Buku Gambar

1.3K 43 0
                                    

Anak itu bener-benar membuatku penasaran. Buku gambarnya maksudku. Bagaimana tidak, saat aku tanpa sengaja menyenggolnya, buku gambarnya terjatuh dalam keadaan terbuka.

Hal itulah yang membuatku penasaran. Untuk beberapa detik mataku menangkap coretan-coretan pensil yang membuatku sedikit merinding.

Farah, nama anak itu, dengan cepat mengambil buku gambar, mendekapnya di dada erat sambil berlalu dengan wajah pucat.

Saat itu jam pulang, aku bertanya-tanya, apakah ada anak lain yang sempat melihat isi buku gambar Farah? Tapi sepertinya tidak, semua begitu sibuk bergegas untuk bersiap pulang.

***

10 November

Tanggal di halaman buku gambar Farah tepat besok hari. Memang ada apa dengan tanggal itu. Apalagi gambar yang ada di halaman itu juga membuatku terganggu. Aku tak bisa berhenti menerka-nerka.

"Kakak tahu Farah?" tanyaku pada kakakku yang terlihat sibuk di depan laptopnya. Hmm.. Paling dia sedang chatting dengan teman-temannya.

"Farah yang rumahnya dekat sini?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku.

"Iya, Farah adiknya kak Nadira, teman sekolah kakak."

"Tahu, emangnya kenapa? Kamu teman sekelasnya kan?"

"Menurut kakak si Farah itu gimana?"

"Lah kok nanya kakak, kan kamu sekelas."

"Tapi ga deket, Kak, dia pendiam gitu. Susah diajak ngobrol."

"Emang sih, Farah agak pendiam. Agak kasian sama tuh anak, dia dituntut harus bisa kayak Nadira. Kamu kan tahu sendiri gimana Nadira, prestasinya bejibun. Belajar mulu kali ya dia."

"Emang kayak kakak, chatting mulu."

"Eh, tengil, sana lu, balik ke habitat lu," dengan murka kakakku menghantamkan bantalnya yang bau apek tepat di wajahku. Bergegas aku balik ke kamarku dengan tawa berderai.

Tapi beberapa saat setelahnya, aku kembali teringat Farah dan buku gambarnya.

***

Semua berjalan seperti hari biasa. Farah tetap lebih banyak diam seperti biasa bahkan saat istirahat dia tetap di bangkunya sambil menatap buku gambarnya.

Aku ingin langsung mendekatinya dan bertanya, "Kau gambar apa?" tapi rasanya terlalu aneh dan terlalu tiba-tiba. Ah, aku jadi lupa ke kantin gara-gara fokus memerhatikan farah.

Kenapa juga aku harus berpikir aneh-aneh. Siapa tahu itu hanya sekadar gambar saja. Tapi, gambar yang kulihat adalah gambar seorang anak perempuan yang sedang gantung diri. Wajar kan kalau aku akhirnya berpikir Farah barangkali ingin menghabisi dirinya sendiri.

***

10 November

Aku merasa sudah sangat pagi berangkat sekolah tapi nyatanya sekolah sudah terlihat ramai. Jujur, sedikit gelisah karena hari ini adalah tanggal yang tertulis di buku gambar. Apa sebenarnya makna tanggal itu?

Hampir berlari aku masuk ke halaman sekolah. Banyak orang-orang di depan kantor sekolah. Salah satunya Irfan, teman sekelasku, anak penjaga sekolah. Dia masih mengenakan kaos dan celana selutut.

"Kok rame, Fan? Ada apa?"

"Ga, ada kejadian, Ga. Ada yang meninggal di kelas kita," sahutnya dengan napas memburu.

"Siapa?"

"Farah. Bapakku yang pertama kalo menemukannya. Dia gantung diri di kelas kita, Ga."

Aku terperanjat dan hampir kehilangan keseimbangan. Ingatanku kembali ke buku gambar Farah yang tak sengaja terjatuh beberapa hari yang lalu. Untuk beberapa alasan, aku menyalahkan diri sendiri.

10 November
Untuk semua yang menganggapku tak ada.

Kupandangi kelas kami. Tempat Farah memutuskan mengakhiri hidup. Hidup yang menurut Farah begitu sepi dan tak adil dan aku membiarkan Farah tetap merasa begitu sampai akhir meski tanpa sengaja mengetahuinya.

Telingaku terasa sakit. Tawa para setan membuatku dadaku semakin sesak. Berbondong-bondong mereka terus berdatangan, mengitari seluruh sekolah sembari tertawa dan berpesta. Merayakan kemenangan. Setan telah memenangi pertarungannya.

***

Foto Orang MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang