Saat di depan rumah. Aku menawarkan Kenzie untuk mampir, tapi seseorang tiba-tiba menelepon nya. Seketika itu, untuk pertama kalinya aku melihat wajah Kenzie begitu cemas.

"Are u okay?" Tanya ku, setelah ia mematikan teleponnya.

"Gue gak bisa mampir dulu deh kayaknya. Adik gue sakit, dan harus cepet bawa dia ke rumah sakit" Ucap Kenzie dengan panik. Dengan melihatnya seperti itu, aku pun ikut khawatir.

"Bukan nya Lo gak punya adik ya?" Kenzie menatap ku.

"Ceritanya panjang. Gue harus pergi" Sebelum ia menghidupkan mesin sepeda sport nya.

"Gue ikut ...." Kata ku dengan spontan.

"Yaudah yuk" Aku menaiki sepeda dan memeluk Kenzie karena ia melajukan sepeda nya sangat cepat.

Tiba lah kita dirumah yang dibilang cukup sederhana. Didepan rumah itu sudah ada anak kecil laki-laki yang mungkin berumur 10 tahun an. Aku dan Kenzie pun langsung menghampiri anak itu.

"Dimana Julia?" Anak itu menunjukkan di dalam rumah.

Saat memasuki kamar, terdapat anak kecil perempuan sekitar 7 tahun dan aku yakin itu adik dari anak kecil laki-laki itu tadi. Kenzie memeriksa dahi Julia yang sangat panas dan mulai berkeringat dingin.

"Aku akan nganter Julia dulu ke rumah sakit. Aku minta tolong, jaga Rian disini" Aku langsung memotong perkataan Kenzie

"Biar aku pesan taxi. Dan Julia sama aku, Rian biar sama kamu. Ok?" Ia mengangguk setuju, aku pun memesan taxi. tak lama taxi itu pun datang aku menggendong Julia sedang kan Kenzie dan Rian mengikuti dari belakang.

"Don't worry, you'll be fine" menggenggam tangan anak itu dan memeluk nya.

Saat dirumah sakit. Para perawat pun langsung menyiapkan ranjang untuk Julia. Setelah itu ia dibawa ke ICU aku melihat Kenzie yang memeluk Rian dengan cemas. Tak lama dokter datang, Kenzie langsung menghampiri. Aku pun berganti an memeluk Rian untuk memberikan ketenangan pada bocah itu.

"Julia terkena demam berdarah. Untung saja anda cepat-cepat membawa nya kesini, dia harus dirawat inap..."

"Baiklah, dok. Lakukan yang terbaik, saya akan segera mengurus administrasi nya" potong nya. Lalu kami memasuki kamar inap rumah sakit untuk Julia dan melihat Kenzie yang memegang erat tangan perempuan kecil itu.

"Jadi...siapa dia?" Tanya ku.

"Mereka berdua anak yatim-piatu. Lalu aku kasihan sama mereka berdua dan akhirnya aku mengurus mereka" Jawab nya.

"Apakah mereka gak punya keluarga?" Kenzie menggelengkan kepala membuat ku prihatin.

"Orang tua mereka kecelakaan tepat saat mereka masih balita...so yeah" aku mengelus punggung Kenzie.

"Kamu pasti laper kan? Kita beli makan yuk" Ajak ku pada Rian yang matanya memancarkan kesedihan melihat adik nya yang seperti itu.

"Clarissa, makasih ya. Udah mau bantu gue" aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kakak siapanya, kak Kenzie? Pacar?" Tanya Rian pada ku.

"Aku teman nya..."

"Dia pria sangat baik, kenapa kamu tidak ingin menjadikan nya pacar? Kak Kenzie sudah seperti ayah kedua kami. Kau tidak akan menyesal, mencintai pria sebaik dia" Aku tersenyum melihat ucapannya yang polos itu.

"I know. Tapi...aku...memiliki pacar" Jawab ku sedikit ragu.

"Apakah dia sebaik kak Kenzie?"

"Yeah, but sometimes annoying. Apakah kamu mau berjanji kalau kau tidak akan bilang ini ke Kenzie?" Rian mengangguk dengan mantap.

