10.|Cantik

3K 199 131
                                    

Deven melihat acara di televisi dengan sangat tak fokus, pikirannya melayang kepada gadis yang sudah bertahun-tahun lamanya menjadi sahabat bagi seorang Deven.

Deven merasa bahwa Anneth semakin aneh belakangan ini, Anneth memang aneh karena sangat random, tapi bukan itu yang Deven maksud.

Anneth belakangan ini sering meracau tidak jelas, bahkan seringkali tak berani menatap Deven, yang lebih mengherankan, Anneth pernah bilang jantungnya berdebar karna Deven.

Deven pusing sendiri.

Seharian ini Deven hanya duduk diam di sofa abu gelap miliknya, menyalakan televisi walau tak berniat menonton, berusaha mengusir sepi.

Hari ini Anneth belum juga muncul dirumah Deven.

"Anneth ngapa ya? Biasanya udah nongol pagi-pagi," Deven menggumam sambil memainkan rambutnya sendiri.

"Hai Ven," Deven menoleh saat Ia merasakan bahunya dipegang oleh seseorang. Dalam hati Deven berharap itu adalah Anneth, namun sepertinya harapannya pupus.

Dia Charisa.

"Eh, Cha," Deven tersenyum tipis, Charisa segera mendudukkan dirinya di sofa, di sebelah Deven.

"Kamu udah makan?" Tanya Charisa sambil memegang bahu Deven pelan, mengusap-usapnya lembut.

"Belom, nunggu Anneth dateng," Deven menjawab, menyunggingkan lagi senyum tipisnya. Entah mengapa, Ia sedang tak ingin meladeni Charisa hari ini. Deven juga tak tahu.

"Oh iya, Anneth mana?" Kini Deven yang bertanya.

Charisa mengedikkan bahunya tak peduli, sambil mengangkat kedua alisnya keatas.

"Nggak tau," Charisa menjawab acuh.

Deven mengangguk-angguk mengerti. Keheningan melanda kedua orang itu.

Deven melirik kearah jam dinding, pukul sepuluh pagi, perutnya mulai mendemo.

Charisa tertawa mendengar perut Deven yang keroncongan, diikuti dengan Deven yang menyengir.

"Kalo laper nggak usah ditahan-tahan gitu kali," Charisa berdiri, berniat membuatkan makanan untuk Deven.

Deven hanya diam, sekali lagi, Ia merasa malas melakukan sesuatu.

Tak lama dari itu, Charisa membawa nampan berisi sepiring nasi goreng dan susu, meletakannya di hadapan Deven.

Charisa mengambil sesendok nasi, berniat menyuapkannya ke Deven, namun ditahan oleh Deven.

"Aku bisa sendiri, Cha," Deven berniat menolak secara halus.

Namun mimik gadis itu seketika berubah sendu, membuat Deven jadi tak tega.

"Kamu ngejauhin aku, Ven?" Charisa bersiap menumpahkan air matanya, Deven jadi gelagapan.

"Eh, nggak Cha," Deven menjelaskan, dengan nada yang terdengar sangat lembut, mungkin hanya pernah didengar Charisa.

"Jadi boleh?" Raut Charisa langsung berubah sumringah, Deven menganggukkan kepalanya.

Charisa mengambil sendok berisi nasi tadi, disuapkannya ke Deven.

"Gimana, enak?" Charisa bertanya, harap-harap Deven menyukai masakannya.

Deven mengangguk antusias, karna Ia memang tak bohong.

Charisa tertawa melihat Deven yang sangat lahap makan, memegang sebelah pipi cowok itu. Deven kaget, untung saja tidak sampai menyemburkan nasi dari dalam mulutnya.

"Kamu laper apa doyan, sih?" Charisa melepas tangannya dari pipi Deven, membuat Deven bisa bernafas lega.

Kedua orang itu sepertinya sedang asik sendiri, sampai tak sadar Anneth sudah datang.

About Us [2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang