Katanya mimpi berhak dimiliki setiap orang? Seperti yang diucapkan Bara kepada Farah saat pertama kali mereka bertemu di perpustakaan, mereka sempat berbincang tentang mimpi. Oh iya, mungkin Farah belum bilang kalau Bara pernah berbicara seperti ini, "Nggak apa-apa kok Far, mungkin kamu menilai aku terlalu jauh. Aku manusia biasa aja kok Far, jadi mulai sekarang kita temenan ya. Buat masalah mimpi, nggak apa-apa meskipun itu setinggi langit. Asal keberanian dan tekad kita juga bisa setinggi itu, dan jangan takut jatuh." Mungkin begitu yang Bara katakan setelah itu mereka berdua baru berjalan menuju kelas jingga.
Jadi, di sini aku—penulis cerita ini punya angan-angan tersendiri. Bisa nggak ya, night talks ini dibukukan? Kalau memang iya (doakan saja) kira-kira, kalian sebagai pembaca dari awal sampai chapter 18.
Perasaan kalian gimana?
Kalian ingin bukunya nanti seperti apa?
Harapan kalian di buku night talks nanti seperti apa?
Mungkin, itu pertanyaan-pertanyaan sederhana. Aku mohon kalian bisa menjawabnya dengan baik dan dari dalam hati kalian ya? Aku tidak mau ada kebohongan karena dibohongi itu menyakitkan. He-he.
Oh iya, apakah kalian kangen dengan tokoh-tokoh di sini. Apakah kalian ingin berbicara atau menyampaikan sesuatu? Biar aku bisa menyampaikan langsung ke mereka? Langsung saja ya bisa dipilih sesuai nomornya. Kalian boleh mengutarakan apa saja ke mereka.
1. Farah
2. Bara
3. Alan
4. Fasya
5. Keara
6. Nadhifa
Jadi, siapa yang menunggu chapter 19 di sini? Hehe, terima kasih ya kawan karena tanpa kalian, cerita ini tidak akan semenarik ini, terima kasih sekali lagi.
Salam hangat!
- adaptasi -
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Talks Before Go To Sleep.
Roman pour Adolescents[SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA] "Sekumpulan pesan dan harapan yang kini terhapuskan" - Obrolan malam antara kita berdua, coretan yang menumpuk menjadi sebuah puisi yang tak pernah kau baca, dan juga tentang kisahmu.