Wati menemui Lintang di Lapas Banjarmasin untuk memberitahukan Lintang kalau Humaira sudah sadarkan diri.
"Alhamdulillah... " Ucap Lintang.
"Aku sudah memintakan izin untukmu agar Kamu bisa menemui Humaira. Humaira mencari bundanya, mencarimu Lintang."
"Apa Aku masih pantas dipanggil bunda?" Tanya Lintang sedih. Wati menggenggam tangan Lintang. Air mata Lintang menetes di tangan Wati. "Aku ibu yang jahat." Lintang terisak.
"Aku minta maaf Lintang. Aku minta maaf tidak bisa membebaskanmu dari sini." Mata Wati mulai basah. Lintang menatap lekat-lekat wajah Wati. Kemudian Lintang berlutut di hadapan Wati. "Kenapa Lintang?" Wati bingung.
"Aku lah yang seharusnya minta maaf padamu. Aku sudah terlalu banyak menyakitimu. Aku juga selalu membalas kebaikanmu dengan kejahatan. Aku minta maaf Wati. Aku pantas ada di sini Wati." Tangis Lintang pecah.
"Sudahlah Lintang. Aku selalu memaafkanmu. Aku minta sama Kamu, berubahlah. Bertobatlah. Berdirilah Lintang!" Wati membantu Lintang berdiri. Lintang langsung memeluk Wati.
"Terbuat dari apa hatimu Wati? Kenapa Kamu tidak membenciku?"
"Lintang... Dunia ini hanya tempat sementara untuk kita. Kita pun tidak pernah tau berapa lama kita ada di dunia ini. Aku tidak ingin hidupku yang sebentar ini sia-sia Lintang. Aku tidak ingin waktuku habis untuk membenci orang lain."
"Terima kasih atas semua yang Kamu lakukan untukku dan Humaira. Sampaikan maafku pada mas Jaka. Aku janji, Aku kan berubah. Aku janji, Aku akan jadi bunda yang baik untuk Humairaku." Lintang terus menangis.
"Aamiin... Semoga Kamu hanya sebentar di sini Lintang. Aku hanya bisa membantu agar hukumanmu diringankan."
"Sekali lagi terima kasih Wati."
*****
Humaira akan melakukan kemoterapi pertamanya hari ini. Humaira memakai kursi roda, karena badannya masih lemas. Bu Gita, Jaka dan Wati ikut mengantar Humaira. Humaira melihat sekelilingnya. Banyak anak-anak seusianya yang juga akan melakukan kemoterapi. Wajah mereka nampak bahagia. Beberapa dari mereka terlihat ceria bersama keluarga yang mendampingi mereka walau pun wajah mereka terlihat pucat dan badan mereka kurus. Sebagian bahkan berkepala botak.
"Bunda?" Humaira terkejut melihat bundanya. Lintang datang untuk mendampingi Humaira. Jaka dan Wati yang sedari tadi bersama Humaira, beranjak menjauh memberikan kesempatan untuk Lintang bisa bersama Humaira. Begitu pula bu Gita ikut menjauh setelah Lintang mencium punggung tangan beliau. "Bunda kenapa di sini?"
"Bunda ingin menemani Humaira." Jawab Lintang menahan tangis.
"Bunda, apa mereka sama dengan Humaira?"
"Iya sayang."
"Apa ini kemo pertama?" Tanya salah seorang ibu keluarga pasien yang akan di kemo. Lintang mengangguk. "Yang sabar ya Bu. Ini kemo ke sepuluh untuk anak Saya." Anak ibu itu juga perempuan, berusia sepuluh tahunan. "Sarah namanya." Ucap ibu it sambil tersenyum.
"Anak Saya, Humaira Bu." Ucap Lintang.
Sarah yang juga duduk di kursi roda tersenyum pada Humaira. Gadis kecil itu berkepala pelontos. Ya, rambutnya rontok.
"Apa Humaira akan seperti Mbak Sarah?" Tanya Humaira polos sambil menatap kepala Sarah. Sarah mengangguk.
"Tidak apa. Nanti tumbuh lagi." Ucap Sarah sambil tersenyum ke arah Humaira.
"Apa kemo terasa sakit?"
"Tidak... Mbak sudah berkali-kali."
"Kita sakit apa?" Tanya Humaira yang tidak tau dia sakit apa. Sarah menatap ibunya. Ibunya menggeleng, memberi tanda agar Sarah tetap diam. "Kenapa?" Humaira bingung. Lintang lebih bingung mendengar pertanyaan Humaira.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAIRA (Tamat d channel Youtube : Mitha MDN Channel)
RomanceGadis kecil berusia enam tahun, yang harus menerima akibat dari permasalahan yang dihadapi orang tuanya. Permasalah antara Jaka dan Lintang. Humaira kehilangan kasih sayang Jaka ayahnya karena ulah Lintang bundanya. Humaira kecil sangat menyayangi...