Jimat

4.5K 513 18
                                    

Angin malam semilir berhembus, bergesekkan dengan rumput membuat harmoni yang menenangkan. Malam yang cukup tepat untuk beristirahat.

Tapi tidak untuk Sarah, bocah berusia 5 tahun ini menggandeng saudara laki-lakinya berlari menuju sebuah Festival Kebudayaan Jepang. Berisi permainan seperti di pasar malam, bedanya hanya kental dengan kebudayaan dan ornamen khas Jepang.

Lampu hias dan bunga sakura plastik dipasang menyusuri jalan setapak, seolah menuntun kita melihat berbagai macam tenda-tenda berisikan makanan dan jajanan Jepang. Tak hanya itu, tempat bermain sederhana juga disediakan, mulai dari tembak botol sampai tenda ramalan juga disediakan. Oh, tak lupa berbagai kostum dan baju daerah Jepang dijual disini. Saat memasuki kawasan ini, kita dibuat benar-benar seperti di Jepang.

Sarah sudah menargetkan akan bermain sepuasnya disini bersama Ben. Namun mereka kedapatan tamu yang tak disangka, Gibran. Sarah menjadi semakin semangat karena mendapat teman baru untuk menemaninya jika Ben tak menuruti permintaan-permintaannya seperti naik wahana yang menurut Ben berbahaya.

"Kamu mau main apa?" tanya Ben menunduk.

"Gamau main dulu! Sarah mau pakai kimono!" tunjuknya kepada orang-orang yang menyewa kimono hanya untuk lebih mendapat feel Jepang.

Ben menghela nafas, melirik Gibran yang cekikikan. "Yaudah, ayo kita kesana." Sarah membuntuti Ben dengan semangat.

"Yah maaf mas, kimono untuk balita tidak bisa sewa satuan."

Ben menoleh kebawah, melihat muka adik perempuannya yang sudah memerah.

"Gak mau! Maunya kimono!!" Sarah mulai menangis, pipi bulatnya mencuat, dan matanya menyipit. Tangannya meninju-ninju paha Ben.

"Aduh, aduh... ga.. g-gabisa banget mba? Aduh.. Sarah diem dong!" Ben masih memohon kepada penyewa kimono.

"Bisanya paket, Mas. Keluarga atau pasangan, nggak bisa satuan, apalagi anak kecil." ucapnya.

Sarah kini menarik-narik celana Gibran, meminta bantuan. Melihat tingkahnya yang menggemaskan, Gibran mendekati meja,

"Mmmm... Mba, kalau misalnya paket keluarga tapi dua-duanya kimono Ayah sama satu anak gimana?"

"YEEEY! nyam.. nyam" Sarah bersorak-sorak sambil memakan dango di tempat duduk kayu dekat taman kecil buatan, dihiasi pohon sakura yang cukup rindang. Lengkap dengan kimono merah mudanya, ia ditemani Ben dan Gibran yang juga memakai kimono dengan warna senada.

Selama hampir satu jam bermain dan berkeliling, Sarah akhirnya anteng terduduk dan makan dango. Ben membawa berbagai macam barang-barang permintaan kecil Sarah, serta hadiah permainan yang sebagian besar dimenangkan olehnya untuk Sarah.

"Udah yuk? Ben cape." Ben mengusap saus manis dango dari mulut Sarah dengan tisu. Gibran yang sedari awal masuk, hanya memperhatikan bagaimana Ben menjaga dan merawat adiknya.

"Sarah jangan lari-lari, pelan-pelan aja!"

"Jangan yang itu, kamu mau jatoh?"

"Ben bilang mama ya kalau kamu naik yang itu?"

Semua perkataan dan larangan Ben terekam di otaknya. Betapa Gibran menyukai sisi protektif Ben, walau hanya kepada adiknya. Itu mencerminkan bagaimana Ben menjaga dan melindungi orang-orang yang ia sayangi. Hal itu entah kenapa menempel di otak Gibran. Walaupun kehadirannya disini hanya sebagai pelengkap, dan fokus Ben hanya tertuju pada Sarah, ia tetap merasa aman dan nyaman malam ini.

Good Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang