22--Attack in the Forest

119 14 0
                                    

Zakhra menuntunku keluar rumah sakit. Ya, aku baru menyadari aku di rumah sakit. Sebenarnya aku bisa jalan sendiri, tapi Zakhra memaksa untuk membantuku. Walau sebenarnya, dia tidak membantu banyak.

"Kau bisa menaiki sapu terbang?" Tanya Zakhra ketika kami sudah diluar. Aku mengangguk.

"Kalau begitu langsung pulang ke asrama! Banyak yang harus kujelaskan." Ucap Zakhra serius. Sapu terbang sudah dalam genggamannya.

"Ingat, jangan keluyuran! Langsung ke asrama!" Ucap Zakhra sekali lagi, sebelum akhirnya terbang dilangit Skyland.

Selang beberapa menit, aku masih terdiam di depan rumah sakit. Sylphid sudah ditanganku, tapi aku belum ingin pulang. Ini sudah malam, bintang kembali menghias angkasa.

Aku memandang Sylphid, "apa kau ingin pulang?"

Kau mau kemana?

Bukannya Sylphid, malah Ren yang menjawab petanyaanku.

"Aku belum mau pulang." Ucapku memandang langit.

Apa yang kau pikirkan?

"Bukan apa-apa. Hanya saja.. perkataan Crever terus menggema," jawabku jujur.

Menyimpulkan sesuatu?

"Begitulah,"

Lalu kau ingin kemana?

Tidak menjawab, aku malah melompat turun menuju lahan rumput luas dilereng bukit. Ya, nampaknya rumah sakit ini dibangun diatas bukit.

Hei, kemana kau akan pergi?

Aku masih diam. Hatiku yang membawaku. Aku ingin kesana, kesuatu tempat didalam sana. Kakiku masih berlari kecil menuju hutan yang tak jauh dari rumah sakit itu berada.

Jangan bilang kau mau kesana

Hihi, maaf Ren. Langkahku tak bisa berhenti. Dan disinilah aku. Dihadapanku terbentang hutan yang amat luas. Pepohonannya lebat, bergemerisik tertiup angin.

Kau mau masuk?

"Langkahku tertarik masuk kedalam," ucapku. Disaat yang bersamaan, kakiku melangkah memasuki hutan.

Lebat. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan hutan ini. Ini sudah malam, anehnya hutan ini tidak gelap betul. Sayup-sayup masih terlihat remang cahaya dari beberapa serangga(entah itu serangga atau bukan).

"Na... nana.. nana.. nana~" terdengar lantunan nyanyian hutan yang lembut. Nyanyian itu terus muncul, menenangkan pikiranku, seolah membawaku menuju mimpi.

Bersamaan dengan itu, mahluk-mahluk kecil seperti peri tak berkaki, menuntunku menuju suatu tempat. Mereka bercahaya, biru kehijauan, tosca, cyan, warna apapun yang menggambarkan biru kehijauan.

Mereka menuntunku, sambil terus bernyanyi. Membawaku masuk terus, hingga menemukan sebuah pohon tua. Entah jenis pohon apa, aku tidak tau.

Disekeliling pohon itu, terbang banyak peri seperti yang menuntunku. Dedaunan pohon itu bercahaya, memancarkan ketenangan. Lalu hal mengejutkan terjadi, seorang gadis --lebih seperti hantu-- muncul dari dalam batang pohon raksasa tersebut.

Dan anehnya, aku tidak takut!

"Kemarilah gadis manis," panggil gadis itu lembut.

"Siapa kamu?" Tanyaku yang telah hanyut dalam nyanyian peri, hingga lupa akan bahaya disekitarku.

"Aku roh hutan, aku yang menjaga hutan ini," ucapnya sopan.

"Kemarilah, kau pasti punya masalah," ucap roh tersebut. Ternyata benar dia hantu.

Little WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang