Mimpi Tadi Malam

139 6 0
                                    

Sudah lama aku tak menceritakan apa pun kepadamu. Hari ini, aku kembali punya hal yang ingin kukisahkan lagi kepadamu. Tadi malam aku mimpi buruk. Mimpi itu  membuatku agak sulit untuk fokus melakukan sesuatu bahkan hanya sekadar memejamkan mata.

Aku memimpikanmu.

Di mimpiku, aku dan kamu, kita berdua, berencana untuk bepergian ke suatu tempat, entah tempat apa itu. Kau tahulah, kadang segala sesuatu di mimpi begitu buram. Tak jelas apa pangkal lalu ke mana ujungnya. Kau menjemputku naik motor. Aku sudah siap waktu kau datang, seakan kita memang membuat janji dan menetapkan waktu sebelumnya.

Perjalanannya terasa menyenangkan. Matahari tersipu-sipu di balik awan. Aku bisa merasakan aroma padi dan dedaunan yang segar setelah dirayu hujan Desember tadi malam. Aku dan kamu saling berbincang meski suara kita timbul tenggelam ditimpa angin. Aku lupa apa saja yang kita bicarakan, tapi yang pasti beberapa kali kita tertawa dan benar-benar merasa bahagia.

"Mendung, semoga gak hujan," katamu. Aku ingat kalimat itu. Kudongakkan kepala memandang langit yang begitu cepat berubah warna. Langit menghitam dan harapanmu tak terkabul. Kita diguyur hujan. 

"Kita berteduh dulu," ujarku sambil menepuk lenganmu. Kau tak menyahut. Saat itu anehnya semua begitu lengang. Tak ada rumah penduduk, tak ada pengendara lain, tak ada tanda-tanda kehidupan. Sunyi yang terasa ganjil. Aku sempat tersentak saat kau tiba-tiba membelokkan motor. Sebuah rumah di tengah serbuan hujan. 

"Tempat syuting buat film horor pas nih," celutukmu. Aku cuma nyengir. Kita duduk di bagian teras rumah. Sungguh, tak ada yang ada yang aneh dari rumah itu. Sebuah rumah kayu dengan ukuran yang lumayan besar. Hunian yang nyaman. Hanya saja, kau tahulah, kadang ada beberapa tempat yang membuatmu merinding tanpa kau tahu alasannya.

Kau mulai menempelkan wajahmu pada kaca, mengintip bagian dalam rumah. Seperti biasa, kau selalu penasaran. "Kalau ada orangnya gimana, gak sopan tau," tegurku.

"Gak ada ah, rumahnya aja kosong gitu," sahutmu. Aku beranjak dari duduk, berdiri sejajar denganmu, berniat ikut mengintip ke dalam. Belum sempat aku menempelkan wajah ke kaca, menirumu, aku mendengar bunyi-bunyi aneh. Gigimu gemeletuk. Apa kau kedinginan?

Kau menggumam, semakin lama semakin keras membuat nyaliku menciut drastis ke level terendah. Kau jadi sama ganjilnya dengan semua hal yang ada di mimpiku.

"Hei... kamu kenapa?" suaraku nyaris tak terdengar. Kau menggesek-gesekkan dahimu ke kaca. Semakin cepat, semakin cepat menimbulkan bunyi berisik yang mengganggu pendengaran. Kau masih menggumam dan kali ini sambil menggeram. Aku mundur beberapa langkah lalu semuanya terjadi begitu cepat. Kau menekan gagang pintu rumah dan masuk ke dalamnya. Aku mematung. Klik. terdengar bunyi pintu terkunci.

Kesadaranku kembali saat kudengar kau berteriak dari dalam rumah. Panik, aku berusaha membuka pintu, menggedor-gedor sementara kau di dalam terus meminta tolong dan terdengar bergelut dengan sesuatu.

Aku mencoba melihat keadaanmu. Dengan gemetar, kutempelkan wajah ke kaca depan rumah dan mengintip ke dalam mencari-cari keberadaanmu. Kau tak ada.

...

Hening. Ada kekosongan di mimpiku. Waktu seakan tak berjalan. Tak ada peristiwa. Aku hanya melihat diriku yang terpaku di depan kaca rumah. Sampai akhirnya....

...

Wajahmu tiba-tiba muncul persis di hadapanku, di balik kaca. Aku bisa melihatmu dengan jelas saat kau mulai membuka mulut, perlahan-lahan, terlihat sangat menderita. Aku histeris saat melihatmu menjulurkan lidah dan menancapkan gigi-gigimu dengan penuh tekanan.

Lidahmu terpotong. Persis di depan bola mataku.

...

Aku terbangun dengan bulu kuduk berdiri, merinding berkali-kali. Untunglah hanya mimpi. Tapi, berita buruknya, sebagian besar mimpi burukku menjadi nyata. Untukmu, hati-hatilah saat hujan di tengah perjalanan, jangan sembarang memilih tempat untuk berteduh. Siapa tahu kau akan berakhir persis seperti yang terjadi di mimpiku.

Foto Orang MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang