Aku menyenderkan kepala ku diatas meja dan kutelungkupkan dengan kedua tangan. Aku merasakan pusing di bagian kepalaku. Ini mungkin karena efek semalam aku gak bisa tidur, dan setelah kejadian di tempat Pecel ayam dengan 3 makhluk astral yang menyebalkan.Berkali kali aku menguap, mencoba tertidur dengan memejamkan mata. Aku merasakan ngantuk yang luar biasa, mataku bahkan sangat berat untuk kubuka. Untung saja pelajaran kedua kami mendapatkan jam kosong, jadi aku bisa sepuasnya tidur.
Tetapi setelah lama aku memejamkan mata, aku bahkan tidak tertidur sama sekali meskipun mataku terpejam tetapi aku masih dapat mendengar jelas orang orang yang sedang berbicara di sekelilingku. Ada yang mengobrol di samping bangku ku, ada juga yang terdengar sedang menyanyi, apalagi sampai teriak-teriak gak jelas. Dan yang lainnya.
Setelah beberapa lama kemudian bel istirahat berbunyi, segelintir siswa segera bergegas untuk mengerumuni tempat terlegend, tempat dimana bisa sepuasnya makan, dan tempat untuk menumpahkan rasa laparnya, tidak lain adalah kantin. Fatwa dan Feby juga mengajakku pergi ke kantin, tapi aku menggelengkan kepala dan lebih memilih tidur di kelas.
**
" Nadila"
Aku membuka mataku, mencoba mengumpulkan nyawaku, samar samar aku melihat seseorang berdiri di ambang pintu tersenyum ke arahku. Sejak kapan dia disana, mungkinkah sedari tadi ia memanggilku dan menungguku bangun.
"Alan"
Ngapain sih dia kesini.
Sontak aku langsung mendudukan kembali badanku. Aku merasakan pegal di bagian leherku karna aku tidur hanya menghadap kanan.
Alan berjalan mendekat ke meja ku. Aku menatap lekat Alan dan mataku tertuju pada sebuah kantung kresek yang dibawanya.
" Pasti lo belum makan. Gue bawain makanan."
Alan menyodorkan kantung kresek itu dan ia mengeluarkan isinya, terdapat teh botol dan dua buah roti. Aku melihatnya merasa heran, tau darimana dia kalau aku belum makan.
" Gue gak laper." ucapku datar.
" Lo harus makan. Kalau nggak, nanti lo tambah sakit gimana."
Aku menghela nafas pelan.
" Gue gak sakit, gue cuma kurang tidur aja." kataku dingin. Entah kenapa berhadapan dengan Alan rasanya malas. Makin gak semangat.
" Kita ke UKS aja yuk nad, lo kelihatannya sakit, wajah lo pucat banget." ajak Alan.
Aku memutarkan bola mataku 90 derajat.
" Udah gue bilang gue gak sakit." tegasku pada Alan yang masih saja menganggapku sakit padahal aku kan cuma kurang tidur aja semalam dan rasa pusing ku juga sudah hilang karna dengan tadi aku tidur sebentar.
" Beneran?"
" Iya"
" Lo gak bohong? Lo beneran gak sakit?" tanya Alan memastikan.
" Enggak!!" tegasku mulai kesal dengan semua pertanyaan Alan.
Aku lebih memlilih menidurkan lagi kepalaku diatas meja, rasanya makin penat saja. Bisa bisa kepalaku pecah kalau sampai berlama lama berhadapan dengan orang aneh itu.
" Nadila" panggil Alan lagi.
Aku masih bisa mendengar jelas panggilan itu. Tapi aku diam dan tak menjawab.
" Dimakan roti nya."
Aku mendecih pelan, mendongakan kepalaku dan menatap Alan yang sedari tadi berdiri didepan meja ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dream
Teen FictionNadila utami, dia mempunyai mimpi setinggi langit. Namun mimpinya itu terhalang oleh rasa cinta yang sangat dalam. Rasa cinta itu membuat dia semakin tak fokus memikirkan untuk masa depannya. Siapakah orang yang sangat dia cintai? Apakah dia bisa me...