07 - Masa Lalu

22 17 2
                                    

Pelangi berjalan menyusuri jalanan raya yang begitu ramai. Ia sedang berusaha berjalan lebih cepat agar segera sampai di sebuah mini market. Ibu Pelangi meminta nya untuk membeli beberapa keperluan dapur.
-

“Halo, Pelangi ya?”
Seseorang memanggil nama nya ketika Pelangi sibuk memilih yougurt.

“Eh iya?”
Betapa terkejut nya Pelangi ketika menoleh ke belakang. Bibir nya membeku, lidah nya kelu. Begitu jelas terasa bahwa jantung Pelangi sudah tak berdetak lagi. Alangkah terkejut nya ia, seseorang yang membuat kehidupan nya berubah drastis tiba-tiba memanggil nama nya.

“Hai? Kok melamun?”
“Eh, iya.”
“Gue sering baca puisi lo di instagram. Gue coba buat follow ig pribadi lo tapi lo ga confirm. Ohya nama gue Fanina. Gue salah satu penggemar semua tulisan-tulisan lo.”

Pelangi hanya tersenyum, ia bingung harus bagaimana. Ia senang bisa bertemu dengan orang yang mengagumi karya nya. Tapi apa boleh buat, hati nya masih hancur karena sosok Fanina. Iya, Pelangi masih belum bisa mengikhlas kan semuanya. Kejadian bertahun lalu...

“Oke jadi putusin sekarang!”
“Putusin apa, Ngi?”
“Kamu harus putus kan! Dia atau saya! Kamu gak bisa selamanya kasih hati kamu untuk dua orang!”

Biru terdiam, ia terkejut mendengar ucapan Pelangi. Masih tak percaya akan apa yang terjadi. Hingga 1menit keheningan, Biru tak mengucapkan sepatah kata pun.

“Diam mu sudah cukup memberiku jawaban, Biru. Terima kasih atas pilihannya. Dengan kamu diam kamu sudah tunjukan bahwa Fanina yang lebih penting. ”

Setelah itu semua Pelangi berjalan bersama uraian air mata nya. Ia masih tak bisa menerima kenyataan bahwa Biru, sosok yang paling dekat dengan nya lebih memilih orang lain dibandingkan dirinya. Sulit dipercaya memang, bahkan ketika Pelangi berjalan pergi pun Biru tak mencoba menahan nya. Sudah jelas bahwa Biru lebih rela kehilangan Pelangi sahabat nya dibandingkan Fanina kekasih nya.
-

Pelangi kembali menitikan air matanya dengan tak sengaja ketika mengingat semua kejadian itu.

“Lah, kok lo nangis? ”
“Oh enggak, gak apa-apa
“Gue boleh ya minta fotbar sama lo? ”
“Maaf, kebetulan saya buru-buru. Lain kali saja ya. ”

Pelangi berjalan menjauhi sosok Fanina yang masih berdiri diam dengan ponsel di tangan nya.

•••

Kini Pelangi mencoba menenangkan hati dan pikiran nya dengan secangkir coffeelatte dingin dan AC yang cukup dingin di kamar nya.

Mencoba menghilangkan penat dan sesak di dada nya dengan coffeelatte. Apa boleh buat, siapa yang tahu akan kisah pilu Pelangi selain cangkir dan coffeelatte nya.

Pelangi duduk bersandar dikasurnya dan menutup matanya, menggenggam cangkir coffeelatte dengan kedua tangan nya. Ketenangan nya tiba-tiba pecah ketika ponsel nya berbunyi.

“Iya halo?”
“Hai, ini Devan. Kamu ninggalin kartu nama mu di atas meja. Kebetulan ada nomor telfon nya. ”
“Ohh Kak Devan, senang bisa ngobrol lagi. ”
“Lagi apa? Kok kedengaran nya sedikit bindeng? Habis nangis ya? Ngaku.. ”

Pelangi tertawa renyah sambil mengusap pipi kanan nya.

“Ah kak Devan ini ada-ada saja. Saya flu.. ”
“Ohh kirain, mungkin aja kamu galau.. ”

🍒
Haloo maaf ya ceritanya agak lebay :(
btw, sepertinya ini menjadi postingan terakhir saya di 2018 dan postingan berikutnya akan ada pada 2019 !!
© 3 1 . D e c . 2 0 1 8

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coffeelatte☕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang