"selamat datang, manis." Ucap roh pohon itu padaku.
Aku melihat sekitar. ini bukan tempatku sebelumnya. Hanya sebuah ruang bercahaya kehijauan, khas dengan hutan. Tidak ada yg lain, hanya aku dan roh pohon.
"Dimana... ini?" Tanyaku lirih.
"Ini ruangan rahasia. Hanya orang-orang tertentu yang dapat masuk. Ceritakan masalahmu, sayang. Tidak ada yang dapat melihatmu disini," ucap roh pohon itu.
"Benarkah? Tapi kenapa tidak ada orang lain?" Tanyaku lagi.
"Agar hanya ada kau dan aku disini," ucapnya mendekatkan wajahnya.
"Eum.. siapa namamu?" Tanyaku.
"Kau bisa memanggilku, Nymetta." Ucapnya.
"Ayo, ceritakan kisahmu. Akan kudengarkan dengan baik," ucapnya lagi.
"Aku.. baru saja datang kemari, tapi masalah seakan tidak habisnya datang padaku. Sebelumnya aku tidak tau sihir itu ada, bahkan aku tidak tau tempat ini. Lalu tiba-tiba, aku sampai disini." Aku menahan ceritaku.
"Hm, terus?"
"Pertama kali sampai, aku senang karena disini semua peduli padaku. Sebelum akhirnya masalah pertama datang. Bukan masalah besar, hanya sebuah kecelakaan kecil."
"Lalu masalah berikutnya muncul. Masalah yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Baru beberapa hari, aku terkena masalah besar. Aku terlibat dalam sebuah perencanaan penghancuran sekolah. Bukan terlibat dalam hal buruk, melainkan akulah yang menjadi sandera pengkhianat tersebut."
"Sejak saat itu, keberadaanku mulai dibenci. Sekolah memang selamat, tapi nyawaku hampir melayang. Teman-temanku bilang, sesuatu muncul dalam diriku. Seperti sesosok bayangan. Dan sejak saat itu, mereka takut padaku."
"Aku mengerti. Lalu?" Ucap Nymetta. Aku melirik sebentar kearahnya, lalu melanjutkan kisahku.
"Setelah itu, kejadian baru muncul. Bangunan SMS yang hancur mulai diperbaiki. Saat itu dua orang temanku bertengkar, dan aku pergi meninggalkan mereka karena kesal. Saat aku tengah berjalan-jalan, seorang gadis mendatangiku dan memintaku mencicipi kue buatannya. Dengan mudahnya aku tertipu dan terkutuk menjadi kucing seharian itu." Jelasku.
"Trus gimana kamu bisa jadi manusia lagi?" Tanya Nymetta tertarik.
"Temanku memberiku kalung ini," ucapku seraya menunjukan kalung dileherku.
"Kalung yang indah..., boleh kusentuh?" Tanya Nymetta mendekat. Aku mengangguk.
Blrtz!
"Ah!" Pekik Nymetta kaget pada sengatan listrik yang mendadak itu.
"Darimana asalnya listrik itu? aku tak pernah melihatnya sebelum ini," ucapku heran.
"Kau tidak apa?" Tanyaku pada Nymetta, dia hanya mengganguk.
"Itu normal, manis. Kurasa batu permata pada kalung itu memiliki kekuatan lain selain untuk mengembalikanmu menjadi manusia," jelas Nymetta.
"Ayo, lanjutkan kisahmu," pinta Nymetta.
"Tidak ada yang aneh hingga saat itu, kukira. Tapi ternyata, masalah kembali datang. Hari ini, dua orang temanku kembali bertengkar, bahkan lebih parah. Mereka saling menyerang. Dan, bodohnya aku, aku tanpa sadar melindungi salah satunya. Itu membuatku tertusuk belati yang dilemparkan temanku," jelasku.
"Hmm... lalu?"
"Lalu aku pingsan, dan terbangun dalam mimpi aneh. Aku masih bingung harus mempercayai mimpi itu atau tidak, sebab saat itu mimpi terasa benar-benar nyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Witches
FantasyHidupku menyedihkan. Hidup dipanti asuhan, dan disiksa sepanjang waktu. Aku bosan! Hidup seperti ini menyiksaku, sungguh! Dimana orang tuaku... papa... mama... dimana kalian? □▪□▪□▪□ Dhiyas, seorang gadis yang tak pernah tau tentang keluarganya, sau...