Malam ini aku ada di Calais yang berada di Jalan Suroto, yang di seberang sana terdapat Gramedia dan Perustakaan Kota yang sering aku datangi. Ditemani oleh empat buku. Salah satu yang paling penting yang sedang aku baca adalah Hirosighe: One Hundred Famous Viesw of EDO. Salah seroang seniman Ukiyo-E kenamaan yang hidup dan terkenal di abad 18.Mengenai Edo sendiri, kota lama Kekasairan Jepang dibawah Klan Tokugawa adalah kota yang paling banyak dibicarakan dan didokumentasikan. Terlebih saat namanya diganti menjadi Tokyo di abad yang lebih modern. Nama ibu kota itu telah ditulis layaknya Paris. Salah satu kota yang paling disebut dan dijadikan judul dalam buku, film, lagu, anime, manga, dan banyak lainnya.
Dan buku yang sedang aku baca sekarang ini adalah kumpulan dari karya Hiroshige mengenai tempat-tempat terkenal Edo di masanya. Karya yang pertamakali memperkenalkan satu keutuhan lanskap, kota, aktivitas, dan geliat kota itu sendiri dalam bundel ukiyo-e yang sangat berpengaruh di masanya. Gaung penjualannya pun luar biasa.
Hiroshige sendiri sangat terkenal di dunia. Terlebih berpengaruh besar terhadap Van Gogh dan banyak pelukis impresionis yang ada di lingkarannya.
Pada masa itu, saat Jepang dipaksa membuka dirinya kepada dunia. Tak perlu waktu lama bagi masyarakat Jepang untuk bergegas ikut dalam geliat percaturan dunia. Itulah yang menarik dari Jepang.
Buku Hiroshige sendiri dicetak dengan sampul yang indah dan menawan. Saat aku membuka halaman-halaman awal. Aku sangat menyukainya. Bagi mereka yang menyukai segala hal yang berbau Jepang. Tentunya buku in tak bisa dilewatkan begitu saja.
Sekitar 580 halaman dengan cetakan yang elegan diserta berbagai karya Hiroshige di dalamnya. Buku ini cukup layak. Mungkin, yang agak mengesalkan, kenapa nyaris tak ada buku terjemahan menyoal sejarah Jepang yang bagus? Atau setidaknya Tokyo?
Titik aneh dan membingungkan dari dunia perbukuan di Indonesia. Padahal, sangat banyak sekali orang yang menyukai Jepang di negara ini. Alasan aneh ini lah yang memaksaku memesan buku Tokyo from Edo to Sowa 1867-1989 karya Edward Seidensticker dan buku lainnya, Japan Journey; Famous Woodblock Prints of Cultural Sights in Japan milik Andreas Marks. Semoga tak ada seminggu lagi buku itu sudah sampai di kamarku.
Mengenai Hiroshige sendiri, di masanya dia hanyalah anak dari petugas pemadam kebakaran di keshogunan. Bisa dibilang, itu adalah klas cukup rendah di era Jepang masa itu. Sebagai orang yang berada di keluarga Samurai, kesuksesan Hiroshige mirip seperti Leonardo da Vinci yang bermula bukan dari siapa-siapa.
Sepanjang hidupnya dia telah menghasilkan lebih dari 120 ilustrasi buku dan di antaranya 4.000 dan 4.5000 cetakan perseorangan. Kelompok paling terbesar, hampir 10.000, terdiri dari pemandangan Edo, dan 800 cetakan untuk stasiun yang berada di Tokaido. 600 cetakan untuk para aktor, 300 cetakan untuk penggemar dan 200 gambar berkaitan dengan burung dan bunga. Seperti yang aku baca di Hiroshige, dialah orang di Jepang yang membawa pemandangan lanskap topografi berada di jalurnya dan dikenal publik luas. Capaiannya tak kalah mengagumkan dibandingkan Hokusai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEPANG DAN AKU
No FicciónAku menyukai hal yang berkaitan dengan Jepang. Sejarahnya. Budayanya. Orang-orangnya. Musiknya. Manga. Anime. Filmnya. Seninya. Ilmu pengetahuannya. Dan alamnya. Setiap hari tanpa ada jeda mendengar musik Jepang atau sekedar membaca manga. Yang jel...