Biru berjalan menyusuri sebuah lorong diantara rak buku disebuah perpustakaan. Tujuannya satu, mencari sebuah buku filsafat yang benar-benar jadul. Biru berharap buku itu masih dijual.
“Al? Kamu disini?”
Tiba-tiba seorang gadis memanggil nama Alan dari belakang. Ternyata ia orang yang dipilih Biru bertahun-tahun lalu. Seseorang yang membuat Biru mengakhiri kisahnya bersama Pelangi.“Fanina, kamu ngapain disini?”
“Harusnya aku yang nanya kenapa kamu disini, kamu nggak angkat telfon ku. ”
“Oh, maaf.. hp aku tadi aku silent”
“Ooo, sejak kapan kamu suka baca buku? buku genre filsafat? ”
“Hmm.. bukan aku, aku beli kado buat temen lama aku ”
“Siapa? Kamu nggak pernah cerita sama aku kalo kamu mau kasih buku ke temen lama kamu. ”
“Temen lama banget kok, kamu juga nggak kenal sama orang nya. ”Akhirnya Biru memutuskan untuk mencari buku tersebut nanti saja. Dan mengajak Fanina kekasihnya itu untuk pergi ke sebuah restaurant terdekat.
“Fan, kamu mau coba kopi?”
“Kan kamu tau, aku nggak suka kopi. ”
“Kalo gitu coba yang varian rasa, enak kok. ”
“Kamu kenapa maksa sih? suka banget nyuruh aku minum kopi. Kamu tau kan aku paling nggak suka sama itu minuman!”
“Yaudah iya-iyaa.. Aku minta maaf ya ”Biru akhirnya terdiam, ia selalu berfikir bahwa Pelangi adalah sosok yang sama seperti gadis lainnya. Tapi nyatanya, Pelangi sosok yang benar-benar berbeda dari gadis yang lain. Tak bisa dipungkiri, bahwa sebenarnya Biru menyesal atas keputusan yang ia buat bertahun-tahun lalu.
“Kamu mikirin apa?”
“Nggak mikir apa-apa kok”Tak lama kemudian, seorang pelayan membawakan pesanan Biru dan Fanina. Mereka makan bersama, tapi dengan suasana yang hening. Mereka memang sepasang kekasih, tapi selalu larut dalam pikiran masing-masing meski sedang bersama.
•••
Disisi lain, gadis yang selalu mengenakan totebag putih tulang dan overall jeans nya ini menuju ke sebuah coffeeshop. Kali ini bukan coffeeshop seperti biasanya yang dikunjungi oleh Pelangi, tapi ini coffeeshop yang berada di tepi kota.
“Satu cangkir coffeelatte dingin ya”
Ucap Pelangi dengan sebuah lemparan senyum yang manis pada barista di coffeeshop tersebut.
Pelangi memilih tempat duduk di sudut ruangan. Kebetulan dekat jendela, ia ingin melihat suasana diluar. Karena coffeeshop ini jauh dari tengah kota, jadi yang hanya ada pemandangan gunung. Pelangi jenuh hanya melihat keramaian kota yang tiada habisnya. Dan tak lama, secangkir coffeelatte Pelangi tiba dimeja nya.
Sambil menyedu coffeelatte nya, gadis ini mengeluarkan sebuah notes kecil dengan tali pengikat di notes kecil nya itu. Lalu menuliskan sebuah puisi,
—
Kepada semesta yang tak terbatas luasnya,
Izinkan yang bermimpi mengejar sebentar,
beri ruang kepada yang lelah mengejar,
lekas kembali untuk yang patah,
buat utuh kembali yang telah patah.
—Semua puisi yang ditulis gadis ini selalu menjadi sebuah surat bagi nya untuk dapat tersampaikan pada orang ia tuliskan semua puisi ini. Tapi nyatanya, semua yang ia tulis tak pernah tersampaikan, bahkan mungkin tak akan pernah tersampaikan.
🌵
© 0 8 . D E C . 2 0 1 8
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffeelatte☕
Teen FictionDisini. Semua berawal dan berakhir dengan kisah yang berbeda. Ketika seorang sahabat memutuskan memilih orang lain dibanding sahabat nya sendiri, semua begitu sulit dipercaya. Semua tak pernah sama lagi, tentunya sudah pasti semua berubah. -ranntiy...