Wu Yifan atau biasa dipanggil orang terdekatnya dengan panggilan Kris itu menatap sosok pria yang lebih muda darinya satu tahun. Juniornya pada masa kuliah, Oh Sehun.
Pria berkulit pucat itu terihat kacau karena tidak mandi hampir satu hari penuh. Tentu saja, siapa yang bisa tenang jika kekasihnya dilarikan kerumah sakit karena demam tinggi.
Sehun segera menyusul kerumah sakit saat mendengar kabar jika keadaan kekasihnya semakin parah pagi tadi. Tanpa mempedulikan jika dirinya masih mengenakan piyama tidur dan tanpa alas kaki saat tiba dirumah sakit.
Sumpah, Yifan ingin mentertawai Sehun dengan keadaannya yang seperti gelandangan. Tapi, semua itu ditahannya karena tidak mau mendapat pukulan maut dari Irene. Gadisnya itu sama berangnya dengan Sooji. Hanya saja, Irene jauh lebih terkendali ketimbang Sooji. Gadis manja itu tidak dapat mengontrol emosinya meskipun sudah ada pawangnya sendiri.
Tadi pagi Irene, calon isterinya itu menemukan sang adik dalam keadaan buruk saat akan membangunkan si manja Bae itu. Sooji demam tinggi, sontak hal itu membuat seluruh keluarga panik dan bergegas membawa kesayangan mereka kerumah sakit terdekat.
Karena pengalaman dimasa lalu, keluarga Bae pernah dibuat ketakutan saat si bungsu hampir sekarat karena demam tinggi. Sooji memang periang dan ceria, sangat aktif dan banyak tingkah, tapi tidak diimbangi dengan daya tahan tubuhnya yang lebih rendah dari sang kakak.
Jika sakitnya Irene bisa dihitung dengan jari, mungkin hanya satu atau dua kali dalam setahun. Lain lagi dengan Sooji. Gadis itu terlalu sering sakit, entah itu ringan atau berat.
Sooji mengalami demam tinggi, juga penyakit lambung gadis itu kambuh karena telat makan—padahal hanya telat beberapa jam. Asal tahu saja, si bungsu Bae itu memiliki riwayat penyakit lambung akut, karena hal itu ayah dan ibunya selalu memperhatikan pola makan puteri bungsu mereka itu, termasuk Irene.
"Kau tidak kerja?"
Sehun hanya melirik sinis pria yang duduk didepannya. Menyeruput kopi hitam yang dipesannya beberapa waktu lalu. "Kau pikir aku bisa bekerja dengan keadaan seperti ini?"
Yifan mendengus geli, "Kau bisa pulang. Sudah ada eommoni dan juga Irene yang menjaga Suzy.."
"Lalu, kau juga. Tidak kerja?" sahut Sehun jengah. Pria didepannya ini, bisa memberi nasehat tapi tidak berkaca dulu. "Apa kau pengangguran sekarang tuan Wu? Untuk apa kau disini."
Yifan mengendik tak acuh. Memperhatikan sekeliling kantin rumah sakit yang tampak lengang. Setengah jam yang lalu, tuan Bae pergi terlebih dahulu setelah sarapan pagi. Sedangkan Irene dan calon ibu mertuanya masih menunggui Sooji. Gadis itu belum sadarkan diri karena demamnya yang terlalu tinggi. Yifan bahkan bisa merasakan hawa panas yang menguar dari tubuh Sooji saat mendekati gadis itu tadi.
"Aku kesini karena pekerjaan. Dan, kulihat kau tak pandai menjaga beruang nakal itu."
Sehun mendelik kesal. "Perhatikan ucapanmu tuan Wu. Jangan panggil kekasihku dengan seenakmu."
"Wae? Aku calon kakak iparnya. Wajar jika aku memanggilnya dengan panggilan yang lebih dekat." sahut Yisan pongah.
"Hanya calon kakak ipar, jJadi jaga batasanmu." desis Sehun kesal. Pria didepannya ini sejak dulu selalu suka mencari gara-gara dengannya.
Beruntung dirinya tak menyukai Irene, jika tidak mungkin keduanya hanya bergulat untuk memenangkan hati Irene. Mengingat gadis itu, Sehun bergidik ngeri. Bae Irene itu memang terlihat sebagai gadis yang lemah lembut dan elegan, tapi itu hanya diluar. Sifat asli gadis itu jauh dari kata elegan.
Ckckck.. Sehun sampai heran, kenapa pria sekelas Yifan mau-mau saja dengan Irene.
"Irene jauh lebih manusiawi ketimbang Suzy, asal kau tahu." seolah tahu apa yang Sehun pikirkan, Yifan menimpali. Mau bagaimanapun juga Irene adalah calon Isterinya, jadi Yifan harus menjaga martabat gadis itu, meskipun tidak perlu. Sehun sudah hafal kebobrokan Irene.
"Manusiawi?" Sehun menggeleng pelan, "Gadisku jauh lebih baik ketimbang gadis mengerikan itu."
Yifan berdecak kecil, "Kekasihku jauh lebih manis ketimbang Suzy. Yang selalu mengigit orang jika marah."
"Kau pikir Irene tidak?" tanya Sehun sangsi, "Aku tak yakin jika kau belum pernah merasakan tendangan gadis itu."
"Jika gadisku menggigit, kekasihmu jauh lebih mengerikan."
"Mwo?"
"Menendang dan memukul." Sehun berdecih. "Aku masih ingat dia menendang adik kecilku hanya karena tidak sengaja menumpahkan air ke bajunya."
Yifan tertawa keras hingga perutnya terasa kram. Jika Sehun tahu dirinya hampir setiap hari mendapat pukulan dan tendangan dari Irena, pria pucat itu pasti akan mengolok-oloknya tanpa mau berhenti.
"Yak! Jangan menggosip. Dasar pria pengangguran."
***
Sooji mengerjabkan kedua matanya perlahan. Menahan cahaya lampu yang masuk kedalam retinanya dengan cepat. Menoleh, gadis itu mendapati sang ibu yang tengah mengutak-atik ponsel miliknya.
"Mama.." suaranya terdengar lemah dan juga serak. Bibirnya terasa kering dan tubuhnya juga terasa panas.
Nyonya Bae menoleh, hampir memekik keras saat mendapati putri bungsunya telah sadarkan diri. Wanita cantik itu bergegas mendekat setelah memencet tombol untuk memanggil perawat.
"Kau baik-baik saja, sayang?" Bae Jiwoo mengusap kening putrinya yang masih terasa panas, "Ada yang kau inginkan?"
"Minum..."
Tanpa bertanya lagi, nyonya Bae segera mengambil segelas air dan membantu sang putri untuk minum.
Srak!
Kedua ibu dan anak itu menoleh saat pintu kamar bergeser. Ada Irene dan dokter jaga yang masuk diikuti oleh satu perawat.
Nyonya Bae memberi ruang untuk dokter yang masih tergolong muda itu untuk memeriksa putrinya.
"Bagaimana?"
"Sudah lebih baik, demamnya sudah lebih rendah dari tadi pagi. Tapi tetap harus dipantau. Dan juga, nona Bae. Jaga pola makanmu."
Sooji mengerjabkan kedua matanya lucu. Menatap dokter muda yang memasang senyum tampan.
"Ne, dokter siapa namamu?"
Nyonya Bae dan Irene saling melirik satu sama lain. Memperhatikan Sooji yang kini terkekeh-kekeh kecil. Dengan pandangan berbinar pada dokter muda didepannya. Astaga! Jangan bilang Sooji tertarik dengan dokter muda itu.
"Aku Lee Jongsuk, salam kenal nona Bae." dokter muda itu tersenyum tipis, seraya mengusak surai panjang Sooji yang terurai.
Sooji, gadis itu terkekeh malu dengan kedua pipinya yang merona tipis. Menatap genit pria didepannya yang masih melukis senyum tampan. Gadis ini, sakit saja masih bisa bergenit ria dengan pria tampan. Ckckckc...
"Ne, dokter. Mau jadi suamiku tidak?"
Dokter Lee berdehem kecil, melirik sekilas keluarga pasiennya yang terlihat menganga lebar. Mungkin terkejut melihat putrinya bersikap memalukan seperti ini.
"Aku cantik kok. Juga tidak rewel. Masih kuliah, sih. Tapi, hanya perlu menunggu dua tahun aku sudah siap jadi isteri dokter. Hehehe.." ujar Sooji dengan terkikik geli. "Aku memang tidak bisa memasak, tapi aku akan belajar. Aku pintar kok, sekali belajar pasti bisa... kekekekeke..."
Dokter Lee berdehem kikuk, "Nona Bae, bukankah kau sudah memiliki kekasih?"
"Ah,.. Oh Sehuh? Dia bukan kekasihku kok."
Nyonya Bae dan Irene semakin menganga lebar. Melihat betapa genitnya Sooji pada dokter tampan itu. Keduanya saling melirik dan membayangkan Oh Sehun melihat hal ini.
SRAK!!!
"BAE SOOJI, MINGGU DEPAN KITA MENIKAH."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY BEAR
FanfictionCantik.. sudah biasa.. Ramah... banyak... Centil.... juga banyak... Tapi, kalau ketiga sifat itu digabungkan, dengan tambahan sifat ceroboh? apa yang akan terjadi.... Itulah, Bae Sooji...