Battement de Coeur (heartbeat)

6.2K 537 111
                                    

1 bulan sudah aku tinggal dengan lelaki tampan itu, tinggal bersamanya bukanlah hal mudah, menahan debaran dan menyembunyikan rona merah di pipi benar benar menjengkelkan tapi ku akui aku menyukai rasa itu, debaran yang hadir saat ia mulai menyeka kotoran d sekitar mulutku ketika kami makan bersama, rona pipi yang muncul saat ia bicara dengan menatap langsung ke mataku kadang ke bibirku atau perasaan aneh di perut saat ia menciumku. aku menyukai semuanya.

sejak aku tinggal disini singa besar itu mulai memiliki kebiasaan baru seperti dia selalu mengantarku ke kampus atau aku yang menunggunya pulang kerumah, dia yang selalu menyempatkan mencium keningku sebelum kami tidur atau saat bangun tidur dan 1 yang kusuka dia selalu makan di rumah dan memintaku memasak untuknya seperti selalu.

Sifatnya benar benar berubah ketika berada di dekatku. dia begitu lembut, baik, romantis, perhatian dan selalu melindungiku. itu menyenangkan tapi sampai saat ini dia belum juga menjawab apa pekerjannya dan siapa mereka yang selalu menjemputku saat ia tak sempat di kampus atau di cafe milik tar, entahlah aku hanya berpikir sampai kapan kami seperti ini tanpa terbuka satu sama lain, namun tak bisa kupungkiri aku juga belum menceritakan sepenuhnya tentang keluargaku

"apa yang kau pikirkan?"

Pete sedang memasak di dapur saat Ae tiba tiba saja berdiri di sampingnya.

"apa yang kau pikirkan?"

"akkhh.." entah mungkin karna terlalu terkejut Pete hampir saja menggores tangannya sendiri, dan Ae yang melihat itu langsung mengambil alih tangan Pete

"ini tidak berdarah" bicara sepert itu Ae membawa tangan Pete menuju wastafel dan membersihkan jeri jari Pete disana

"kau punya jari jari yang cantik" Pete langsung menyembunyikan tangannya di belakang berikut dengan pipinya yang merah, Ae mengubah posisi mereka hingga saat ini Pete terpojok di depan wastafel dengan Ae yang menghampit tubuhnya

"jadi apa yang sedang kau pikirkan tadi hmm?" Ae meletakan tangganya di samping Pete dengan bertumpu pada pinggir wastafel, ia mencondongkan wajahnya agar bisa langsung menatap wajah Pete dari jarak teramat dekat

"tidak ada"

"tatap mataku"

Pete menatap mata tajam itu namun belum hitungan detik ia sudah memalingkan wajahnya entah kemana

"kau memikirkanku?"

Blushh

Bagai maling yang tertangkap basah wajah Pete memerah, bagaimana mungkin Ae tau apa yang ia pikirkan? apa mungkin Ae punya kekuatan untuk membaca pikiran? setidaknya itulah yang di pikirkan Pete saat ini

"aku tidak" bantahnya

"kau iya"

"tidak"

"iya"

"tidak"

"tidak"

"iya"

Ae menaikan satu alisnya begitu Pete menjawab iya

"haiss kau menjebakku?" Pete menatap mata itu

"dan kau terjebak, cukup akui kau memikirkanku kenapa begitu- bau apa ini?"

"yak!!!! ikanku!"

1 bulan Ae dan Pete tinggal bersama, selama 1 bulan itu kebiasaan mereka kini sedikit demi sedikit berubah. Pete terbiasa dengan kehadiran Ae di sekitarnya, ia akan mulai mengoceh ketika sudah larut namun Ae masih bekerja, ia akan bangun lebih pagi dari Ae, berada di kamar yang sama membuat Pete yang selalu mengiapkan pakaian kantor Ae bahkan sampai warna kaus kaki ia yang pilihkan sedangkan Ae? Ia terbiasa dengan sikap manja Pete, sikap kekanakannya, terbiasa makan 1 meja dengan lelaki manis itu dan terbiasa menatap matanya, entah sejak kapan namun mereka seperti sudah terikat benang merah tak kasat mata saat ini.

(Season 1) The Noir Dans l'océan(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang