PART • 11

30 10 25
                                    

Andai saja waktu ini bisa diputar.
Andai saja gue bisa nahan rasa ini.
Andai saja gue bisa nahan dia untuk tetap disini.
Andai saja dia masih ada di dunia ini.
Andai saja gue bisa merubah takdir ini.

♥——————————♥

"lo bilang akan selalu ada buat gue, lo bilang gak akan pergi ninggalin gue, lo bilang lo akan selalu ada di dekat guee" Sherly sudah tidak bisa membendung air matanya lagi, dia sungguh merasa tersakiti seperti ada ribuan bom yang menghantamnya.

"tapi gue harus pergi" jawab lelaki itu lemah.

"gue benci sama lo! Apa hasil dari perjuangan kita selama ini kalo ujung-ujung nya lo pergi?! Lo yang dulu bilang kalo lo gak akan pergi!"

Cowok itu mengusap pipi Sherly lemah, "dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan mungkin inilah akhir dari perjuangan kita"

"gue minta lo berhenti mengatakan kata "berpisah" lo gak akan kemana-mana lo janji!"

"tapi inilah takdirnya Sherly, gue sayang lo, gue cinta lo, tapi kita tidak dipertemukan untuk saling bersama, tidak dipertemukan untuk saling menyayangi dan mencintai"

"kehadiran lo yang selalu ada disisi gue itu hal yang terindah dan akan gue kenang sampai kapan pun, gue harap lo pun merasakan hal yang sama"

"Sherly?"

"iyaaa, gue akan selalu sayang sama lo sebagai sahabat meski gue gak rela" cowok itu terseyum.

"Sherly, gue harap setelah gue tiada lo gak sedih berkepanjangan ya, lo harus semangat terus, ceria terus, tetep jadi Sherly yang gue kenal"

"meski mama, papa, dan, abang lo memberi tahu rahasia terbesar yang bakal buat lo sedih mungkin, lo gak boleh benci mereka lo harus inget apa kata gue ini"

"rahasia apa? Bikin gue sedih? Gue... Anak angkat?" tanya Sherly yang membuat cowok itu tersenyum.

"lo bukan anak angkat Sher lo anak kandung, nanti lo pasti akan tahu rahasia nya" Sherly membuang nafas lega, tetapi dia masih penasaran.

"sam—" perkataan Sherly terhenti saat melihat seseorang yang memasuki ruangan rawat ini.

"maaf mengganggu, tapi tuan sudah menunggu tuan muda di luar, tuan memberi tahu kalo pesawat yang akan di tumpangi 20 menit lagi berangkat dan tuan muda harus secepatnya pergi ke bandara" orang yang berpakaian serba hitam itu menunduk dan kembali keluar.

"Sherly gue harus pergi sekarang" lelaki itu memegang kedua pipi Sherly.

"NGGAK! LO GAK AKAN KEMANA-MANA DEVAN!" teriak Sherly yang sudah memeluk lelaki yang bernama Devan itu.

"jaga diri lo baik-baik Sherly, meski gue udah gak ada di dunia misalnya gue akan selalu ada di sisi lo, lo harus bisa buka hati lo untuk yang lain, karna gue gak bakal hidup lama lagi" Devan memaksakan senyum pada bibir pucat nya.

"DEVAN! LO GAK BOLEH BICARA KAYAK GITU YA! LO NGGAK BAKAL KEMANA-MANA!"

"Sherly maaf gue harus pergi"

"GUE BENCI SAMA LO DEVANN" suster, dokter, dan papah Devan sudah memasuki ruangan mereka memindah kan Devan ke kursi roda.

"DEVAN! DEVAN! PAPAH, PAPAH TOLONG SHERLY PAPAH, PAPAH JANGAN BAWA DEVAN KEMANA-MANA PAPAH!" Sherly sudah memegang lengan papah Devan.

"Sherly Devan harus menjalankan pengobatan lebih lanjut" kata papah Devan yang sudah mendorong kursi roda yang Devan duduki.

"DEVANNN"

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang