Malam ini agak dingin. Aku sekarang berada di Raminten Kitchen yang berada tepat di depan sekolah putri Stella Duce yang kebanyakan adalah remaja-remaja Tionghoa. Membawa empat buku di dalam tas. Empat buku yang anehnya, secara bersamaan datang tepat pada hari yang sama. Hari ini.
Salah satu buku yang paling aku tunggu-tunggu adalah Japan Journeys milik Andreas Marks. Buku satunya adalah Tokyo; From Edo to Showa 1867-1989 karya besar dari Edward Seidensticker. Sebuah buku yang akan melengkapi buku-buku tentang Jepang yang tengah aku kumpulkan.
Dua buku lainnya, adalah V for Vendetta, sebuah komik dengan gagasan besar karangan Alan Moore dan David Lloyd. Buku satunya lagi adalah Bosch. Tapi malam ini, aku memfokuskan diriku pada buku Japan Journeys yang melengkapi bukuku yang sudah lebih dulu aku miliki, Ukiyo-E.
Melihat isi gambar-gambar indah ukiyoe dalam Japan Journeys begitu memesonaku. Jauh lebih indah dari Ukiyo-E dan dipilih, yang entah kenapa, banyak yang sesuai dengan yang aku minati. Mungkin, karena tema buku yang sedang aku baca saat ini adalah perjalanan yang dilihat dalam bentuk ukiyoe. Pilihan gambar-lukisannya mayoritas besarnya adalah lanskap. Aku sendiri lebih menyukai lanskap. Jauh lebih indah, lembut, dan menenangkan.
Dari sampul depan saja, buku yang ada di depan mataku ini sangat indah. Diambil dari karya milik Hiroshige yang berjudul Nibonbashi Bridge in Snow yang kualitas cetakannya di buku ini mengagumkan. Dan isi dalamnya, begitu memuaskan.
Di dalam buku ini ada cukup banyak karya Kawase Hasui, yang salah satunya begitu aku ingin miliki, yaitu The Pound at Benten Shrine in Shiba. Menggambarkan dua orang perempuan berpakaian kimino di tengah jembatan yang di kelilingi teratai. Ukiyoe ini sangat memesona saat pertama kali aku melihatnya di internet saat berselancar mencari tahu lebih banyak karya-karya Hasui. Kini, di depan mataku, karya ini dicetak dengan sangat baik di dalam buku Japan Journeys.
Selain itu, karya milik Kobayashi Kiyochika, Rain at Mitsueda Bridge in Hakone mengingatkanku akan milik Hirosighe, Sudden Shower over Shin-Ohashi Bridge and Atake.
Suasana malam di Raminten Kitchen cukup menenangkan dan menyenangkan. Aku membaca buku dengan begitu nyamannya. Suara-suara orang mengobrol yang cukup keras tapi tak terlampau banyak, tak mengganggu sama sekali. Banyak perempuan dan laki-laki saling bertukar cerita sampai larut malam. Kebebasan dari kota yang jauh dari pada orang tua. Saat anak remaja-muda bisa pergi bersama siapa pun. Di tempat apa dan di mana pun.
Aku mengembuskan napasku perlahan. Terdapat beberapa perempuan Tionghoa yang cukup cantik dan menyenangkan untuk dilihat. Sejak dulu, aku selalu menyukai perempuan Tionghoa atau perempuan Asia Timur lainnya. Bagiku, mereka begitu cantik dan seringkali dididik untuk menjadi sangat mandiri.
Dan sekolah Stella Duce yang ada di bawah pinggir jalan. Mengingatkanku akan sedikit kenangan yang lama.
Aku membuka-buka halaman demi halaman. Banyak karya indah di dalamnya yang membuatku semakin mengagumi ukiyoe dan kesenian Jepang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEPANG DAN AKU
NonfiksiAku menyukai hal yang berkaitan dengan Jepang. Sejarahnya. Budayanya. Orang-orangnya. Musiknya. Manga. Anime. Filmnya. Seninya. Ilmu pengetahuannya. Dan alamnya. Setiap hari tanpa ada jeda mendengar musik Jepang atau sekedar membaca manga. Yang jel...