2.|Anneth untuk Deven

4.6K 229 109
                                    

Deven mengetuk-ngetukkan jarinya cemas. Sedikit tak sabaran menunggu Anneth keluar dari ruang audisi. Satu detik, Ia menoleh ke pintu audisi. Masih belum ada. Detik berikutnya, belum ada juga. Begitu seterusnya sampai deven tertidur di sofa ruang tunggu.

"Ven," panggil Anneth pelan, mengguncang-guncang lengan Deven, berusaha membangunkannya.

"Eh, Neth, udah?" Tanya Deven dengan mata yang masih setengah terbuka.

Anneth jatuh terduduk dilantai sambil memeluk kaki Deven. Tuhan, jangan bilang Anneth tak lolos.

"Eh, Neth, ngapa lo?" Deven berdiri dari sofa dan menarik tangan Anneth, mengajaknya keluar dari tempat audisi.

Dengan sedikit tak ikhlas Deven menggendong Anneth dipunggungnya. Kemudian pergi, menjauh, kemana saja asal tak disana.

Seperti yang sudah Anneth duga, Deven membawanya ke danau tempat mereka sering bermain sejak kecil dulu. Pukul enam, matahari tampak bergegas pulang.

Deven menurunkan Anneth di rerumputan dekat danau itu. Meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku.

"Gila, badan gue mati rasa," Deven mengeluh pelan.

"Siapa suruh lo gendong gue? Sok sih, udah kecil juga, banyak gaya." Kata Anneth sarkastik sambil mengusap-usap matanya.

"Nggak tau di untung banget ya lo, kuda," Deven berdecak kesal.

"Ish, klepon! Kok kita jadi debat sih! Lo hibur gue kek apa kek!" Anneth berteriak kencang, membuat Deven harus menutup mulut Anneth dengan kedua telapak tangannya.

"Lo hobi banget sih tereak-tereak kayak orang kurbel," Deven mendelik tajam.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan lo, dasar nggak peduli! Nanya gue lolos apa nggak aja lo nggak ada," ucap Anneth pelan, membuang mukanya kearah samping.

Deven dapat melihat dengan jelas air mata yang mati-matian Anneth coba untuk tahan.

"Nangis aja," Deven berkata tiba-tiba.

Deven menangkup kedua pipi Anneth, membawanya agar Anneth melihat Deven.

"Tanpa lo bilang pun, gue tau lo nggak lolos, Neth, gue rasa bukan saat yang tepat buat bicarain ini sekarang, that's why gue ngalihin pembicaraan terus dari lo, gue nunggu lo buat cerita, saat lo udah siap, siap untuk bangkit dari kegagalan lo lagi, saat lo cukup kuat buat nggak nangisin ini lagi." Deven berujar.

Anneth menatap mata Deven dalam, namun sedetik kemudian Ia tersadar.

"Kok lo bijak sih, Klepon? Abis makan buku Mario Teguh ya lo?" Ucap Anneth sambil menoyor wajah Deven hingga Ia terjungkir kebelakang.

"Salah apa sih gue sama lo, digebukin mulu, ninggal muda adanya." Deven berdecak kesal, dihadiahi senyum kecil Anneth.

Setidaknya, Anneth ada tersenyum hari ini.

"MORNING, KUDA," Anneth berteriak tak santai saat dirinya sudah berada di rumah Deven, melihat cowok itu sedang mencoba menggoreng telur. Anneth tertawa keras saat melihat telur yang Deven buat gosong.

"NGAKAK , LO MASAK UDAH KEK NGELAWAK," Anneth terpingkal, memegang perutnya yang sakit akibat mengakak.

"Ish, lo bantuin kek, kayak bisa aja lo," Deven berujar seraya mendecak kesal.

"Yaudah geser, serahin ke gue," Anneth mengambil posisi Deven, ingin menggoreng telur itu, katanya.

Tapi apalah daya, telur yang dimasak Anneth pun ikut gosong, membuat Anneth tertawa lagi, beda dengan Deven, Ia sudah mencibir, akibat lapar.

About Us [2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang