Naruto menyentuh rambut Sasuke yang masih tertidur.
Jika Sasuke akan naik tahta dia akan membantu sebisanya,
Menyingkirkan beberapa pejabat termasuk pamannya.
"Maaf Sasuke tapi aku harus membunuh pamanku, dia batu sandungan dalam pemerintahanmu nanti. Maaf juga jika ayahmu terbunuh olehku karena dendam ini masih tetap ada meski aku mencintaimu." bisik Naruto, dia merapihkan diri dan keluar dari kamar tamu mencari udara segar.
•
Mata wanita itu membulat sempurna saat melihat siluet Nagato, dia langsung mengambil belati yang selalu dia simpan balik bajunya tapi lengannya ditahan oleh Chojurou,
"Jangan Nona."
"Lepas!!" desis Naruto,
Chojurou menggeleng.
"Dia ada didepan mataku dan kau menahanku?!! Atas dasar apa?!!"
PLAK.
Mei datang dan menampar Naruto,
"Dinginkan kepalamu Naru!!"
Naruto menjatuhkan pisau itu, menatap siluet yang sudah pergi keluar rumah bordil.
"Nyonya..."
"Istirahatlah dan biarkan Putra Mahkota tidur."
Naruto terdiam.
"Mari Nona." ajak Neji yang baru sampai disana,
Naruto berjalan perlahan diikuti Neji yang terlihat khawatir.
"Dia ada didepan mataku tapi aku tak bisa melakukan apa-apa. Untuk apa aku menjadi pelacur? Aku disini untuk dendam, kenapa banyak hal yang mengangguku?"
"Anda perlu tenang Nona. Semua akan ada waktu yang tepat,"
"Aku pasti akan membunuhnya, membuatnya membayar semua ini."
•
•
•
Pagi hari Sasuke bangun, menatap sampingnya, tak ada Naruto, tentu saja, wanita itu sudah pergi pastinya.
"Kami bisa mengantarkan Anda pulang setelah sarapan, Yang Mulia." ujar Chojurou membawa sarapan untuk Sasuke,
"Dimana Naru?"
"Nona baru saja pergi."
"Aku akan langsung pergi. Terimakasih," ujar Sasuke yang sudah memakai bajunya dengan lengkap.
"Ah baik. Hati-hati dijalan Yang Mulia,"
Dengan langkah cepat Sasuke mengambil kudanya dan pergi dari rumah bordil itu,
Dia harus menemui kakaknya untuk berdiskusi sesuatu.
•
"Kau menerima pernikahan itu bukan Nona Hyuuga Hinata?" tanya Naruto yang kini tengah bersama gadis cantik dan anggun didepannya,
"Ya Naru, ayah mengatakan hal itu semalam. Aku akan dilamar Putra Mahkota, kau tak apa?" tanya Hinata halus,
"Aku ini wanita rendahan Nona Hinata, tentu aku baik-baik saja meski melihat Putra Mahkota menikah, terlebih dengan wanita baik sepertimu, aku yakin dia bahagia bersamamu."
"Pernikahan politik tak selamanya baik Naru. Aku melakukan ini karena aku berhutang nyawa padamu, aku bisa saja menolak perjodohan ini tapi aku tahu jika kau juga menginginkan perjodohan ini maka aku menerimanya."
"Terimakasih."
"Jika dendammu selesai kau harus kembali bersama Putra Mahkota, dia pasti sangat menginginkanmu menjadi pendamping hidupnya." ujar Hinata menggengam tangan Naruto,
KAMU SEDANG MEMBACA
Jewel In The Darkness (18+)
FanfictionDia mungkin tak ingin membalaskan dendam keluarganya. Tidak, karena dia tahu akan batasnya, yang dia inginkan hanya membersihkan nama keluarganya dari tuduhan pemberontakan. Meski harus menempuh jalan penuh api hingga dia terbakar, menyelami lautan...