"Good boy" Aku memeluk nya.
Setelah memesan makanan dan membungkus nya. Kami kembali ke rumah sakit. Hatiku mulai lega ketika melihat Julia keadaan nya sudah membaik.

"Aku membelikan kalian makanan, guyss" karena aku melihat Julia yang masih lemah. Akhirnya aku yang menyuapkan nya makanan.

"Kau cantik seperti princess. Kak apakah dia pacar mu?" Tanya Julia dengan begitu polos tetapi Rian menyahut sebelum Kenzie menjawab.

"No. Dia teman nya" aku mengacak-acak rambut Rian gemas.

"Apakah kau ingin menjadi princess, Julia?" Dia mengangguk dengan lemah.

"Kalau begitu kau harus makan yang banyak agar cepat sembuh dan kembali menjadi princess" Aku pun menyuapkan makanan kepada Julia dengan senang hati ia menerima ku dengan baik. Sedangkan di seberang sana Kenzie duduk di sofa sambil melihat ku dari kejauhan.

"Clarissa bisa kita bicara, berdua?"

"Sure..." Kami berdua pun keluar dari ruangan.

"Gue bisa minta tolong gak? Kan lo tahu sebentar lagi gue mewakili sekolah untuk basket di luar kota..karena cuma lu yang tahu soal Rian dan Julia..." Aku dengan cepat memotong perkataan nya.

"Ya...aku akan ngejaga mereka berdua" Kenzie tersenyum dan mengacak-acak rambut ku.

"Gue gak salah kalo suka sama cewek kayak Lo" Ucapnya.

"What?" Tanya ku mencoba untuk memastikan yang baru saja ia katakan.

"Nope. Gue anter lu pulang, ini udah malem" aku pun mengangguk dan berpamitan kepada Rian juga Julia.

Sesampainya di rumah. Aku benar-benar tak menyangka kalau Axelio sudah berada dirumah ku dan menunggu ku.

"Who is that guy?" Tanya nya dengan dingin.

"Friend. Udah lama nunggu?" Axelio mendekati ku.

"Are you sure, just friends?" Aku mengangguk. Hatiku mulai berdetak kencang ketika ia mulai makin mendekat sampai aku tidak bisa kemana mana karena dibelakang ku dinding. Tina-tiba Axelio memukul dinding dengan kedua telapak tangan nya tepat di sisi-sisi leherku. Aku pun sedikit terkejut.

"I don't like seeing you with another guy. Because you're mine!" Axelio menatap ku dengan tajam dengan nada yang begitu serius.

"You don't have to act like that. i love being yours" aku memeluknya dengan erat, entah mengapa sekarang aku begitu nyaman saat dekat dengan Axelio walaupun terkadang sikap nya membuat ku frustrasi.

"If you're mine, you're mine. I'm not sharing you with anyone else" Aku tersenyum ketika ia mengucapkan itu.

"You're mine. I love when you say those words" Axelio mendekatkan bibirnya ke bibirku hampir menciumiku, tetapi tiba-tiba mamaku datang dan merusak segalanya.

"Oops sorry. I'm leave" Aku menghampiri mamaku.

"Maaf ma. Aku pulang terlambat" Dengan keajaiban Tuhan mamaku ku pun memaafkan ku dan bersikap lembut.

"Tidak apa-apa. Tapi jangan pulang malam seperti ini lagi, apalagi bersama Kenzie" Aku mengangguk karena tak ingin berdebat mengapa mama melarang ku bersama Kenzie.

"Baiklah. Mama ke kamar dulu"

"Lu gak lupa kan? Besok kita fitting baju pengantin?" Tanya Axelio

"Iyaaa... gini-gini ingatan gue tajam ya" Jawabku dengan sombongnya.

"Baguslah. Jadi gue gak perlu ngulang-ngulang buat ngingetin lo. Inget gak berapa Minggu lagi kita nikah?"

"1 Minggu lagi" Aku memutarkan bola mataku malas.

"Cepet sana lo ganti, kita pergi cari es cream" Mataku pun terbelalak bahagia. Karena es cream adalah dessert terfavorit ku, walaupun aku sakit jika ada es cream di kulkas aku pun akan memakan nya juga.

"Yaudahh gue ganti baju dulu" aku pun segera berlari ke kamar dan mengganti bajuku yang hangat.

 Young Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang