24--Fighting

151 16 6
                                    

"Astaga, Dhiyas! Kau apakan dia?" Tanya Zakhra ketika melihat tubuh Dhiyas digendongan Aminh.

"Bukan salahku. Dia nyaris diculik roh pohon." Ucap Aminh, datar of course.

"Ya tuhan! Apa dia baik-baik saja? Bagaimana dengan lukanya?" Tanya Zakhra, like always, posesif.

"Dia baik-baik saja, tapi masih tertidur. Sebaiknya biarkan dia istirahat." Ucap Aminh.

"Sebaiknya kau masuk, aku tak mungkin mengangkatnya sendiri menuju kamar," ucap Zakhra mengizinkan Aminh memasuki asrama.

"Tubuhnya sangat ringan, apa dia tidak pernah makan?" Tanya Aminh, masih dengan raut yang sama.

"Entahlah. Selama bersamaku dia makan, tapi aku tak tau bagaimana cara ia makan tanpa harus membayar," ucap Zakhra.

"Apa maksudmu?"

"Kau tau kan, dia tidak punya uang. Hidupnya sebatang kara disini, tanpa orang tua, uang, ataupun teman. Bersyukur dia masih memiliki beberapa orang yang mampu dipercayainya," jelas Zakhra.

"Tak punya teman? Bukankah dia populer saat awal memasuki sekolah?" Tanya Aminh penasaran. Ya, Dhiyas jarang cerita lagi padanya.

"Hanya awalnya. Ketika pengkhianat itu muncul, Dhiyas menjadi satu-satunya pusat pembicaraan. Ditambah lagi dengan mahluk dalam dirinya, semua seolah menyalahkannya," ucap Zakhra.

Mereka terdiam, hingga tiba dikamar Dhiyas.

"Apa pintunya tidak dikunci?" Tanya Aminh.

"Dhiyas tidak pernah mengunci pintu kamarnya, kecuali jika ia sedang didalam." Ucap Zakhra membuka pintu.

"Baringkan saja dia di kasurnya," ucap Zakhra.

"Kamarnya rapi," gumam Aminh.

"Yah, memang. Dhiyas jarang ada di asrama, entah dia pergi kemana saja," ucap Zakhra.

Tiba-tiba, terdengar suara decit kecil dari sudut ruangan. Disertai langkah kecil, Loumio berlari menuju tubuh Dhiyas.

"Kyaah!" Jerit Zakhra kaget. Walau sudah sering bertemu, Zakhra dan Loumio belum bisa akur.

"Tikus? Kupikir kamar yang rapi tak akan ditinggali tikus." Ucap Aminh memerhatikan Loumio yang meringkuk didekat tubuh Dhiyas.

"Ya... itu peliharaannya. Namanya Loumio, aneh sekali seorang gadis memelihara tikus," ucap Zakhra dengan nada aneh. Dan Aminh hanya diam.

"Sebaiknya kau pulang, biarkan dia istirahat," ucap Zakhra.

"Lalu bag--

"Aku yang akan menjaganya, tenang saja." Ucap Zakhra seolah membaca pikiran Aminh.

"Baiklah."

□▪□▪□▪□

Beberapa minggu setelah kejadian malam itu, kegiatan sekolah Dhiyas mulai lancar. Kini dia sudah mencapai tingkat 3, Drenior. Benar kata Aminh, Dhiyas bisa dengan cepat menyusul Aminh yang kini hanya beda setingkat dengannya.

Bagaimana dengan Al? Ya, itu yang akan dibahas kali ini. Dua hari lagi akan diadakan ujian, semacam tes tiap tahun yang menentukan siswa masih layak atau tidak berada di SMS.

Ujian ini sekaligus penentu akankah para siswa Elc-pro lulus dari SMS dan lanjut ketingkat berikutnya atau tidak. Ini salah satu event yang ditunggu oleh para murid, karena jika mereka bisa menang, maka mereka berhak naik ketingkat selanjutnya.

□▪□▪□▪□

"Dua hari lagi yah...? Aaaaaahh...! Kenapa cepat sekali sih??" Keluh Miyya kesal, resah, dan apalah itu.

Little WitchesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang