Part 19. Maafkan Ayah

5K 357 7
                                    

Humaira yang sedang memeluk Jaka tak henti-hentinya menangis. Dia sesenggukan. Darah segar mulai mengalir dari hidungnya.  Ada rasa sakit yang teramat menjalari seluruh tubuhnya. Dia menahannya dengan semakin mempererat pelukannya di leher Jaka.

"Ayah, Jawab!" Ucapnya pelan.

"Maafkan Ayah Humaira." Jaka mulai bicara. Wati terisak seakan tau apa yang akan dikatakan suaminya. "Ayah bukan Ayahmu." Ucap Jaka kemudian. Jaka meneteskan air mata. Perlahan tangannya memeluk erat Humaira.

"Terima kasih jawabannya Ayah." Ucap Humaira dengan suara samar-samar. Semua langsung beranjak. Tubuh Humaira lemas dalam pelukan Jaka. Humaira kehilangan kesadarannya.

"Humaira... Humaira... " Panggil semuanya. Jaka menepuk-nepuk pipi Humaira. Tidak ada respon. Jaka langsung bergegas mengangkat tubuh mungil Humaira, membawanya ke dalam mobil. Bu Gita dan bu Ratna ikut masuk ke dalam mobil.

"Ibu, titip anak-anak." Ucap Wati pada bu Lastri. Wati sudah siap di kursi pengemudi. Sementara Rini dan Beni menyaksikan mobil mereka berlalu dari halaman rumah.

"Semoga semuanya baik-baik saja Bu." Ucap Rini. Bu Lastri menggenggam erat tangan Rini.

"Aamiin..."

Habibi dan Aditya yang sedari tadi bermain di ruang tengah menghampiri bu Lastri.

"Mbak Humaira kenapa Nek?" Tanya Aditya.

"Tidak apa sayang, tidak apa." Ucap bu Lastri menahan sedih.

"Bu kami pamit dulu. Kami harus ke kantor polisi."

"Terima kasih banyak Rin. Terima kasih sudah membantu Wati." Bu Lastri memeluk erat Rini.

"Semua karena Allah melindungi Wati Bu." Jawab Rini. Rini mencium punggung tangan bu Lastri, begitu pun Beni. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Jawab bu Lastri. Rini mencium anak-anak Wati kemudian berlalu.

*****

Mobil yang membawa Humaira berhenti di depan pintu Rumah Sakit. Jaka. Bergegas turun dan berlari menuju ruangan IGD, semantara bu Gita dan bu Ratna mengekorinya. Perawat di ruang IGD dengan sigap mengambil tindakan pada Humaira. Jaka yang tetap di samping Humaira nampak sangat khwatir. Begitu pula bu Gita dan bu Ratna yang ada di luar ruangan IGD.

Wati menghampiri bu Gita dan bu Ratna. Wati menggenggam tangan bu Ratna.

"Bu, Wati cemas dengan kondisi Humaira. Pasti dia sangat shock." Ucap Wati dengan mata yang mulai basah.

"Cepat atau lambat Humaira harus tau Wati." Jawab bu Gita.

"Inilah yang Wati khawatirkan selama ini Bu. Wati ingin Humaira tetap mengira bang Jaka ayahnya agar tidak mengganggu kondisi kesehatannya." Air mata Wati mulai jatuh.

"Wati, yang dilakukan Jaka sudah benar. Kehadiran Humaira di antara kalian hanya akan menjadi pengganggu rumah tangga kalian." Bu Gita mulai menangis. "Ibu sudah pasrah Wati. Ibu tidak tau harus bagaimana lagi." Wati memeluk bu Gita.

"Semoga saja kondisi Humaira baik-baik saja." Harap bu Ratna.

"Aamiin... " Ucap Wati dan bu Gita.

Jaka membelai lembut rambut Humaira. Dikecupnya kening Humaira.

"Maafkan Ayah sayang... Maafkan Ayah. Ayah akan tetap jadi Ayahmu. Tidak akan ada yang berubah." Bisik Jaka di telinga Humaira. Jaka menangis melihat gadis kecil itu tak juga sadarkan diri. Sementara darah segar terus mengalir dari hidungnya. "Bertahanlah Humaira! Bertahanlah! Ayah mohon!!!" Dari sudut mata Humaira keluar air mata. Tanda Humaira mendengar ucapan Jaka. "Ayah sayang Humaira. Ayah sangat sayang Humaira." Jaka mengusap air mata Humaira dan mengecup kening Humaira.

*****

Rini dan Beni selesai melakukan BAP (Berita Acara Pemeriksaan). Rini meminta izin bertemu dengan Lintang untuk mengabarkan kondisi Humaira.

"Apa yang kalian lakukan pada anakku?" Tanya Lintang penuh amarah.

"Lintang, tenanglah! Jaka dan Wati sudah membawa Humaira ke Rumah Sakit." Rini menggenggam tangan Lintang mencoba menenangkan. Lintang kemudian menangis.

"Kalian boleh membenciku. Kalian boleh melakukan apa saja padaku. Tapi tolong jangan pada Humaira anakku! Dia tidak salah apa-apa. Dia tidak tau apa-apa." Ucap Lintang sesenggukan.

"Lintang, Jaka dan Wati sangat sayang pada Humaira. Kamu jangan salah paham! Humaira berhak tau yang sebenarnya Lintang."

"Tapi tidak sekarang. Ini terlalu dini. Dia tidak akan siap." Sesal Lintang.

"Lintang, mengertilah!" Rini semakin erat menggenggam tangan Lintang.

"Tidak... Humaira sedang sakit. Itu hanya akan memperburuk keadaannya. Dia sangat menyayangi Jaka. Humaira pasti sangat terpukul mengetahui Jaka bukan Ayahnya."

"Iya... Kamu benar Lintang." Ucap Rini pelan.

"Tolong bantu Aku. Aku ingin pergi ke Rumah Sakit menemui anakku. Aku mohon bantu Aku keluar dari sini." Lintang memohon.

"Aku akan memintakan izin buatmu Lintang. Tunggulah!"

*****

Jaka keluar dari ruang IGD, tubuhnya nampak lemas. Pipinya basah. Wajahnya nampak semerawut. Wati, bu Gita dan bu Ratna langsung berdiri menyambut Jaka dengan penuh kecemasan. Jaka menghampiri mereka, kemudian berlutut di hadapan bu Gita.

"Ada apa?" Tanya semua  semakin cemas. Jaka terdiam tak bisa berkata apa-apa. Lidahnya terasa kaku. Wati mengambil posisi sejajar dengan tubuh Jaka.

"Bang, katakan ada apa?!!!" Wati menggenggam erat tangan Jaka. Jaka hanya menjawab dengan air mata yang mengalir. Air mata Wati pun ikut tumpah. "Bang, semua baik-baik sajakan?" Jaka menggeleng. Bu Ratna langsung memeluk bu Gita. Tangis mereka pecah.

"Ma'afkan Jaka Bu." Ucap Jaka pelan. Wati langsung berlari ke dalam ruang IGD. Sementara bu Gita nampak lemas dan kemudian tak sadarkar diri.

*****

Janagan pada ikut mewek ya readers!!!

Mohon votenya ya readers
Mohon kritik dan sarannya
Terima kasih sdh mau mampir untuk membaca
Happy reading

HUMAIRA (Tamat d channel Youtube : Mitha MDN Channel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang