Malamnya Naruto terbagun,
Dia butuh udara segar,
Senyum manis terukir dibibir yang tertutup cadar, pemandangan malam hari di kerajaan Api tak terlalu buruk.
Pantulan bulan sabit di kolam terlihat cantik.
Perlahan dia berjalan keluar kamar, menuju gazebo yang ada disana.
Bolehkah dia memetik kecapi yang ada disana dimalam seperti ini?
"Tentu tak masalah karena kamarku paling jauh dari istana utama bukan? Tak akan menganggu." ujar Naruto pada diri sendiri.
Dia mengambil posisi nyaman,
Petikan pertama terdengar mengalun,
Naruto mengangguk siap.
Tiap petikan terdengar begitu indah dan sarat akan makna,
Sasuke berjalan mendekat, memerintahkan rombongannya untuk menjauhinya.
Prok. Prok. Prok.
Suara tepuk tangan saat permainan kecapi Naruto selesai.
Wanita itu menatap Sasuke dari atas hingga bawah dan memberi hormat,
"Salam hormat hamba pada Yang Mulia Raja. Maaf atas kelancangan hamba bermain kecapi ditengah malam seperti ini hingga menganggu istirahat Anda." ujar Naruto mengenali siapa orang yang ada didepannya.
"Aku kebetulan lewat karena tak bisa tidur dan mendengar alunan indah kecapimu Nona. Kau tabib pribadi Putra Mahkota Gaara benar?"
Naruto mengangguk, "Senju Naruto, Yang Mulia."
Jika kita lihat lebih teliti, mata Sasuke terlihat berkaca-kaca menahan air mata yang ada dipelupuk mata
"Naruto ya? Nama yang indah."
Naruto tersenyum dari balik cadar, "Ini pertama kalinya nama hamba dipuji indah. Terimakasih,"
"Boleh aku duduk?" tanya Sasuke,
"Tentu saja. Tempat ini milik Anda,"
Sasuke menatap pantulan bulan di kolam, suasana diisi keheningan,
Sungguh Naruto ingin memecah keheningan diantara mereka. Sebagai anak yang kelebihan energi (menurut kakaknya) dia paling tak suka suasana seperti ini.
"Kau wanita yang kutemui tersesat dan duduk di danau bukan?" tanya Sasuke membuka suara,
Naruto terdiam mengingat-ngingat kejadian siang.
Ahh...
"Maaf kelancangan hamba saat itu."
Sasuke senyum kecil.
"Permainan kecapimu begitu indah. Mengingatkanku pada seorang wanita yang selama ini aku rindukan," puji Sasuke,
"Anda mengingat wanita itu, pasti wanita itu sangat berharga."
Sasuke menatap mata Naruto lekat, "Ya. Saking berharganya aku rela melepas statusku sekarang agar bisa bersamanya."
"Maksud Anda?"
Sasuke kembali menatap kolam, "Tidak. Bukan apa-apa, ini sudah terlalu larut dan udara begitu dingin, istitahatlah." Sasuke membuka jubah hangatnya, memasangkannya pada tubuh kecil Naruto,
"Ya-yang Mulia."
"Senang bertemu denganmu Naru."
Sasuke berjalan menjauh, dia dan rombongan pergi dari tempatnya, meninggalkan dia dalam keheningan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jewel In The Darkness (18+)
FanfictionDia mungkin tak ingin membalaskan dendam keluarganya. Tidak, karena dia tahu akan batasnya, yang dia inginkan hanya membersihkan nama keluarganya dari tuduhan pemberontakan. Meski harus menempuh jalan penuh api hingga dia terbakar, menyelami lautan...