Tubuh Naruto berkeringat. Suhu tubuhnya panas,
Kurama menggengam lengan adiknya.
Kenapa adiknya bisa ceroboh dengan lupa meminum obat? Lupakah dia jika mereka jauh dari kerajaan Air?
"Biarkan tabib kerajaan kami yang memeriksanya." suara Sasuke terdengar dari luar kamar.
Kurama mendecih tak suka dan keluar kamar adiknya.
"Maaf Yang Mulia. Tapi adik hamba sudah ditangani, kami tak menerima pengobatan dari sembarang orang." ujar Kurama mencoba sopan.
"Dia terlihat kesakitan pejabat Kurama."
"Itu efek obat Yang Mulia."
"Tak ada obat yang bisa membuat orang kesakitan seperti itu. Biar tabibku yang periksa, aku menjamin dia bukan orang dengan banyak mulut, dia orang kepercayaanku."
"Hamba menghargai kebaikan Anda tapi semua itu tak perlu."
Sasuke mendesis tak suka.
Memberi isyarat pada Jugou untuk meninggalkannya bersama Kurama dan orang-orang dari kerajaan Air.
"Kenapa kau menolak kebaikanku? Apa salah jika aku menghawatirkan wanita yang kucintai!!"
Gaara menatap Sasuke terkejut.
Ino dan Sai terdiam. Sudah mereka duga jika Sasuke tahu Naruto,
"Salah karena kau mencoba mengingatkan adikku akan masalalunya!! Apa maksudmu dengan menampilkan drama musik seperti itu hah?!!"
"Ya. Aku ingin dia mengingatku!!"
"Dan kau juga mengingatkannya akan dendamnya. Jika dia ingat kau juga tak akan bisa menghentikan dendamnya, dia tetap memilih dendam dibanding denganmu!!"
"Kau..."
"Hentikan. Kalian membuat keributan, Naru bisa dengar!!" seru Ino hilang kesabaran.
"Biar aku menemani Naru." ujar Gaara akhirnya,
Dia hanya orang luar yang tak mengerti masalahnya, jadi lebih baik dia menghindar.
Baru saja Gaara membuka pintu Naruto sudah ada didepan pintu dengan nafas terengah-engah memegang dadanya yang terasa terbakar.
"Su-sudah kuduga... Kalian menyembunyikan masa laluku, kalian tahu dan aku tidak." ujar Naruto susah payah,
Dengan gerakan cepat Gaara langsung memegang bahu Naruto agar tak hilang keseimbangan.
"Aku menunggu saat ini. Aku menunggu dimana kakak membuka suara, bahkan Raja kerajaan Api tahu masa laluku. Apa ada hubungannya dengan keluarga ibu? Apa ada hubungannya dengan pemberontakan Uzumaki?!!" seru Naruto.
"Naru kau harus banyak istirahat dulu." nasehat Gaara yang semakin khawatir,
Sedangkan Sasuke, Kurama, Ino bahkan Sai hanya terdiam.
Tak bisa menjelaskan apapun pada wanita yang kini tengah menahan rasa sakitnya.
"Bantu aku kembali Gaara. Dan aku tak mau orang lain mengangguku, aku tak menerima siapapun selain Gaara."
Pintu ditutup.
"Jangan saling menyalahkan. Dari awal memang harusnya Naru tahu," ujar Sai mencoba menengahi.
"Aku secepatnya akan membawa Naru keluar dari kerajaan ini dan tak akan pernah kembali." desis Kurama meninggalkan tempat itu dengan perasaan dongkol.
.
.
.
Gaara menggengam jemari Naruto yang pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jewel In The Darkness (18+)
FanfictionDia mungkin tak ingin membalaskan dendam keluarganya. Tidak, karena dia tahu akan batasnya, yang dia inginkan hanya membersihkan nama keluarganya dari tuduhan pemberontakan. Meski harus menempuh jalan penuh api hingga dia terbakar, menyelami lautan...