First Snow, First Meet

3.3K 338 40
                                    

Tik.
Tik.
Tik.
Tik.

Renjun menghela napasnya. Bosan dan mengantuk bercampur menjadi satu. Narasumbernya tak kunjung datang. Cangkir berisi red velvet cappuccino miliknya sudah kosong sedari tadi, serupa pula dengan piring kecil di sebelahnya. Bahkan blueberry muffin nya sudah habis sedari tadi. Jam di dinding kafe itu sudah menunjukkan pukul enam sore, artinya Renjun sudah berada di sana selama tiga jam. Ayolah bung, dia bukan pengangguran. Dia masih punya banyak tugas yang harus ia kerjakan selain menunggui alumni sekolahnya yang tak kunjung datang. Ia sudah tingkat akhir dan tidak bisa terus bermain-main seperti ini. Ia masih harus belajar untuk ujian-ujian yang akan menyambutnya di semester depan. Belum lagi ia harus mulai mengontak pihak yang mengadakan beberapa program beasiswa yang sudah ia tandai.

"Hhh.. Sudahlah, aku pulang saja.." Renjun membereskan buku kecil, alat tulisnya, dan laptopnya. Ia hendak beranjak dari sana sebelum bel pintu kafe itu berdenting.

"Kak Mark?" Renjun segera mengenali mantan kakak kelasnya dulu, yang selisih empat tahun dengannya. Renjun mengenalinya karena sempat berteman sebentar dengannya saat ia masih SMP dan Mark di tingkat akhir SMA nya.

"Oh hai, Renjun!" Mark segera duduk di kursi di hadapan Renjun. "Aku dengar sekolahmu mengadakan wawancara dengan alumni, benar?"

Renjun kembali duduk di kursinya. "Ya! Sebelumnya aku tidak tahu siapa narasumberku, namun sekolah bilang kalau kita akan bertemu di FuuMin's Cafe, dan di sinilah kita!" Ia terkekeh. "Oh iya, kakak ada mau pesan apa?"

"Ah tidak usah. Oh iya, kalau aku boleh tahu, ada perlu apa repot-repot mewawancarai alumni?"

"Hhh.. Jadi begini, tahun depan akan dibuka pendaftaran siswa baru... Jadi, semacam testimoni, kalau kata Pak Kenta.."

"Pak Kenta masih jadi kepala sekolah?! Waaahhh.. Aku tak menyangka.." Mark tertawa lebar.

"Ya.. Jadi, yang ditugaskan untuk mewawancarai alumni adalah anggota OSIS periode kemarin. Omong-omong, apa aku menganggu kegiatan kakak? Mengingat kakak sudah semester terakhir?"

"Ah tidak juga. Aku memang sedang sangat sibuk, tapi kurasa lebih baik aku beristirahat sebentar. Oh ya, maafkan keterlambatanku, tadi kelasnya sedikit terlambat."

"Ah bukan masalah, kak.."

"Baiklah, apa bisa dimulai sekarang?"

"Tentu!"

Menit demi menit berlalu, tak terasa hingga enam puluh menit berlalu. Renjun mendesah lega sesudah tugasnya selesai dan meletakkan penanya.

"Terima kasih banyak ya, kak!"

"Ah bukan masalah!"

Kling~
Kling~

Mark menoleh ke arah pintu masuk, begitu pula dengan Renjun. Hanya untuk menemukan sesosok lelaki memakai turtle neck dan coat hitam beserta celana yang berwarna senada dengan tas punggung di menggantung di salah satu bahunya. Ia berjalan menghampiri meja Renjun dan Mark.

"Hyung, ayo pulang."

"Iya." Mark segera bangkit dari duduknya, begitu pula dengan Renjun.

"Ah, Renjun! Kenalkan, dia adikku, Jeno.. Jeno, kenalkan, dia mantan adik kelasku, Renjun."

Keduanya berjabat tangan dan mengenalkan nama mereka masing-masing. Mark segera pamit dan meninggalkan meja itu dengan Jeno.

"Hei, hyung.." Jeno menyiku pinggang Mark dan mendekatkan dirinya untuk berbisik. Mark mengedikkan dagunya.

"Wanna know something?" Jeno menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Diikuti pula oleh Mark. Mereka menatap satu objek, Huang Renjun yang sedang berberes. Mark yang mengukir seringainya dan mengalihkan pandangannya pada Jeno yang masih memandangi Renjun.

"Uh-huh???"

"He's cute." Jeno balas menatap kakaknya sambil tersenyum miring dan kembali melanjutkan langkahnya, disusul kakaknya.

Kling~
Kling~

"Brrr... Kenapa jadi lebih dingin, ya?" Mark memeluk dirinya sendiri.

"Hm. Benar. Aku punya perasaan kalau—

"SALJU PERTAMA!!!" Jeno segera menoleh ke asal suara dan menemukan sesosok pemuda manis yang menengadahkan wajahnya menghadap langit kelam dengan wajah riangnya. Tangannya ia tadahkan, membiarkan kepingan-kepingan salju mulai berjatuhan di atasnya.

"Wleee~~" Renjun kemudian menjulurkan lidahnya. Kepingan-kepingan es itu menyentuh permukaan lidah Renjun, meninggalkan sensasi dingin dan senyuman lebar bagi pemiliknya. Renjun terus membiarkan lidahnya menjadi alas bagi salju yang berjatuhan sambil terkikik pelan.

Entahlah, perasaan hangat itu muncul tatkala ia menatap Renjun yang begitu polos menikmati salju pertama tahun ini. Senyuman tipis terukir di wajahnya.

"Nanti lidahmu beku.."

"He?" Renjun melirik Jeno, masih dengan lidahnya yang terjulur. Sekejap merah berlomba mewarnai pipinya. Ia segera menarik kembali lidahnya dan tersenyum konyol di hadapan Jeno sambil terkekeh.

Jeno terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah, Jen! Kenapa kita diam di sini?! Di mana mobilnya kau parkirkan?" Mark memecah keheningan.

"Seberang jalan."

"Ah, Renjun!" Renjun yang sudah melangkah beberapa meter, menoleh pada Mark yang memanggilnya.

"Kau pulang naik apa? Mau ikut dengan kami??"

"A-ah.. Aku pulang naik bus.." Renjun menjawab. "T-tapi.. Apa benar aku boleh ikut menumpang?"

"Tentu saja boleh. Kalau tidak boleh, Mark hyung tidak akan menawarkannya." Jeno melirik Renjun dan mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum tipis sebelum menyebrangi jalan menuju mobilnya.

Sejenak Renjun terdiam. Apa ia menerima tawaran Mark saja? Bukankah ia bisa menghemat ongkosnya dan bisa ia masukkan ke dalam tabungan untuk membeli pernak-pernik Natal nantinya?

"Ayo, Njun.. Ex-sunbae mu ini tidak terima penolakan."

Ya, berakhir dengan Renjun yang ditarik Mark menyebrangi jalan.

Apakah nanti saat di mobil, Renjun bisa mengendalikan detak jantungnya saat bersama adik mantan seniornya itu? Entahlah, Renjun juga tidak tahu pasti..




TBC~

Christmas with NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang