09. Ketika Terbangun.

15.9K 100 7
                                    

Takeru tengah bermalas-malasan di atas tempat tidurnya yang empuk, dia hanya mengenakan celana pendek yang longgar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Takeru tengah bermalas-malasan di atas tempat tidurnya yang empuk, dia hanya mengenakan celana pendek yang longgar. Selimut yang ia kenakan untuk menghalau hawa dingin saat tidur semalam telah berada di atas lantai, terjatuh dari tempatnya. Tak hanya selimut saja, beberapa bantal dan guling pun menumpuk di samping ranjangnya.

Seperti malam-malam biasanya, lelaki berambut hitam itu tak pernah bisa tidur dengan posisi tenang. Walau senyenyak apapun, dia selalu bergerak tak beraturan saat dalam keadaan tidur. Jadi tak heran jika keesokan harinya mendapati tempat tidurnya berantakkan.

Kedua mata Takeru menatap ukiran kayu yang rumit pada tempat lampu di langit-langit kamarnya. Pada tiap sudutnya terdapat potongan kecil cermin kaca yang memantulkan cahaya yang di keluarkan lampu gantung. Dia melihat ada satu bagian cermin kaca tersebut yang hilang, mungkin telah lama jatuh dari tempatnya tanpa disadari.

Takeru terbaring di atas kasur empuk dengan sprei berwarna hitam dengan motif bintang-bintang kecil. Bantal dan guling dengan isi bulu angsa yang lembut tergeletak di atas lantai keramik putih polos yang mengkilap. Dinding kamar di cat merah darah dengan motif garis vertikal berwarna putih sebatas garis tengah tinggi dinding ruangan.

Takeru tinggal di sebuah rumah berlantai dua bersama sepupu perempuannya yang merupakan mahasiswi semester dua, Haruna Kojima. Dia mulai tinggal di rumah Kojiharu (panggilan Haruna) seminggu yang lalu, saat ia datang dari Saitama, tempat kelahirannya. Kedatangan Takeru dan tinggal di rumah tersebut adalah untuk melanjutkan sekolahnya yang telah pindah dari sekolah lama.

Kenakalan Takeru di sekolah sebelumnya, Shinigami Highschool, membuat dirinya dipindahkan ke sekolah lain. Banyak sekolah yang tidak mau menerimanya, hingga akhirnya ia di bawa ke kota Akihabara, tempat kelahiran ayahnya. Beruntung ayahnya mengenal sosok penting di salah satu sekolah megah kota itu, sehingga Takeru dengan mudah diterima untuk melanjutkan sekolah di Sakura Blossom Highschool.

"Hoaaammmm!!!!"

Kedua mata masih terasa berat dan kantuk saat mulutnya terbuka lebar, menguap dan diikuti oleh kecapan mulutnya seolah sedang mengunyah sesuatu. Takeru mengangkat kedua tangan dengan sela-sela jari kanan kirinya saling terkait untuk meregangkan kedua lengannya. Bunyi krek dari sendi-sendi tulangnya selalu terdengar ketika dia mencoba menggerakkan bagian-bagian tubuh yang diregangkan.

Takeru mengucek-ucek kedua matanya agar cepat tersadar dari tidurnya. Dia bisa saja menarik selimut dan kembali melanjutkan tidurnya. Namun dia harus mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolahnya. Apalagi kondisi kamar mandi Takeru masih dalam perbaikan karena kran airnya yang bocor, sehingga dia harus turun ke kamar mandi di lantai satu rumah tersebut.

Dia melirik jam dinding yang berada di atas jendela kamarnya. Jarum jam menunjukkan angka pukul 5 pagi. Masih ada waktu untuk bermalas-malasan, Batin Takeru. Kedua tangannya mengusap lembut dada dan perut sixpact nya, sesekali dia menggaruk lembut di bagian yang sebenarnya tidak gatal. Pandangan mata beralih ke tubuh bagian bawah, selimutnya telah jatuh ke samping ranjang berukuran double.

Sakura Blossom HighschoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang