Bab 4 Diantara 2 Kenangan Indah

1.9K 47 1
                                    


Jam tanganku menunjukan pukul 8 pagi , dan aku sudah berada di bandara internasional Ahmad Yani Semarang , dengan baju apa adanya yang bisa aku gunakan pagi ini , Dito bilang padaku pesawatnya landing pukul 07.30 tetapi belum ada kabar apapun darinya hingga saat ini , ada perasaan sedikit cemas dan khawatir di dalam hatiku , tapi aku berusaha untuk berpikir positif .

"Mungkin delay , sabar aja Gia"

Sudah 30 menit lamanya aku menunggunya, nomernya pun tak dapat aku hubungi . berkali-kali kucoba menefonnya tapi tetap tak dapat tersambung . Karena penantianku yang bisa dibilang cukup lama membuat perutku meronta seakan menuntut hak mereka . Ku gerakkan bola mataku mencari restauran di bandara . Berjalan mengelilingi bandara sendirian rasanya sedikit aneh . seperti terasingkan di tengah keramaian . Mereka semua bersama keluarga , kakak ,adik , pacar maupun suami . ada rasa sedikit iri karena aku sendirian . Tak terasa kakiku menuntunku ke arah restauran yang ada di bandara . Aku melihat banyak sekali menu yang lezat tersedia seakan aku ingin memakannya semua tanpa harus memikirkan untuk diet , sayangnya ukuran perutku tak dapat menampungnya dan bayang-bayang bagaimana aku harus membakar lemaknya tersebut yang membuatku masih berpikir untuk tetap mengontrol apa saja yang masuk didalam tubuhku .

Setidaknya roti dan telur ini cukup untuk mengganjal perutku yang sudah berdemo sejak beberapa menit yang lalu . meronta meminta haknya segera di penuhi . Aku makan dengan kondisi yang tak tenang karena memikirkan Dito yang tak kunjung memberi kabar . tak tau bagaimana keadaannya membuatku khawatir bagaimana tidak seorang pilot adalah profesi dengan tingkat resiko yang sangat tinggi . ratusan nyawa yang harus dia tanggung. satu kesalahan saja dapat berakibat fatal bagi satu pesawat tersebut . Hal tersebut yang menjadikanku tak tenang saat masih bersamanya . rasa khawatir terus menghantuiku setiap saat . aku tau dia adalah laki-laki tangguh . serta mampu bertahan dikondisi apapun hanya saja rasa khawatirku tak dapat di toleransi . ditambah lagi dengan intensitas bertemu yang sangat kurang serta komunikasi yang sangat jarang saat kami akan berpisah. disatu sisi aku harus memikirkan sekolahku dan disisi lainnya aku harus memikirkan dia . itu membuat pikiranku sedikit kacau . hingga pada akhirnya aku dan Dito memutuskan hal yang terbaik untuk kami berdua . memang saat itu aku meminta padanya memutuskan hubungan kami untuk fokus keimpian masing-masing . Dito berharap dapat kembali saat impiannya tercapai . itu yang dia janjikan padaku saat kami memutuskan berpisah . dia memang benar-benar menepatinya hanya saja aku ragu untuk mengulang bersama . Aku dan Dito bersama tetapi aku merasa tak pernah mendapatkan waktunya bahkan dirinya . terkadang hal tersebut membuatku khawatir dan kesepian menanti kepulangannya .

Sebagai seorang perempuan bukankah wajar apabila mengkhawatirkan laki-laki yang dia cintai . menanti kepulangannya tanpa kabar yang tak pasti bagaikan ujung pedang yang di hadapkan ke ulu hati . tinggal menunggu waktu saja pedang tersebut merobek setiap bagian di hadapannya . memastikan setiap potongannya itu hancur tak berbentuk. Aku datang menjemputnya kali ini bukan karena aku ingin bersamanya lagi . aku hanya ingin berteman dengannya serta menyerahkan semuanya pada takdir .

Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang dengan satu telapak tangannya disusul dengan suara seseorang yang kukenal "Hayo tebak siapa ?".

"Apaan sih dit, buka ak lagi makan nih," teriakku kesal . Tak lama setelah dimengangkat tangannya mataku langsung tertuju pada buket bunga yang dia berikan di hadapanku ."Buat kamu , dah lama aku gak kasih kejutan buat kamu " .kata laki-laki itu dengan lembut

" ohh.. iii..ya ma..kasih dit " , jawabku sedikit gugup dan ragu-ragu . Dia langsung duduk di hadapanku dan memandangiku . sekarang suasana semakin terasa canggung bagiku. aku tak dapat berkata apapun selain menatap makananku sembari makan perlahan . ada sedikit rasa aneh mungkin karena kita sudah lama tak pernah bertemu . benar katanya di telfon kemarin kalau dia semakin tampan mengenakan seragam pilotnya . aku tak dapat memungkiri bahwa dia semakin terlihat bersinar . Aku mencoba membuat suasana sedikit cair tetapi aku tetap masih belum berani menatap matanya .

Dibawah Pedang Pora (Sudah Terbit di Webnovel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang