Sooji marah.
Gadis cantik itu cemberut dengan bibir merahnya yang mencebil lucu. Kedua matanya sembab karena beberapa jam digunakan untuk menguras air mata. Meski itu terdengar berlebihan, tapi nyatanya memang seperti itu yang terjadi.
Kedua lengannya memeluk bantal seraya terisak kecil—melanjutkan tangisnya yang tertunda. Gadis berumur duapuluh tahun itu mengurung diri dikamar sejak beberapa jam yang lalu. Dan semua itu karena Oh Sehun, pria bermuka tembok yang membentaknya dihadapan banyak orang.
Bukan hanya sakit hati, pria itu juga membuat Sooji malu karenanya. Ini adalah pertama kalinya Sehun memarahinya dan itu dihadapan banyak orang.
"Sayang, ayo keluar. Kau harus makan malam."
Suara sang ibu tak membuat Sooji beranjak dari tempatnya. Gadis cantik itu justru menenggelamkan dirinya dalam selimut tebal. "Tidak mau!" sahutnya dengan suara serak, "Tidak lapar."
Nyonya Bae yang mendengar suara serak sang Putri mau tidak mau menjadi khawatir. Bukan apa, tapi Putri bungsunya yang manja itu gampang sekali sakit, dan Ia tidak mau jika Sooji sampai sakit—karena itu akan lebih merepotkan nantinya.
Meski Putri bungsunya itu selalu membuatnya sakit kepala, sebagai seorang perempuan nyonya Bae mengerti perasaan putrinya yang pasti sangat malu dengan sikap kekasihnya.
Saat pulang, putrinya itu datang dengan wajah sembab. Sesenggukan seraya mengumpati Sehun karena pria itu membentaknya didepan umum.
Nyonya Bae sudah bertanya pada calon menantunya yang tampan itu. Sehun bilang Sooji menjambak rambut Kwon Boa, klien Sehun dari perusahaan Kwon didepan banyak orang seraya menuduh Boa menggoda Sehun.
Mengingat hal itu, nyonya Bae hanya bisa menggelengkan kepala. Putrinya itu benar-benar pencemburu. Mengalahkan dirinya kala muda dulu.
Bahkan putrinya ini lebih bringas darinya ataupun Irene, kakaknya. Mungkin karena semua orang memanjakan putrinya itu, Sooji menjadi pribadi yang egois dan juga tidak mau tahu.
Pantas Sehun menunda pertunangan mereka. Sooji belum cukup dewasa untuk berumah tangga, dan entah kapan putri bungsunya itu akan menjadi sosok yang lebih dewasa.
"Ayolah sayang. Kau mau makan apa, heum? Nanti mama akan buatkan khusus untukmu." ujarnya dengan nada membujuk. Sooji harus makan tepat waktu jika tidak ingin penyakit lambungnya kambuh.
"Ani. Aku mau tidur saja."
Sahutan sang Putri kembali membuat nyonya Bae menghela nafasnya dalam. Irene sedang keluar kota bersama kekasihnya, Yifan. Tidak mungkin jika ia meminta Putri sulungnya itu pulang hanya untuk membujuk Sooji. Dan suaminya sekarang ada di Jepang untuk urusan bisnis. Jadi, tidak mungkin juga ia meminta suaminya pulang juga hanya untuk membujuk Sooji.
Sehun?
Nyonya Bae tidak yakin jika putrinya itu mau bertemu dengan pria itu. Bisa-bisa Sehun ditendang keluar dari rumah oleh Sooji. "Arrasso, mama tidak akan memaksa lagi." sahut nyonya Bae. "Jika lapar, bilang bibi Han. Arrasso."
"Nee~~"
***
Oh Sehun berdecak pelan saat kekasihnya tak kunjung mengangkat panggilan telefon darinya. Sudah lebih dari sepuluh kali Ia mencoba menghubungi Sooji dan mengirim pesan. Tapi tak ada satupun tanggapan dari gadis manja itu.
Memikirkan kejadian tadi siang, apa mungkin dirinya keterlaluan. Karena memang selama ini dirinya tak pernah sekalipun menggunakan nada tinggi pada kekasihnya itu. Apalagi membentak. Tapi, mau bagaimana lagi. Kali ini Sooji memang sudah keterlaluan.
Menjambak kliennya yang tidak tahu apa-apa. Membentak dan bahkan menuduh Boa menggodanya. Meskipun terkadang Sehun memang merasa Boa memperhatikannya lebih dari seorang teman bisnis, Sehun sendiri tidak pernah sekalipun menanggapinya.
Mengusap wajah tampannya, pria berkulit pucat itu akhirnya bangkit dari duduknya. Meninggalkan dokumen-dokumen penting yang membutuhkan belaian tangannya.
Masalah dengan kekasihnya harus diselesaikan malam ini juga. Kalau tidak, gadis manja itu tidak akan mau melihatnya untuk beberapa hari. Marahnya Bae Sooji lebih menakutkan dari marahnya Oh Sehun.
***
Sooji mengerjabkan kedua mata bulatnya saat merasakan usapan lembut pada keningnya. Dengan malas ditampiknya tangan orang itu setelah mengetahui siapa yang mengusap keningnya.
"Kenapa kau bisa demam?"
Suara berat Oh Sehun yang duduk disamping ranjang tak membuat Sooji bergeming. Gadis itu malah memunggungi kekasihnya yang menghela nafas lelah.
"Kau masih marah?" gumam Sehun lembut. Merasa bersalah karena dirinya yang membuat keadaan kekasihnya emnjadi seperti sekarang ini.
Sooji memutar bola matanya malas. Sekali lagi, menampik tangan Sehun yang mengusak surai panjangnya. "Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu, tuan Oh."
"Mwo!" kedua mata Sehun membulat terkejut. Kekasihnya kini bisa berucap kasar, "Kau bilang apa?"
Diraihnya bahu Sooji kasar, membuat gadis itu terpaksa menoleh padanya—masih dalam keadaan berbaring. "Siapa yang mengajarimu berkata kasar?"
Sooji mendudukkan dirinya. Meraih lengan kekasihnya dan menggigitnya keras-keras. "Sudah kubilang jangan sentuh aku, bodoh!"
Grauk!!
"Aarrgghhhh..." teriakan Sehun menggema dikamar luas itu, "Lepasss.. Sayang lepas.. Aduh.. Duh..."
Sooji mendengus puas setelah melempar tak acuh lengan kekasihnya. Kedua matanya menatap datar Sehun yang mengusap lengannya yang terbungkus dengan kemeja lengan panjang berwarna putih. 'Rasakan!' seru Sooji dalam hati.
Sehun menatap sengit gadis manjanya. Namun, sedetik kemudian pria tampan itu menghela nafasnya dalam. "Maaf..."
Sooji melengos. Bersedekap dada seraya menatap korden kamarnya yang bercorak beruang. Sebenarnya kepalanya pusing dan juga kedua matanya terasa berat karena terlalu banyak menangi. Tenggorokannya mulai terasa aneh dan gatal-gatal. Tapi, Sooji tidak akan merengek manja pada Sehun. Tidak sebelum pria itu meminta maaf padanya.
"Aku tahu aku salah. Maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi."
Masih melengos, Sooji masih enggan untuk menatap kekasihnya. Membuat Sehun pasrah dengan keinginan kekasihnya.
"Aku akan mengabulkan permintaanmu.. Jja, katakan padaku keinginanmu."
Sooji melirik-lirik Sehun yang memijit pelipisnya pelan. Sepertinya pria tampan itu kelelahan. Tapi, mana mau Sooji peduli. Pria itu sudah membentaknya, dan membela yeoja ular itu.
"Aku akan memaafkanmu.. Jika pesta pertunangan diadakan." Sooji mengumpat dalam hati, suaranya sekarang bertambah serak. Kepalanya semakin terasa pening.
"Tidak untuk itu."
"Kenapa?" tanya Sooji tajam. Menatap sosok Sehun yang juga balas menatapnya, "Apa kau punya selingkuhan sekarang, sampai kau takut terikat denganku?"
"Bukan begitu sayang."
Sooji berdecih pelan. Membaringkan tubuhnya tanpa melihat dan tidak mau tahu apa yang dilakukan kekasihnya. "Jika memang tidak mau terikat, kita putus saja. Tidak ada gunanya aku menjalin hubungan denganmu bertahun-tahun jika untuk bertunangan denganku saja kau enggan."
Sooji memejamkan kedua matanya yang mulai meredup. Untuk saat ini, dirinya hanya ingin tidur untuk meringankan kepalanya yang terasa sakit. Urusan Sehun bisa dilanjutkan nanti jika keadaannya jauh lebih baik dari sekarang.
Sehun menghela nafas dalam. Membiarkan Sooji tertidur. Pria itu beranjak dari duduknya, meninggalkan kamar kekasihnya dalam diam.
Jika biasanya Sehun akan mencium kening kekasihnya, kali ini tak dilakukan karena suasana hati Sooji yang tak baik. Dan Sehun tak ingin menambah kekesalan dari kekasihnya itu. Namun, hal itu akan menjadi penyesalan baginya untuk beberapa waktu kedepan.
Karena kekasihnya itu bukan tertidur seperti biasanya melainkan tak sadarkan diri.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY BEAR
FanfictionCantik.. sudah biasa.. Ramah... banyak... Centil.... juga banyak... Tapi, kalau ketiga sifat itu digabungkan, dengan tambahan sifat ceroboh? apa yang akan terjadi.... Itulah, Bae Sooji...