Bagian Empat : Explain

65 10 4
                                    

"Oh, jadi ini kelakuan lo dibelakang gue? Emang gak bisa apa nunggu gue yang gak seberapa lama ini? Gak mau banget dibilang kosong?"


Itu adalah skenario terburuk yang Daid pikirin. Nyatanya ekspetasi gak pernah sesuai dengan realita. Yang Daid fikir dia bakal dilabrak ditengah keramaian sama pacarnya karena jalan sama cewe lain gak terjadi.

"Kok jalan berdua gak bilang sih?"

Dia nyindir gue apa emang pure nanya dah?

"Zee--"

"Hai, kenalin gue Zidny, pacarnya Daid." Zidny melihat ke arah Daid dan Diva bergantian. Yang satu pasang muka pasrah, yang satu syok sampai menganga.

"K-Kok?"

Dua perempuan dengan potongan rambut yang sama itu saling pandang.

"Gue duluan ya. Permisi." Zidny meninggalkan keduanya.

;;;

Ponselnya berkali-kali diputar kurang lebih lima belas menit. Sementara tangan yang lainnya ia biarkan menjuntai kebawah. Yang dia lakukan dari tadi hanya berbaring diatas tempat tidur sambil memandang pintu kamarnya.

"Maen lo kurang alus Id, ketahuan kan lo."

"Kenapa sih mau jalan sama dia sampe rela batalin janji gitu?"

"Au"

"Heh makanya kadal, jangan maen ayok-ayok aja lo diajak cewe." Cetus Eky sembari mendorong kepala Daid.

"Orang dia maksa!" Balas Daid.

"Trus lo gak bilang sama cewe lo?"

"Ya nggak lah, dungu sekali dirimu ferguso." Sahut Ando. "Kalau Daid izin mau jalan sama cewe lain marah lah si Zidny."

"Bilang, gak bilang juga sama aja sekarang. Doi marah-marah juga."

"Doi siape?" Daid melempar kulit kacang tepat ke wajah Rezan. "Doi, doi aja lo, pacar gue itu."

"Iyalah, kalau Zidny jadinya sama gue gak bakalan tuh dia ditembak se-nggak romantis gitu sama lo depan supermarket, gak bakalan dia di tipu daya sama kadal macem lo gini, gak bakal juga nih dia ngerasain yang kaya sekarang, gak bakal---"

"Beranten aja yok kita!" Sahut Daid.

"Nggak deh makasih, gue bukan tipe orang yang berantem sama temen sendiri cuma gara-gara cewe."

"Mari beri tepuk tangan yang meriah untuk babang Rezan yang rela melepaskan cewe pujaannya dari kelas sepuluh untuk seorang teman yang semacam kadal buntung ini." Cuitan Refki mampu membuat keempat temannya bertepuk tangan ria sembari mengejek Daid yang sedang dilema.

"Lo semua harusnya ngasih solusi bukan maki-maki. Pulang lo semua! ganggu gue buat strategi aja." Sahut Daid kesal. Niatnya dirumah memandang langit kamar dengan tenang sembari memikirkan bagaimana caranya bernegosiasi dengan Zidny agar tidak marah malah hancur dengan kedatangan squad bobroknya.

;;;

Setelah squad bobroknya pulang, Daid langsung bergegas untuk pergi kerumah Zidny. Awalnya Daid benar-benar akan mengusir kelima temannya jika mereka tidak memberi saran apapun, tapi setelah mereka diam satu persatu dari mereka memberi saran lalu menepuk pundak Daid.

Daid memang tukang singgah dihati cewe, tapi kalau sudah galau begini squad bobroknya pun tahu bahwa Daid juga memiliki sedikit rasa dengan cewe yang sedang ia singgahi hatinya.

Cara mendapatkan hati Zidny saja susah, harus berperang dingin dulu dengan Rezan selama 3 hari, masa setelah Rezan mengalah dan akhirnya dia mendapatkan Zidny mau Ia lepas begitu saja.

Biar ada gregetnya disetiap hubungan yang Ia jalin, Daid ingin membuat cewe yang Ia singgahi hatinya merasa bahwa mereka pun merasa diperjuangkan oleh Daid.

Pesan yang terakhir kali Daid kirim tidak dibalas. Padahal Daid tau Zidny itu sangat aktif dengan sosial media.

Daid yakin, Zidny marah.

LINE!

D.Narendra :
Aku bakal jelasin
Ademin hati kamu dulu
02.32 p.m.

Aku kerumah kamu
Tapi ini ada power ranger dirumah dulu
03.40 p.m.

Aku otw
06.30 p.m.

Keluar Zee,
Aku udah di depan
07.05 p.m.

Oke, Zidny gak semarah yang dia fikirin, tapi tetep aja dia marah.

"Zee?" panggil Daid setelah Zidny menghampirinya yang menyender pada motornya.

Daid langsung memasukan ponselnya kedalam saku. Dia natap Zidny sendu.

"Maaf, tadi Kak Diva ngajak nya maksa, kamu tau kan kalau aku gak bisa nolak ajakan orang."

"Kamu gak bisa nolak ajakan orang, tapi kamu batalin janji." sahut Zidny.

"Beda."

Zidny berdecak sebal, "Alasan!"

"Aku serius, Zee. Gak bohong." elak Daid. Daid gak bohong untuk kali ini, itu hanya makin membuat Zidny marah.

Zidny memutar bola matanya, "Suka-suka kamu deh. Gak usah dibahas. Soalnya kamu bakalan ulang itu sampai seterusnya, percuma kan?" balasannya mampu membuat Daid menatapnya tidak percaya.

"Jadi kamu maafin aku gak?" tanya Daid.

"Untuk sekarang enggak dulu. Kamu yang tadi suruh aku dinginin hati aku dulu, sekarang masih panas."

Setelah itu Zidny masuk kerumahnya. Daid menghela nafas, "Mau kemana?"

Zidny noleh dan menatap Daid bingung. "Masuk lah." jawabnya enteng.

"Yaudah aku pulang, salam buat Mama sama Papa kamu."

Tukang Singgah dihatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang