"Benarkah?"
"Hei, Rei, lihat siapa yang datang!" Teriak Limz dari dalam.
"Siapa?"
"Lihatlah, bego! Dia didepanmu!" Ucap Chacha.
"Selow, bu, selow..,"
"Kita dapat member baru, Rei!" Ucap Vera dari belakang Rei.
"Wah, kabar bagus! Mana dia?" Tanya Rei yang sepertinya dari tadi tidak melihatku.
"U-uhm..., aku disini," ucapku memberanikan diri.
"Wah, hahahaha, maaf maaf, aku tidak sadar! Siapa namamu?" Tanya Rei.
"Aku Dhiyas, mohon bantuannya!" Ucapku setengah membungkuk.
"Ya, mohon bantuannya juga!" Balasnya memandangku. Astaga, manik mata itu.. seperti pernah kulihat sebelumnya.
Tak terasa, pandangan kami sama-sama terkunci. Aku hanya penasaran dengan manik mata yang terkesan familiar dimataku itu. Tidak terpukau, tidak ada yang bisa membuatku terpukau selain manik hitam kelam milik Aminh.
"Aciee cieee... lama amat saling pandangnya..!" Sorak staf lain yang membuyarkan kedua kontakku dan Rei.
"Ah, eh, nah! Selamat datang di cafè MiawNyaw, Dhiyas! Mulai hari ini kau adalah bagian dari kami!" Ucap Rei tersenyum menyambutku.
Aku balas tersenyum, "iya!"
"Kalau bagitu, boss, bukankah ini tugasmu?" Panggil Chacha mengingatkan.
"Ah, benar! Kau akan mulai bekerja besok. Karena kau masih sekolah, kuberi kau sift sore saja ya!" Ucap Vera.
"Baik,"
"Dan ini seragam kerjamu, semoga beruntung di cafè ini ya!" Ucap Vera melanjutkan.
"Iya, terima kasih!" Ucapku.
□▪□▪□▪□
"Dhiyas..!" Panggil seseorang.
"Ya?"
"Kenapa tadi tidak masuk kelas?" Tanya Dhyra, ingat kan? Ya itu.
"Aku ada urusan," ucapku.
"Mau kupinjamkan catatan?" Tawar Dhyra.
"Boleh? Makasih, Dhyra..!" Ucapku terhura.
"Iya, iya, gak usak lebay gitu dong..," ucap Dhyra terkekeh.
"Hehe,"
Tring!
"Itu milikku atau milikmu?" Tanya Dhyra begitu mendengar tanda notifikasi dari hand-c.
"Sepertinya milikmu," ucapku tanpa mengecek. Soalnya Ren akan langsung memberi tahuku jika ada kabar baru.
"Astaga!"
"Kenapa?" Tanyaku ketika mendengar Dhyra terkejut setelah melihat hand-c nya.
"Ada perkelahian! Aminh dan Al, di taman belakang sekolah! Ngapain mereka kelahi disana...?" Jelas Dhyra.
Drak, druk, drak, druk!
"Tidak mau kesan-- Dhiyas!! Jangan ninggalin dong!" Ucap Dhyra ketika melihatku sudah lebih dulu menuju TKP.
□▪□▪□▪□
Bugh.!!
"Apa maumu, hah?" Bentak Al sambil memegangi pipi kanannya.
"Sudah kubilang kan, jangan ikut campur." Ucap Aminh sinis.
Aminh... dia bukan Aminh yang kukenal. Dia terlihat lebih menyeramkan. Sorot matanya kosong, seolah tak pernah tersentuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Witches
FantasyHidupku menyedihkan. Hidup dipanti asuhan, dan disiksa sepanjang waktu. Aku bosan! Hidup seperti ini menyiksaku, sungguh! Dimana orang tuaku... papa... mama... dimana kalian? □▪□▪□▪□ Dhiyas, seorang gadis yang tak pernah tau tentang keluarganya, sau...