" Tatapan adalah awal mula dari mencintai. " - Althea
_••_
Tinn!
Klakson mobil renger merah terus berbunyi ketika masuk melewati pagar SMA Bakti Luhur, hingga sampai di parkiran sekolah. siswa-siswi yang berjalan dengan santai sampai loncat ke sisi kiri-kanan jalan karena takut kena tabrak.
Inilah jadinya jika Rio yang mengemudi mobil, membawa mobil seperti orang yang putus asa akan kehidupan. Althea yang duduk dikursi sebelahnya terus berteriak histeris. Bayangakn saja, tadi mobil mereka dipaksa Rio berjalan ditengah-tengah truk besar yang berisi gas dan mobil SPBU, belum selesai sampai disitu ketakutan yang Althea rasakan, kakak gilanya itu hampir menabrak mobil lain dan penjual bubur keliling.
Althea harus mengadukan ini pada Ayah dan kakak-kakaknya. Yang benar saja, nyawanya sepanjang perjalanan dipertaruhkan. Sampai gadis itu berjanji pada Bundanya akan bersikap menjadi lebih anggun semana patutnya gadis remaja seusianya. Berjanji untuk tidak manjat lagi ke atas pohon mangga dikebun rumah Omanya, dan berjanji akan membunuh cowok psycopath di sebelahnya itu.
Napasnya masih belum teratur, shock paskah kejadian yang ingin merenggut nyawanya. Padahal Thea belum sempat merasakan jatuh cinta, bahkan ia belum sempat dipertemukan oleh teman masa kecilnya. Apa Rio sengaja ingin membunuh Althea secara cepat? Selagi Tezza tidak ikut ke sekolah karena cowok kulkas Thosibah dua pintu itu sedang sakit.
Althea membuka sepatunya lalu memukul ke kepala Rio.
"LO MAU BUNUH GUE?!" teriaknya dengan menjambak rambut tebal milik Rio.
"A-aw, sa-sakit... Lepasin Theaaa!" bentak Rio pada sang adik.
'Ya, bagus Thea, sekarang sifat bar-bar lo keluar karena cowok sialan ini.'
Sepasang anak Dimitri itu menjadi pusat perhatian seluruh murid juga para guru. Mereka ingin tertawa namun takut jika setelahnya Rio akan menghajar dengan emosi yang membabi buta.
"MATI LO SEKALIAN BANGSAT! GUE GEREM PUNYA KAKAK PSYCOPATH KAYAK ELO!!!"
Rio hanya bisa meringis, memohon pada Tuhan agar siksaan ibu tiri jadi-jadian yang menyiksanya saat ini cepat berakhir. Althea sudah seperti orang kerasukan setan memukul Rio hingga mengeluarkan cairan darah di sudut bibirnya.
Nabis punya adek tomboy dan juara taekwondo se-Provinsi ya begitu. Rio sekarang menyalahkan dirinya, laki-laki itu menyesal memberikan ide gila kepada kakaknya Aron untuk mengajarkan Thea tentang bela diri.
Perkelahian itu juga disaksikan oleh teman-teman Rio termasuk Arsen. Mereka hanya tertawa dan Arsen tersenyum melihat penyiksaan keji yang adik kesayangan Rio lakukan. Teman-teman Rio bahkan tidak mau memisahkan mereka, mereka takut jika akan menjadi bahan samsak Althea selanjutnya. Hingga Pak Anwar—kepala sekolah SMA Bakti Luhur—memisahkan mereka. Jika tidak maka akan ada perang saudara dan tumpahan darah di sekolah.
"Thea, sudah!" Pak Anwar membentaknya karena Althea terus maju untuk memukul Rio.
Rio menghapus cairan kental di sudut bibirnya.
"Gila. Tenaga lo makin kuat aja. Lo makan apaan sampe punya tenaga extra kayak gitu?" tawa kecil keluar dari bibir Rio, membuat luka itu semakin perih.
Napas Althea yang sudah tidak membara dari sebelumnya, melotot melihat cairan kental dibibir kakaknya, seberapa emosinya pun gadis itu maka ia akan luluh jika melihat kakaknya terluka.
'Apa gue mukulnya terlalu keras?' tanya Althea pada diri sendiri.
Kemudian ia berjalan ke arah mobil, mengambil kotak P3K di dashbort mobil. Lalu menarik Rio untuk duduk dibangku dekat mobil mereka. Senyum merekah di wajah Rio. Lihatlah perlakuan manis Althea saat ini, membuat Rio semakin menyanyangi adik cantiknya itu. Membuat semua orang iri pada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisthisi
Teen FictionAlthea Lyra Dimitri Wanita cantik, baik, pintar,sedikit tomboy,dan permata kedua setelah bunda nya dikeluarga Dimitri. Entah kesialan atau malah keberuntungan yang menimpahnya,sehingga harus mempunyai empat saudara laki-laki yang begitu possesive t...