🍦4. Noah

72 11 6
                                    

Awal pertemuan yang tak berbuah manis, membuka luka lama dengan rasa sakit baru.

🍦🍦🍦

Happy Reading!

Noah berjalan mendekati Teguh yang sudah duduk dengan tegak. Memberikan izin ke Dokter tersebut untuk memeriksa kondisinya yang mungkin jauh lebih baik dari sebelumnya.

Mengabaikan tatapan tidak percaya dari Zalfaa yang duduk di seberang. Iris hitam itu tak henti-hentinya menatap Noah bingung.

Teguh ingin bertanya kepada Zalfaa yang tak lepas menatap Noah tapi ia urungkan karena dia bukan siapa-siapa Zalfaa yang tak punya hak untuk bertanya. Mereka hanya sebatas teman yang baru saja terjalin beberapa menit yang lalu.

"Kondisi kamu jauh lebih baik dari sebelumnya," Noah mencatat perkembangan Teguh ke dalam buku kecil yang selalu ia bawa kemana-mana. Dia menatap Teguh yang sudah tersenyum senang. Inilah yang Noah suka, melihat pasien nya bisa bahagia walaupun dengan penyakit mematikan yang mereka hadapi.

"Apakah aku boleh pulang dok?" Teguh harap-harap cemas menunggu jawaban dari Noah yang masih sibuk menulis perkembangan diri nya di buku. Sesekali Noah memperbaiki frame kacamata yang meluruh dari hidungnya.

"Boleh," Noah menghentikan jarinya. "Dengan syarat kamu harus ikut kemoterapi seminggu tiga kali." lanjut Noah tanpa ingin melihat Teguh. Dia tahu, setiap dia memberikan kabar baik ke pasien maka dia juga akan memberikan kabar buruk. Karena dua hal itu tak akan pernah bisa lepas.

Bibir Teguh yang tadi sempat terangkat kini terbalik ke bawah dengan tangan mencengkram erat sprei.

"Apakah sakit yang aku derita itu cukup parah Dokter sampai aku harus di kemoterapi?"

Noah menghembus kan nafas panjang. Menatap Teguh yang tidak sebahagia tadi. "Semua kanker itu bahaya buat yang menderita nya. Tapi, kamu jangan lupa kalau kanker juga bisa sembuh. Udah ada banyak pasien yang berhasil sembuh dengan keinginan yang kuat. Kalau kamu emang mau sembuh maka kamu harus punya keinginan yang kuat kayak mereka."

Zalfaa mangatup bibirnya rapat. Dia merasa takjub melihat wibawa Noah yang berbeda dengan Noah yang ia temui kemarin sore.

Diam-diam Zalfaa memperhatikan Noah yang mulai kembali sibuk mengecek kondisi Teguh. Dia sangat mengagumi Noah yang sedang berdiri di depannya dengan tangan sibuk merapihkan selang impusan yang sempat mengeluarkan darah karena terlalu banyak bergerak.

Zalfaa ingin bisa berkenalan dan dekat dengan Noah tapi bayangan kejadian kemarin sore membuat nya kembali kesal.

"Astaghfirullah ini Jakarta panas banget melebihi Bandung," Zalfaa yang baru saja selesai joging sore di salah satu taman dekat kosan harus mengeluh sepanjang lari dikarenakan terik matahari yang tak pernah ada lelah nya padahal hari sudah menjelang Maghrib.

Ia mencoba duduk di bawah bangku panjang dekat pohon rindang guna menutup diri agar tidak terlalu terkena paparan sinar matahari. Sesekali kaki nya berayun-ayun di udara dengan tangan fokus menscroll layar ponsel.

Di sedang satlking akun cogan yang sudah menjadi following nya selama setahun ini. Zalfaa berharap, suatu hari nanti dia bisa punya pasangan hidup seperti mereka yang memiliki; tubuh atletis, mata biru, hidung mancung, bibir penuh menggoda dan wajah sempurna layaknya dewa yang pernah ia baca di salah satu dongeng anak-anak.

NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang