Satu bulan berlalu, Asrama kami kedatangan Mahasiswi baru bernama Risma.
Awalnya kami tak begitu akrab disebabkan dia yang ku kira Cuek dan tak terlalu banyak bicara. Lagi pula kami bukanlah teman sekelas.Tapi,seiring berjalannya waktu kami menjadi sangat akrab. Semua itu bermula ketika beberapa hari aku sering memperhatikan dia yang selalu memasak. Bahkan, jarang sekali kulihat dia membeli makanan didepan kampus.
Pernah sekali, sabtu pagi kudapati dia berada didapur sedang asyik memotong beberapa sayuran.
" Serius banget, Ma" iseng-iseng aku mendekatinya.
"Ehh, Nurul. Ini aku mau masak sayur. "
" Kamu tiap hari aku lihat masak terus ya, apa gak capek, Ma? "
"Enggak kok, Malahan makan lebih nikmat kalo sama masakan sendiri, Hhehe" Dia menjawab sambil tertawa.
Aku mulai cemas takut salah bicara dengannya. Masalahnya kami belum begitu akrab.
Karena kebetulan diriku yang tidak terlalu bisa memasak mencoba mengajukan tawaran padanya."Wahh hebat dong, Ma. Oiyah, kamu mau gak ajarin aku masak? "
"Masakan aku ga terlalu enak kok, Nun. Lagian ini juga aku masih belajar "
" Gapapa, Ma. Kita belajar berdua boleh kan ya? "
"Boleh, Aku seneng banget malah kalo ada temen masak" Jawabnya sambil tersenyum.
Medapat respon baik darinya, Masya allah aku senang sekali.
"Yasudah, besok abis sarapan kita kepasar yah? Kebetulan sekarang aku ada hafalan, jadi maaf ya gak bisa nemeni kamu dulu"
"Iya, Nun. Gak papa kok."
Akhirnya kutinggal dia didapur sendirian. Sebab ada hafalan yang harus kusetor pada ba'da magrib nanti.
* * *
2 Minggu berlalu, dan kami semakin akrab. Dan dia tidak secuek yang kukira sebelumnya.
"Nun, Aku boleh belajar bahasa arab sama kamu?" sore itu, tiba-tiba Risma menghampiriku ketika aku sedang asyik menyusun beberapa buku.
"Masya allah, tentu saja boleh. Dengan senang hati, Ma."
"syukron, Nun. Aku lulusan SMA jadi masih jauh dari kata bisa berbahasa arab. Apalagi peraturan disini siangnya wajib berbicara pakai bahasa arab"
"Iya, peraturan begitu supaya memotivasi yang lain untuk belajar bahasa arab. "
"Yasudah, aku mau bikin tugas dulu. Nanti ba'da isya kita belajar ya Nun?"
"Na'am, Risma" kujawab menggunakan bahasa arab dan dia pun hanya tersenyum.
Risma yang ingin belajar bahasa arab denganku serta aku yang ingin belajar memasak, membuat pertemanan kita terasa saling melengkapi.
Aku memiliki hobbi yang suka makan dan selalu ngemil tapi alhamdulillah badan tetap langsing dan ya, mungkin saja emang ukuran tubuhku yang ideal atau teman-teman yang lain sering mamanggil "Adik Kecil". Karena memang hanya aku disini yang memiliki tubuh paling kecil.
Malam itu selepas sholat Isya, Risma menghampiriku.
"Nun, besok belanja ke pasar yuk?"
"Besok Jam berapa Ma? Mau ke pasar yang mana?"
" Pulang kuliah aja, Nun. Abis sholat dzuhur dan makan siang, kamu bisa?"
"Insya allah bisa, Ma"
"Yasudah, aku mau gabung belajar dulu sama yang lain. Tapi nanti jangan lupa yah ajarin aku Bahasa Arab yah?"
"Okee"
Begitulah keseharianku setiap malam, kami semua makan bersama, belajar bersama, bercanda bersama dan sudah seperti keluarga sendiri.
Esoknya Kami berangkat ke Pasar yang letaknya cukup jauh dari Kampus membeli beberapa bahan masakan. Saat di Angkot masih banyak orang yang memandang aneh padaku yang memakai Si Hitam.
Memang kala itu sedang hangat-hangatnya isu teroris yang bertebaran. Dan juga aku tinggal di Kota Padang yang mana Masyarakatnya masih banyak yang belum tahu akan makna Si Hitam.
Saat turun dari angkot dan berjalan menuju pasarpun masih banyak yang diam-diam memperhatikanku. Awalnya aku anggap biasa saja dan tetap melanjutkan kegiatan belanjaku.
Kami membeli ikan dan sayuran segar untuk dimasak di Asrama nanti. Walaupun banyak beberapa pasang mata yang melihat kami, namun sebisa mungkin kami berusaha bersikap santai.
"Nun, nanti sebelum pulang kita mampir di halte depan ya?"
"Mau ngapain, Ma? Lebih baik langsung pulang saja."
"Itu, Nun, aku mau ambil kiriman dari Ibuku. Jadi ya ditunggu disana saja, kebetulan orangnya mau ngantar kesana"
"Oh yasudah, tapi gak lama kan, Ma?"
"Gak Nun, Abis ini kita langsung kesana ya? Sekalian nanti naik angkot disana saja"
Akupun hanya mengangguk pasrah, walaupun jujur saja diriku saat itu begitu lelah tapi juga tidak tega menolak permintaan temanku.
Kurang lebih sudah 20 menit kita berdiri disana, namun kiriman yang kita tunggu belum juga datang. Aku sudah mulai tak nyaman dengan setiap pasang mata yang memandang aneh padaku.
Berbeda dengan Risma yang terkesan cuek sebab dia tidak menggunakan si Hitam dan hanya memakai baju syar'i saja.
Ada satu hal yang patut ku syukuri semenjak memakai si Hitam, Setiap langkah kakiku terasa terjaga dari pandangan yang tidak di inginkan.Berbeda saat masih di Pesantren yang belum memakai Si Hitam dan pakaian syar'i, ketika dulu aku berjalan keluar selalu saja ada mulut laki-laki yang menggoda tapi tak pernah ku hiraukan.
Tapi, sekarang alhamdulillah godaan itu tak pernah lagi kudengar.
"Masih lama, Risma? Kita sudah hampir 1 jam menunggu disini tapi kenapa kiriman kamu belum datang juga?"
Aku mulai mengeluh karena lelah dan juga tak biasa berdiri ditempat umum dalam waktu yang cukup lama seperti ini."Sabarr, Nun, Barusan ku telpon sudah hampir sampai. Maaf ya sudah bikin kamu menunggu lama" ucap Risma sudah mulai panik sebab dari tadi yang ditunggu tak juga datang.
Aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan alhamdulillah kurang lebih 10 menit berlalu kirimannya datang dan kita langsung saja pulang menuju asrama.
Saat diangkot, hal tak jauh berbeda terjadi lagi. Namun sebisa mungkin aku bersikap biasa saja dan menunduk selagi mereka tidak melakukan tindakan fisik. Dan banyak di antara mereka yang juga menjaga pandangan.
Bukankah benar, dengan menggunakan si Hitam kita sudah membantu menjaga pandangan lelaki. Menghindari berbagai macam fitnah, mengurangi kerusakan moral di masyarakat dan melindungi wanita dari bentuk kejahatan dan godaan kaum adam.
Lalu, untuk apa teman-teman merasa ragu menutup aurat? Bukankah sudah jelas, dalam Surah An-Nurr ayat 31 :
"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya; janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS an-Nur [24]: 31).Selamat membaca.
Harapan kami, semoga kalian suka dan bisa memotivasi untuk hijrah menjadi lebih baik lagi.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentar dari teman-teman yah, supaya diriku lebih semangat lagi nulisnya.
Follow me : dfRahma23 ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Cadar Pertamaku ✔
EspiritualSebelum baca, Follow dulu yah❤ Hitam adalah warna kegelapan, warna yang menggambarkan kematian, penyesalan, kesepian. Hitam warna yang suram. Namun, ada kenyamanan bagi siapapun yang ingin bersembunyi dibalik hitam. Begitulah opini masyarakat kebany...