21. Lies

329 51 12
                                    

Ini sudah hari ke tiga Deeva menerima perawatan di rumah sakit, kesehatan nya secara fisik semakin membaik, tapi jika di nilai secara psikis Deeva jauh dari kata baik.

Semenjak perdebatan nya dengan David, Deeva menjadi lebih banyak diam. Bahkan saat keluarga besar David datang menjenguk, tidak banyak kata keluar dari bibirnya.

Deeva juga sering meminta untuk di tinggalkan sendirian di dalam kamar rawatnya. Bahkan Deeva menghindari bertemu tatap dengan suaminya, setiap David datang untuk menjenguk, pasti Deeva akan pura-pura tertidur, sampai David meninggalkan ruang rawat inapnya.

David sangat menyadari perubahan pada istrinya. Namun dia tidak dapat berbuat banyak, ini adalah reaksi alami yang akan ditunjukkan Deeva karena permintaan nya tempo hari.

Seperti hal nya saat ini, menurut penuturan ibunya, pagi tadi Deeva menolak bertemu dengan siapapun yang datang untuk menjenguk. Membuat David yang baru saja menyelesaikan rapatnya di kantor bergegas melesat ke rumah sakit, untuk mengecek sendiri keadaan Deeva.

-

Sebenarnya David sudah tiba sekitar 10 menit yang lalu, namun jangankan untuk masuk menemui istrinya, David hanya berdiri mematung di depan pintu kamar rawat Deeva, sambil menimang-nimang apa yang harus dia katakan pada Deeva saat bertatap muka nanti.

Sedangkan di dalam, Deeva sendiri sedang duduk di atas ranjang tempat tidur nya sambil memandang ke arah luar jendela, dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

Deeva sengaja tidak ingin menemui siapa pun, karena dia tahu hari ini adalah hari terakhir David memberi nya kesempatan untuk berfikir, keputusan akan di ambil hari ini. Jadi, sebisa mungkin dia akan mengulur waktu.

Sebenarnya Deeva sudah membuat keputusan. Keputusan itu dia dapatkan tepat setelah kedatangan Celia semalam. Celia datang dan kemudian membeberkan banyak hal pada Deeva, salah satunya adalah alasan mengapa David ingin menggugurkan kandungan nya.

Pertemuan nya dengan Celia semalam masih sangat jelas di ingatan Deeva.

Celia datang saat Deeva hampir saja tertidur, dengan setelan khas wanita berkelas dia duduk di sofa yang ada di ruangan itu dengan sikap angkuhnya.

Sebuah percakapan pun terjadi.

"Hai... gimana kabar kamu?" Sapanya dengan nada sok manis.

"Kamu mau apa kesini?" Sinis Deeva to the point.

"Why? Sudah pasti aku kesini mau jenguk kamu..."
"Memangnya mau apa lagi..." balas Celia dengan wajah polos yang di buat-buat.

"Aku tahu tujuan utama kamu bukan itu..." tuding Deeva.

Tepat setelah kalimat terakhir yang Deeva ucapkan, Celia tertawa terbahak, padahal tidak ada yang lucu disana.

"Kamu sangat pintar..."
"Haruskah aku memberi kamu hadiah?" tawar Celia sembari beranjak dari sofa, lalu beralih duduk di kursi samping ranjang milik Deeva.

Deeva enggan menjawab, dia hanya memberi tatapan tajam untuk Celia, pertanda bahwa dirinya terusik dengan kehadiran Celia disana.

"Oke, lain kali mungkin..."

"Ahh... iya aku lupa, aku juga ingin mengucapkan turut berduka, mungkin aku agak terlalu cepat mengucapkannya..."
"Apa aku yang pertama...?" ucap Celia, yang langsung membuat kening Deeva berkerut bingung dengan maksud ucapan nya.

"Ahh...maksud ku....untuk....bayi kalian..." tambah Celia, yang refleks membuat Deeva terkejut.

"Dari mana kamu tah—"

DEEVA & DAVID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang