23. Sorry

404 50 12
                                    


"Ck, saya mulai merasa menyesal..." laki-laki itu berdecak kesal, kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa untuk tidak ikut campur masalah orang lain, dan malah memperumit keadaan.

Deeva yang duduk di sebelahnya hanya menunduk, ikut merasa bersalah karena telah melibatkan pria di sampingnya ini, padahal mereka baru saja saling mengenal, itupun karena hubungan pasien dan juga dokternya.

"Maaf..." lirih Deeva.

"Maaf karena sudah merepotkan..."

Pria yang diketahui bernama William itu hanya melirik si wanita dari ujung matanya, lalu kembali menghela nafas kasar.

"Sudah lah, sudah terjadi..." ucap pria itu akhirnya.

Setelahnya, William kembali menyalakan mesin mobilnya, sebelum akhirnya kembali menyadari bahwa dia tidak tahu tujuan wanita di sampingnya ini akan pergi kemana.

"Terus kamu mau kemana sekarang? Biar saya antar..." tanyanya pada Deeva.

Satu detik,

Dua detik,

Tig—

Deeva menggeleng samar.

Membuat William sukses membeku.

Apa-apaan? Dia membawa kabur seorang pasien, sedang hamil, dan tidak punya tujuan?

Rasain lo William! batinnya.

"Yaudah kita balik aja ke rumah sakit ya, saya ga mungkin turunin kamu disini, nanti biar saya yang jelaskan ke keluarga kamu..." ucap William panik, namun sebelum dia sempat menginjak pedal gas mobilnya, sebuah tangan dingin mencengkeram lengannya.

Kuat.
Seperti terancam.
Ketakutan.

"Jang—an...." mohon Deeva dengan mata yang sudah berair. Mungkin jika dia berkedip air mata itu akan langsung jatuh di atas pipinya.

••••

William

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

William

Gue gak tahu mimpi apa kemarin malam, tapi yang pasti ini pertama kalinya gue melibatkan diri dalam masalah orang lain.

Gue yang biasanya paling males ikut campur urusan orang, sekarang malah masuk terlalu dalam.

Semua berawal waktu gue gak sengaja mendengar percekcokan pasangan suami istri di dalam kamar rawat, yang mau gue visit-in.

Intinya, si perempuan yang gak lain gak bukan adalah pasien gue ini, meminta pada suaminya untuk tidak membunuh bayinya.

Tapi, suaminya bersikeras bahwa kandungan istrinya harus di gugurkan dengan atau tanpa persetujuan istrinya sendiri.

Setelah itu, gue gak tahu lagi gimana pertengkaran mereka, karena gue memilih pergi dari sana, dan menunda rencana visit gue ke kamar itu.

Dan gue baru banget baca status resume pasien itu, karena saking penasarannya.

DEEVA & DAVID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang