"Yang Mulia rombongan Putra Mahkota kerajaan Air sudah datang." ujar Jugou yang kini menjadi seorang kasim datang memberitahu.
"Ah Ya. Biarkan mereka masuk," perintah Sasuke.
Gaara memasuki ruangan Sasuke bersama adiknya Shizuka, kakaknya Sai, dan seorang wanita....
Mata Sasuke terbelalak.
Rambut pirang,
Mata biru,
Mirip Naruto.
Tapi bukan Naruto karena rambut pirang itu lebih pucat dan mata biru itu tak seterang milik Naruto.
"Selamat datang di istanaku, tapi bukankah harusnya ada sekitar enam orang anggota kerajaan?" tanya Sasuke,
Dalam surat dari raja kerajaan Air dia mengirim 6 anggota kerajaannya untuk melakukan kerjasama tapi disini hanya ada 4 orang, kemana sisanya?
"Anda tak perlu risau, mereka hanya ingin berjalan-jalan dipusat kota." ujar Sai,
Sasuke menatap Gaara yang terus terdiam. Karakter putra mahkota itu mirip dengannya, irit bicara.
"Kalian pasti lelah, aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian semua."
"Terimakasih Yang Mulia tapi kami bermaksud untuk pergi menemui saudara kami disini, setelah itu kami kembali kesini. Tak masalah bukan?" tanya Gaara,
Sasuke mengangguk mengerti.
"Apa perlu pengawalan lebih?"
Gaara menggeleng, "Kami tak perlu hal seperti itu, pengawal kami lebih dari cukup. Permisi,"
Entah kenapa pikirannya kacau seperti ini, mungkin akibat melihat wanita yang mirip Naruto?
"Dia terlihat seperti Naru tapi bukan, pria bernama Sai itu bukankah Pangeran kedua kerajaan Air? Kenapa dia bertindak sebagai pengawal?"
"Putra Mahkota kerajaan Air sangat dijaga oleh para saudaranya, Anda lihat wanita tadi? Dia istri Pangeran Sai yang dibawa kesini karena merasa khawatir pada adik iparnya, bahkan adik putra mahkota juga ikut, pejabat Senju yang penting juga ikut bersama tabib kerajaan, mereka ada untuk menjaga satu orang." jelas Kiba yang kini bertindak sebagai pengawal pribadi raja dan juga gudang informasi.
Tentu saja putra mahkota kerajaan Air perlu penjagaan ekstra karena di masa lalu pangeran pertama atau mungkin bisa sibilang putra mahkota sebelum Gaara saat itu terbunuh oleh kerajaannya,
Mungkin juga mereka belum mempercayainya sepenuhnya.
"Kita pergi ke ibukota Kiba." ajak Sasuke.
•
Naruto menatap kakaknya jengkel, menatap Neji kesal dan mendengus.
"Apa perlu aku memakai caping yang bahkan ditutupi kain juga?" tanya Naruto,
Neji dan Kurama mengangguk kompak, Naruto mengerang frustasi.
"Aku bahkan tak melihat jalan dengan jelas!!"
"Jangan banyak protes. Ini bukan kerajaan Air kita tak tahu bahaya apa nanti, jadi wajahmu harus ditutup, kau terlalu cantik." ujar Kurama mencari alasan yang sedikit masuk akal.
"Kakak akhirnya mengakui aku cantik. Ayo Neji kita berkeliling," ajak Naruto menarik lengan Neji penuh semangat, lupa dengan kekesalannya.
Sedangkan Neji hanya mengikuti, kewaspadaannya meningkat sejak memasuki gerbang kerajaan Api.
Dia tak ingin kembali kesini sebenarnya, tapi nonanya ingin, dia tak bisa menghentikan itu atau nanti kecurigaan nonanya semakin meningkat.
"Ah Gaara!!" panggil Naruto semangat,

KAMU SEDANG MEMBACA
Jewel In The Darkness (18+)
FanficDia mungkin tak ingin membalaskan dendam keluarganya. Tidak, karena dia tahu akan batasnya, yang dia inginkan hanya membersihkan nama keluarganya dari tuduhan pemberontakan. Meski harus menempuh jalan penuh api hingga dia terbakar, menyelami lautan...