Siang terik menyengat kulit setiap makhluk yang berada saat itu. Lelaki jenjang berdada bidang mengayuh pedal sepeda nya di trotoar di siang nan terik. Entah apa yang membuatnya terus mengayuh sepedanya di saat itu, yang pasti ada hal penting yang harus dikejarnya.
--------------
Dia berhenti di sebuah cafe pinggir kota. Dan langsung memasukinya tanpa pikir panjang. Lelaki seumurannya duduk dipinggir cafe. Seperti sedang menunggu kedatangan nya. Dia menghampiri lelaki itu.
"Hey bro" sapa lelaki itu
Lelaki itu tak menjawabnya
"Niat banget Lo terik terik gini jalan dari rumah ke sini, ada apa gerangan?"
"Cepat gue ga mau banyak basa basi!" Jawabnya tegas.
"Santai bro. Karena Lo niat banget datang kesini gue punya hadiah buat Lo. Gue jamin Lo bakal senang 100% dan bikin Lo bakal guling guling kek kambing guling sekarang."
"Udah deh langsung aja ke intinya, banyak bacot deh Lo!"
"Dia bakal pulang hari ini. Dia sampai disini pukul 16:00."
Benar saja apa yang dikatakan lelaki itu. Kata kata itu membuatnya langsung membelalakkan mata sambil tersenyum lebar, tak lama kemudian dia berdiri dan langsung pergi dari tempat itu. Dikayuh sepedanya menuju tempat yang mungkin baginya adalah tempat bersejarah untuknya dan "dia"----------------
Pukul 16:00. Dia melihat benda yang melingkar di lengan kanannya itu. Sudah 2 jam dia menunggu di taman kota yang dia anggap sebagai tempat bersejarah itu.
Pukul 17:00. Dia masih setia duduk disana. Hingga awan hitam menyelimuti taman. Dan seperti yang diduga, hujan turun dengan deras membasahi apapun yang
Berada dibawahnya.Semua orang yang berada disana berlarian untuk berteduh dari hujan. Dia tetap setia duduk disana meski hujan mengguyur seluruh badannya. Dia tak mempedulikan apapun yang dia inginkan adalah bertemu dengan "dia".
"Hujan. Jangan terlalu lama menikmati hujan. Bukan hanya kamu yang sakit tetapi juga hatimu." Ujar seseorang yang datang bersama payungnya dan memayungi lelaki itu. Ditatapnya seseorang yang sedang memayungi dirinya itu. Dia seorang gadis. Tak pernah berjumpa ataupun bertemu intinya tak pernah kenal. Gadis itu memberikan payungnya kepada lelaki itu dan segera berjalan ditengah tengah hujan. Lelaki itu terpaku tanpa bicara sepatah apapun dan hanya melihat gadis itu menerobos hujan dan berjalan menjauh menghilang diujung taman.
Hujan berangsur angsur reda. Pukul menunjukkan pukul 17:43. Dia berdiri sambil memegang payung pemberian gadis tak dikenalnya itu. Dia berjalan meninggalkan tempat bersejarah baginya itu.
"Padahal dia yang memintaku menunggunya ditempat itu, saat dia pulang kembali." Dia terus bertanya tanya dengan keadaan sambil menyusuri jalan ditengah gerimis hujan. Tentu dia tak mendapatkan jawabannya dan hanya mendapatkan pertanyaan yang lebih besar daripada sebuah jawaban "Apakah dia lupa dengan janjinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Payungku
Teen FictionDisaat yang bersamaan kau datang menggantikan dirinya membuatkan "payung" baru untukku berteduh. Berteduh padamu.