Part 5

562 52 0
                                    


Boruto menepati janjinya pada Sarada, pria itu menjadi lebih penurut sekarang. tapi tetap saja, kadar kebodohannya yang diambang batas membuat Sarada ingin menggeplak kepalanya agar saraf-sarafnya menjadi normal seperti orang kebanyakan.

"kau sudah mengerti", tanya Sarada setelah menjelaskan rentetan kalimat mengenai berbagai neraca didalam akuntansi, dan bagaimana cara pengelompokan dan perhitungannya.

"err, cukup paham kurasa", jawab Boruto ragu, jika dia berkata jujur kalau sebenarnya dia tidak mengerti barang sedikitpun apa yang dikatakan Sarada bisa terbakar kupingnnya. Selain mengajarinya, gadis itu juga selalu menyelipkan hinaan untuknya jika tidak mengerti sesuatu.

Mata Sarada menyipit menatap Boruto tajam.

Boruto merasa panas dingin ditatap tajam begitu, "a-aku akan belajar sendiri, aku hanya butuh waktu untuk mencerna semuanya dengan baik", elaknya.

Sarada menghembuskan napasnya, "baik, aku percaya, ini soal yang harus kau kerjakan", Sarada menyerahkan beberapa lembar kertas pada Boruto, "kutunggu jawabannya sampai lusa",

Boruto melotot, "lusa?! Kau gila, ini banyak sekali", protesnya. Lihat saja, dia memberikan 20 soal yang satu soalnya saja pembahasannya bisa meleber hingga satu kertas folio full, gila.

"anggap saja itu sebagai hukuman, setiap kau terlambat permenitnya, aku akan menambahkan mu soal-soal sebagai hukumannya",

"yang benar saja, kau tega sekali padaku, ini baru awal pembelajaran, masak kau tega memberiku soal-soal segini banyaknya", dia masih tidak terima.

Sarada menatap datar dirinya, "jika kau masih merengek lagi, aku tidak akan segan segan menambahimu soal tambahan lagi", ancamnya.

"baik-baik nona, kau menang", dia akhirnya menyerah.

Sarada membereskan barang-barangnya, lalu pergi berlalu begitu saja meninggalkan Boruto.

"dia bahkan tidak pamit padaku", Boruto menatap tidak percaya punggung Sarada yang berjalan menjauh.

Fine, gadis itu benar-benar masalah untuknya. menyesal dia memohon untuk diajari kembali oleh hitler muda sepertinya.

.

.

.

.

Sarada kini berada di dojo milik salah satu temannya, dia menyalurkan segala kekesalannya pada duel melawan temannya. Dia begitu frustasi dengan hidupnya sekarang. Semua perasaannya dia salurkan kemari, dia menendang, memukul dan membanting lawannya sekuat tenaga.

"Aargh, cukup-cukup, kau benar-benar akan membunuhku jika begini salad", seru seseorang yang baru saja dia banting cukup kuat dilantai, padahal lawannya mempunyai tubuh yang dua kali lebih besar darinya.

Sarada terengah menatap teman duelnya. dia berjalan ke pinggir arena, mendudukkan dirinya pada bangku panjang disana, Sarada merogoh tas selempangnya, dia mengambil air minum dan handuknya.

"sialan sekali kau salad, augh aah, punggungku benar-benar sakit karena bantinganmu", gerutu lelaki yang tadi menjadi lawan main Sarada.

Sarada menandaskan minumannya, "maaf", ucapnya singkat.

Lelaki bermanik kuning dengan surai abu-abu cerah itu mendudukkan dirinya disamping Sarada, "ah, apa ini karena tugas mentoringmu itu? Kau jadi seberingas ini",

Sarada mengendikkan kedua bahunya, "tidak juga, tapi itu juga salah satunya", aku dirinya.

Mitsuki lelaki itu mengangguk mengerti, "apa ini ada hubungannya dengan ayahmu lagi?", tanyanya dengan hati-hati.

I'm InLuvWhere stories live. Discover now