PART • 10

39 9 17
                                    

Mungkin lo bener. Mungkin kalian semua bener. Tentang perasaan gue yang semunafik ini.
Tapi lebih tepatnya menjadi orang munafik karena kebaikan.

♥——————————♥

"

stt stt stt Sher gapapa kok, gapapa"

"gapapa gimana Dil, gue takutt, lo gak pernah baca di novel-novel, teror yang kayak beginian tuh serem banget tau gak sihhh" Adila dan Aira kewalahan nenangin Sherly yang lagi mewek lebay mode on.

"gue bilang juga apa, jangan suka baca-baca yang kayak begituan, sugesti kan lo jadinya sekarang" Adila pun memberikan sebungkus tisu lagi kepada Sherly, karna yang tadi udah habis.

"ihh lo goblok banget sih jadi sahabat, malah ngatain guee"

"omongan lo Sher gue aduin pak Tono tau rasa, lagian si Aira malah diem aja, bantuin woy!" Adila menarik ujung lengan baju Aira sehingga cewek iti bisa lebih mendekat.

"lo tau si Sherly kan, kalo lo ladenin dia terus dia gak bakal beres beres mewek nya, jadi sekarang lo diem aja"

❤_❤

"lo bego banget sih! Gue masih anak sekolah ya! Lo jangan seenaknya gini ngajak gue mabal dong!"

"terserah gue dong, di sini gue bos nya! lo tau! Lo gak bisa larang-larang gue! Karena lo tau gue berbahaya!"

"nggak, menurut gue lo lebih dari kata berbahaya" perempuan itu tersenyum mendengar perkataan yang di lontarkan Siska, "seorang narapidana di london kayak lo emang berbahaya Am—"

"SHUT UP!" teriak perempuan itu yang langsung mencengkram leher Siska dan menyudutkannya di tembok, sekarang mereka sedang berada di sebuah bangunan yang belum jadi, sebenernya bukan belum jadi tapi bangunan yang sudah tidak di teruskan lagi, tidak ada seorang pun yang mau mendekati bangunan itu kecuali mereka.

"lo tau gue Siska! Lo tau gue berbahaya! Gue punya keistimewaan bukan? Lo tau keistimewaan gue itu yang berbahaya!" desis perempuan itu yang sudah mengeluar kan pisau lipat dari saku jaket nya.

"bah—kan gue ha—nya ma—manggil n—nama lo, lo sa—mpe mau bu—bunuh g—gue!"

"SHUT UP!" cengkraman perempuan itu semakin kuat, perempuan itu semakin mendekatkan pisau nya.

"ter—serah sih ka—kalo lo bu—nuh g—gue kesem—patan bu—att loo ba—las den—dam se—sema—kin la—maa" Siska mulai kehabisan nafas dan di saat itu juga, perempuan itu melepaskan cengkramannya pada leher Siska yang membuat Siska terbatuk dan meluruh ke bawah.

"gue minta lo datang ke sini bukan buat berdebat Siska, but you can call me Sandri, itu untuk nama istimewa gue, lo tau arti kata 'istimewa' yang terselip dalam kata-kata gue kan?"

"penyakit lo" jawab Siska yang baru bisa benafas normal.

"no! Lo bisa bedain kata penyakit yang menyeramkan sama kata istimewa yang menyenangkan?!"

"tapi istimewa lo itu dalam hal yang menyeramkan! Lo psycho! Mungkin itu hal yang menyenangkan bagi lo! Tapi untuk yang melihatnya?"

"maka dari itu jangan cari masalah sama gue! Dan jangan pernah panggil nama gue dengan panggilan tadi! Kecuali kalo gue suruh dan untuk orang-orang tertentu! Do you understand! "

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang