Part 14. Kehilangan Kesadaran

4.1K 277 18
                                    

Jaka memutuskan untuk menginap di tempat ibunya. Dia tidak ingin menghadapi keadaan tidak nyaman di rumahnya.

"Jaka, keputusanmu menginap di sini sangat benar." Ucap bu Ratna.

"Wati terlalu baik Bu. Bahkan mungkin terlalu bodoh." Kesal Jaka.

"Hei, jangan sebut bidadarimu seperti itu!"

"Jaka tidak sanggup melihatnya menangis karena sikap Lintang Bu."

"Wati tidak akan tega melihat Humaira bersedih Jaka. Dia seorang ibu."

"Lintang memanfaatkan semuanya Bu. Jaka muak melihat Lintang di jarak yang sangat dekat." Jaka mengacak-ngacak rambutnya saking kesalnya.

"Sabarlah Jaka! Wati pasti bingung harus bagaimana pada Humaira. Yang Humaira tau Wati hanyalah istri keduamu."

"Kenapa masalah tak henti-henti menghampiri keluarga Kami?"

"Mungkin masalahnya bukan pada Kamu atau Wati. Tapi pada Lintang. Dia sumber kekacauan ini."

"Iya, Ibu benar. Ibu sangat benar." Jaka sangat setuju dengan ibunya.

"Seharusnya Ibu tidak begitu saja melepasnya." Sesal bu Ratna tanpa sadar.

"Apa maksud Ibu?" Jaka bingung.

"Tidak apa Jaka." Bu Ratna buru-buru mengukir senyum agar Jaka tidak curiga.

*****

Wati dan bu Gita menyiapkan makan malam. Humaira terlihat mencari-cari Jaka. Kemudian mereka berkumpul di ruang makan. Kursi Jaka kosong.

"Bunda, ayah mana?" Tanya Humaira pada Lintang. Lintang menatap Wati karena dia tidak tau kemana Jaka.

"Ayah malam ini menginap di tempat nenek Ratna." Jawab Wati.

"Bukankah seharusnya ayah tidak melewatkan makan malam bersama?" Tanya Humaira lagi. "Bunda bilang kita akan setiap hari seperti kemarin." Humaira terdengar kecewa.

"Humaira, nenek Ratna sedang perlu ayahmu. Kamu harus mengerti!" Ucap bu Gita. "Ayo makan lah!" Wajah Humaira cemberut. Wati hanya terdiam. Dia sedang tidak ingin mengatakan apa pun untuk menyenangkan Humaira.

"Kapan ayah pulang?"

"Humaira, sekarang waktunya makan. Makanlah!" Jawab bu Gita lagi.

"Humaira ingin ayah." Ucapnya sambil menangis.

"Cukup Humaira!" Kesal Lintang. Humaira beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar. Humaira merajuk. Buru-buru bu Gita menyusul Humaira.

Wati hanya diam. Dia tidak tau harus bagaimana membuat Humaira mengerti untuk bisa melepas ayahnya. Terkadang Wati merasa Humaira memiliki sifat seperti Lintang. Sifat manja. Wajar, dia masih anak-anak. Namun, sepertinya keinginannya harus selalu dituruti. Wati menatap kedua anak-anaknya. Berbeda dengan Aditya dan Habibi yang diajarkan kemandirian oleh Wati. Mereka tidak pernah membebani Wati sedikit pun dengan keinginan-keinginan mereka.

"Anak itu sangat manja." Ucap Lintang. Wati hanya tersenyum tipis. "Apa selesai makan Kita bisa bicara?" Tanya Lintang.

"Tentu."

Lintang membantu Wati merapikan meja makan. Wati mencuci perlengkapan makan di dapur. Lintang menghampirinya.

"Apa yang mau dibicarakan Lintang?" Tanya Wati.

"Nanti saja setelah Kamu selesai. Aku ingin bicara di lantai atas."

"Baiklah."

Setelah selesai Wati dan Lintang menuju lantai atas. Mereka duduk di beranda.

HUMAIRA (Tamat d channel Youtube : Mitha MDN Channel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang